Mohon tunggu...
Agoeng Triadi
Agoeng Triadi Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

I'm just an ordinary PNS, yang baru mulai belajar menulis dan menuangkan isi kepalanya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Diet Karbon: Upaya Rakyat, Kebijakan Pemerintah

6 Oktober 2022   13:43 Diperbarui: 6 Oktober 2022   13:46 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Upaya pertama kita adalah mengelola sampah secara mandiri. Caranya bagaimana? Terapkan 3R (reduce, reuse, recycle). Reduce -- beli lebih sedikit barang. Belilah barang jika membutuhkan, bukan berdasar keinginan. Ingat ya, butuh tidak sama dengan ingin! Sudah punya sneakers lima pasang, tapi masih ingin beli lagi. Ini contoh yang tidak benar. Contoh lainnya, saat makan di restoran. Saat membeli, kita pesan makanan seabrek. Padahal yang dimakan cuma sedikit. Sisanya dibuang percuma ke tempat sampah. Mubazir! Sedih tidak sih kalian tahu kaya begini?

Reuse -- menggunakan kembali barang lama kita. Hanya karena misalnya celana kita sedikit robek, terus tidak kita pakai lagi. Atau parahnya, celana itu kita buang. Padahal dengan menjahit sedikit saja, barang itu bisa kita pakai lagi. Paling tidak, bisa kita berikan kepada yang lebih membutuhkan. Recycle -- mendaur ulang. Barang yang biasa didaur ulang diantaranya besi, kaca, kertas, dll. Pertanyaannya, bagaimana 3R tadi bisa menurunkan emisi gas rumah kaca? Begini gambarannya. Untuk membuat suatu barang, industri (apapun skalanya) akan berproduksi di pabriknya. Pabrik ini, akan menghasilkan polusi udara. Polusi udaranya terbagi dua macam. Gas karbon dioksida sebagai hasil bahan bakar fosil, serta gas-gas lain sebagai hasil produksi barang (bisa mengandung gas CO2, metana, atau gas lainnya). Dengan mengurangi penggunaan barang melalui metode 3R, kita berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon yang dihasilkan industri.

Cara kedua. Lakukan diet plastik! Mengapa? Satu, karena plastik diproduksi menggunakan bahan bakar fosil. Dua, karena alam butuh waktu lama untuk mengurai plastik. berapa lama? Nih, catat ya. Antara 500 -- 1000 tahun! So, hindari plastik. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk diet plastik. Kalau belanja, bawa tas belanja sendiri. Stop membeli botol air mineral. Instead, kalian bawa tumbler kalian sendiri. Bagi yang doyan beli kopi setiap hari, selalu sedia foldable cup di tasnya. Ini lebih baik daripada menggunakan gelas plastik atau gelas kertas dari warung kopinya. Selanjutnya, berhenti menggunakan sedotan plastik! Sekarang sudah banyak dijual sedotan dari kayu, besi, bambu, dll. Jadi, gunakan itu. Sediakan juga tupperware di dalam tas, daripada menggunakan food container plastik seandainya harus membeli makanan. Intinya sih, ubah lifestyle kita. Hindari penggunaan plastik sekali pakai, demi kemaslahatan lingkungan dan umat.

Berikutnya, upcycle pakaian kalian. Apa itu upcycle? Upcycle merupakan penggunaan kembali secara kreatif, yaitu proses mengubah produk sampingan, bahan limbah, produk tidak berguna, atau yang tidak diinginkan menjadi bahan baru atau produk yang dianggap memiliki kualitas lebih tinggi, seperti nilai artistik atau nilai lingkungan. Kenapa pakaian? Kalau kalian tahu yang kekinian kaya fast fashion, kalian akan mengerti alasan kenapa industri tekstil boros energi dan sumber daya. Bahkan, satu kajian menyatakan bahwa industri tersebut berkontribusi terhadap total emisi karbon global hingga hampir sepuluh persen. Huh, angka yang cukup besar ya. Karena itu, coba kalian permak baju kalian yang lama. Tambahkan asesoris. Modifikasi sedikit modelnya. Intinya sih, ubah sekreatif kalian deh. Kalau tidak mau, coba buat garage sale, tukaran baju sama teman, de el el. Pokoknya jangan sampai berakhir di TPA (tempat pemrosesan akhir) sampah atau landfill ya.

Program diet keempat. Hemat listrik! Ganti bola lampu kalian. Bisa dengan lampu CFL yang bentuknya spiral, atau lampu LED yang kekinian. Laporan resmi dari International Energy Agency menunjukkan bahwa sistem pencahayaan yang efisien (seperti LED dan CFL), dapat mencegah sekitar 16 miliar ton karbon global ditambahkan ke atmosfer dunia untuk 25 tahun ke depan. Penggunaan kedua lampu tersebut merupakan langkah untuk menghemat energi sekaligus membantu membatasi emisi gas rumah kaca. Cara lain, pasang solar panel alias panel surya di atap rumah kita. Memanfaatkan listrik dari energi matahari sangat membantu kita mengurangi tagihan listrik bulanan. Bahkan, dibeberapa tempat, mereka bebas membayar listrik karena atapnya full panel surya. Masalahnya adalah saat ini panel surya hanya dapat dibeli oleh orang kaya, karena harganya yang masih mahal. So, ini salah satu pekerjaan rumah pemerintah yang harus segera dibereskan.

Diet Kelima. Bijak menggunakan air. Air bersih dan air minum yang kita konsumsi sebenarnya tidak gratis. Minimal kita mengeluarkan sejumlah uang untuk dapat memakainya. Air yang kita peroleh itupun, tidak serta merta "bebas dari dosa". Dosa apa? Ya dosa terhadap lingkungan. Untuk minum, misalnya kita membeli air galon. Air galon tersebut diproses di pabrik pengolahan air minum. Dalam prosesnya, pabrik tersebut memakai bahan bakar fosil. Itu satu. Yang kedua, jika air bersih kita peroleh dari PDAM, sebenarnya itu sebelas dua belas dengan pabrik air dalam kemasan. Prosesnya sama, membutuhkan bahan bakar fosil. Terakhir, air bersih yang diperoleh dari sumur. Untuk mendapatkannya, kita menggunakan pompa yang notabene butuh daya listrik yang besar. Ujung-ujungnya, kembali ke bahan bakar fosil. Terus, kita tidak boleh menggunakan air begitu? Ya, tidak begitu juga kali. Kan air kebutuhan primer manusia. Yang jadi perhatian kita adalah pemanfaatannya secara bijak. Jangan sampai dibuang-buang atau boros. Itu saja sebenarnya. Malah, lebih baik lagi jika bisa membuat Penampungan Air Hujan (PAH) di rumah kita. Air hujan yang ditampung bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, bersih-bersih, dll. Selain PAH, buat sekalian sumur resapan. Jadi, air hujan yang jatuh bisa langsung terserap masuk ke dalam tanah dan berfungsi mengisi cadangan air tanah (water recharge).

Next, go paperless! Kurangi penggunaan kertas, baik di kantor maupun di sekolah. Manfaatkan teknologi informasi. Digitalisasi semua dokumen. Termasuk disini ialah paper bag dan barang-barang lain berbahan dasar kertas. Dengan meminimalkan kertas yang dipakai, berarti kita turut mengurangi jumlah pohon yang ditebang. Artinya, lingkungan lebih terjaga, serta lebih banyak gas CO2 yang dapat diserap oleh pohon. Masih terkait pohon. Tanam pohon di rumah-rumah kalian. Minimal 1 rumah 1 pohon. Menaman pohon buah lebih baik lagi. Hasil panennya bisa dimanfaatkan. Perbanyak juga berbagai tanaman, seperti sayuran organik dan tanaman obat. Dengan demikian, untuk konsumsi sayuran sehari-hari bisa diperoleh dari hasil kebun sendiri.

Ketujuh. Membuat pupuk kompos sendiri. Kompos dibuat dari sisa-sisa makanan dan bahan organik lainnya yang dibuang. Dengan membuat kompos sendiri, kita turut mereduksi jumlah limbah padat yang dibuang ke TPA. Dikarenakan TPA menghasilkan gas metana, semakin minim jumlah limbah yang masuk, semakin sedikit pula gas metana yang dilepaskan ke udara. Fyi, metana merupakan jenis gas rumah kaca yang terbanyak kedua di atmosfer setelah CO2. Metana akan memerangkap panas yang dilepaskan Bumi ke luar angkasa. Semakin tinggi kandungan metana di atmosfer, semakin meningkat suhu di Bumi ini. Kesimpulannya, mulailah mengolah sisa-sisa makanan kalian menjadi kompos. Bagaimana cara membuat kompos? Silahkan cari di mbah google. Sudah banyak literatur mengenai kompos tersebut.

Cara diet karbon terakhir. Naik transportasi umum! Alasannya simpel. Transportasi menyumbang sekitar 28% dari total emisi karbon di dunia. Angka ini ternyata bertambah terus setiap tahunnya. Jadi, yang dapat kita lakukan adalah mengubah perilaku kita dalam bertransportasi. Korbankan sedikit kenyamanan dan gengsi, then mulailah berjalan (kalau dekat), bersepeda atau naik transportasi umum. Bahkan, lebih baik jika bisa nebeng kendaraan lain yang searah dengan tujuan kita (carpool). 

Penjelasan di atas, sesungguhnya adalah aksi-aksi yang dapat kita lakukan sebagai individu untuk mengurangi emisi karbon di atmosfer. Kesemuanya merupakan bagian dari pengelolaan carbon footprint kita. Carbon footprint a.k.a. jejak carbon, merupakan  jumlah karbon atau emisi gas yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Semakin besar jejak karbon yang kita hasilkan, akan semakin memberikan dampak negatif bagi kehidupan kita di bumi.

Lantas, aktivitas individu apa yang besar jejak karbonnya? Yang pertama, sudah pasti memakai kendaraan pribadi. Kalau kalian mau capek-capek menghitung, ini rumusan sederhananya. Satu liter bensin menghasilkan CO2 sebesar 2,33 kg. Solar lebih besar lagi, yaitu 2,64 kg per liternya. Tinggal kalian kalikan saja, berapa rata-rata bensin yang dihabiskan sehari. Kali 1 bulan. Kali 1 tahun. Bakal kerasa deh besarnya emisi yang kalian seorang habiskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun