Mohon tunggu...
r. t.  mangangue
r. t. mangangue Mohon Tunggu... Dosen - Peduli terhadap permasalahan yang dialami masyarakat yang dicurangi, , dibully, dibodohi, dll.

Penggemar berat catur, penulis, ghost writer, pengajar, dan pecinta sastra Dapat dihubungi di alamat email: r_mangangue@yahoo.com. Facebook: richard mangangue. Tinggal di Manado.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Gotong Royong, Doyong, Topang, Jaya

1 September 2020   02:10 Diperbarui: 1 September 2020   02:17 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang namanya menabung, pasti sudah kita lakukan sejak kecil. Ayah atau ibu membelikan kita celengan. Lalu dijelaskan kepada kami, anak-anak, untuk suka menabung.

"Kalau diberikan uang jajan, jangan dihabiskan semuanya," jelas ibu. "Mengapa? Karena kalau dihabiskan semuanya, kalian tidak bisa menabung. Tentu saja toh? Uangnya sudah habis, mau menabung bagaimana? Mau pakai daun jeruk, pakai batu, pasti tidak bisa. Berbeda dengan uang. Kalau uang yang kalian tabung, lalu makin banyak, uang itu pasti berguna. Kalian bisa beli apa saja dengannya. Bisa beli sepatu baru, bisa beli baju baru."

"Kalau kalian tidak boros, dengan menabung, uang kalian akan menggunung, menjadi banyak. Kan ada pepatah yang berbunyi,  'sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit'. Itu betul. Coba setiap hari kita kumpulkan satu batu bata. Kalau setahun bisa jadi 365 jumlahnya. Jadi, kalau setiap hari kalian menabung Rp5 ribu, sebulan bisa jadi Rp150 ribu. Setahun bisa jadi R1,8 juta atau sejuta delapan ratus ribu rupiah. Banyak kan uang itu?" jelas ayah sambil tersenyum.

"Kalian kan bukan hanya dapat uang dari Ayah dan Ibu, tapi juga dari Om-om atau Tante-tante kalian," ujar Ibu lagi. "Nah, kalau uang itu hanya digunakan sebagian kecil saja, dan sebagian besarnya ditabung, pasti kalian bisa beli barang yang kalian impikan selama ini."

                              

"Ayah, Ibu saya mau rajin menabung, asal Ayah dan Ibu rajin memberikan kami uang. Setiap hari, seharusnya kami dapat uang jajan, bukan cuma saat sekolah saja, saat tidak sekolah pun kami harus diberi uang jajan," sahutku setelah ayah dan ibu selesai memberi penjelasan kepada kami.

"Uang jajan itu kan diberikan karena kalian bersekolah. Di sekolah kan perlu makan. Sedangkan bila tidak sekolah, kalian kan makan di rumah. Jadi, tidak perlu uang jajan," jawab ayahku.

Kisah di atas adalah flashback  saat aku masih kecil.

Saat duduk di bangku SMP dan SMA, aku suka menabung. Waktu di bangku SD, aku cuma menabung di celengan. Wah, betapa bahagianya, saat celengan itu penuh. Terlebih saat dipecahkan dan melihat jumlah uang yang banyak. Kebahagiaanku kian besar.

Saat di SMP, aku sudah punya buku tabungan. Aku suka ngajak teman saat menabung.

"Wah, uangmu banyak, Cad. Lima ratus ribu rupiah," ujar temanku saat pertama kali melihat buku tabunganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun