Mungkin karena hanya yang bersangkutan atau keluarga dekatnya yang menyampaikan permohonannya secara langsung, sehingga tidak ada rasa bangga karena tidak disaksikan orang lain. Biar bagaimanapun, manusia kan tetap memerlukan aktualisasi diri. Perlu kebanggan diri bahwa mereka sudah melakukan sesuatu yang patut dipuji. Â Â
Kata majemuk doa restu adalah kata majemuk basa-basi, kata majemuk aktualisasi diri atau kata majemuk untuk kebanggaan diri. Mohon doa restu seperti yang tertera di papan yang terpancang di tanah kosong di Kairagi, Manado adalah sebuah modus baru.Â
Ia bukan hanya basa-basi, atau aktualisasi diri atau kebanggaan diri, tetapi ia juga merupakan sebuah bahasa advertensi, bahasa iklan. Dengan demikian, orang yang membacanya langsung tahu bahwa di tempat itu akan didirikan sebuah SPBU.
Baca juga: Bahasa: Pe- + Cabang Olahraga
Bila yang diundang dalam sebuah pesta pernikahan, turut hadir dan memberi ucapan selamat kepada mempelai, itulah bentuk restu atau doa restu. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan mereka yang membaca tulisan yang terpampang di tanah kosong itu memberikan doa restunya untuk pendirian SPBU itu?Â
Atau itu hanya basa-basi? Ya, kira-kira begitulah. Sejatinya sang pemilik tanah atau calon pemilik SPBU bukan mohon doa restu, tetapi sekadar mau memberi tahu bahwa di tempat itu akan didirikan SPBU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H