Mohon tunggu...
rama wibi
rama wibi Mohon Tunggu... lainnya -

i'am nothing but i want to be something...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Resign Ajalah Bapak Basuki Thajaja Purnama

16 November 2016   16:10 Diperbarui: 17 November 2016   11:27 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena  bagi mereka mengagungkan -agama itu- hari raya Idul Fitri itu dengan  konvoi sambil lempar-lempar petasan dan juga kembang api, itupun apakah sebulan penuh mereka berpuasa atau tidak saya tidak tahu pak, yang penting bapak bersalah karena sudah melarang mereka untuk merayakan malam takbiran dengan membawa petasan dan kembang api. Jangan salahkan  mereka pak, karena kebiasaan mereka sudah jelas, mengagungkan agama itu dengan konvoi bersama petasan dan juga kembang api lebih bermakna dibandingkan membaca takbir didalam mesjid dan membahagiakan Yatim Piatu  ketika Idul Fitri.

Jujur nih pak, kasihan saya lihat bapak di  perlakukan seperti perilaku kriminal, padahal kejahatan yang lebih berbahaya dari bapak lebih banyak dan membahayakan dibandingkan salah ucapan bapak kemarin itu. Padahal saya bukan fans militan bapak, saya hanya suka gaya bapak menjadi Gubernur, saya rindu dengan tokoh macam alm. Hoegeng, alm. Munir, bahkan Antasari Azhar yang mau mendobrak kelacuran negeri ini dengan berani tanpa takut mati. Dan bangsa ini butuh itu.

Maaf loh pak, kemarin saja saat saya mencoba berargumen pintar ke teman saya, saya malah diucap akan masuk neraka, padahal teman saya itu bukan yang menentukan apakah saya masuk kedalam surga atau harus mampir ke neraka dulu, padahal ya pak Surga itu kan luas pake banget, masa gak muat ya buat saya, bapak dan juga orang-orang  yang menurut mereka itu tidak sejalan dengan mereka.

Kemarin juga oleh teman saya itu saya dibilang kufur pak karena tidak membela agama  yang saya yakini ketika lahir dan dewasa saat ini, lalu saya coba bilang  ke teman saya itu, kira-kira amalan yang paling disukai oleh Allah dan  juga Rasul itu apa sih? dia menjawabnya salah satunya adalah jihad  membela agama dan kitab suci saat dilecehkan, lalu dia balik tanya ke  saya, ya saya hanya jawab yang saya sudah lakukan saat ini, amalan yang  paling di sukai oleh Allah Swt adalah sholat di awal waktu, berjamaah  dan di masjid (inipun saya belum bisa menjalankan 100%), sedangkan  amalan yang disukai oleh Rasul adalah memelihara anak Yatim dan Piatu,  karena Rasul adalah anak Yatim. Padahal kedua amalan tersebut sangat  tinggi nilainya (itu yang saya tahu), tapi saat saya tanya apakah teman saya sudah melakukan hal tersebut dia hanya diam saja lalu mulai  menyerang saya dengan hal-hal yang lainnya. Dan saya hanya tersenyum  saja.

Sudah ya pak, mundur saja jadi calon Gubernur DKI, karena  timeline Facebook saya penuh dengan orang-orang yang mendukung bapak dipenjara sedangkan saya tahu orang-orang seperti itu saat Adzan berkumandang malah asik dengan duniawinya, atau masih terlihat cuek saat ada sumbangan dana pembangunan mesjid, atau saat khutbah Jum'at berkumandang lebih asik merokok diluar mesjid atau tertidur dan memainkan smartphone untuk sekedar mengecek status dan bikin status sedang sholat Jum'at dan mendengarkan khutbah. Padahal ya, andai rombongan warga di tanggal 4 November kemarin terus seperti itu saat Adzan Subuh berkumandang, masjid-masjid terisi penuh lebih dari 5 shaf pasti akan terasa lebih tinggi nilainya dari sekedar menggaungkan asma-Nya tetapi lupa akan mendekatkan diri kepada-Nya secara kaffah.

Padahal ya pak, yang saya tahu lagi nih untuk agama saya, kalau kita memang bangga akan agama kita, kenapa saat menghadap sang Khalik malah seperti tidak terpisahkan sama smartphone, dibawa kemana-mana. Saya berfikir mungkin di smartphone itu ada bacaan yang bermanfaat dibandingkan harus menyerahkan diri kepada sang Khalik. Mengenai bacaan juga pak, sudah banyak sih meme yang menyindir kita bisa berjam-jam bermain dengan smartphone tetapi muroja’ah kitab suci yang katanya dinistakan oleh bapak jarang sekali tersentuh, saya juga bingung pak, jujur untuk muroja’ah pun saya terbilang sangat jarang, tetapi ketika itu menjadi berdebu apakah saya bilang debu telah menistakan kitab suci saya. Ketika kitab suci saya tidak pernah dibaca atau bahkan disentuh lalu kita menggaungkan kalau kita memilikinya, menjadi abu-abu ya pak.

Malah pak, isi timeline saya sekarang sudah seperti saling  menyudutkan bapak sebagai pelaku kejahatan super, yang harus dibasmi  dari muka bumi ini, padahal mereka tidak sadar ya pak, kalo pelaku kejahatan seksual lebih berbahaya untuk anak-anak mereka dan masa depannya. Ya bapak akan tetap dipersalahkan untuk segala sesuatu  di NKRI ini, karena masyarakat ini sudah terbiasa untuk di adu domba, di pecah belah dan segala macamnya tanpa memikirkan kreasi apa yang harus  diciptakan untuk membuat karya bangsa. Disaat bangsa lain sudah menemukan banyak hal, bangsa ini juga membanyakkan hal-hal yang sudah tidak ada.

Padahal bapak dan juga Presiden kita adalah pioneer akan munculnya orang-orang pemerintahan yang bisa menjadi pembeda, Tri Risma, Nurdin Abdullah, Azwar Anas, Yoyok Riyo Sudibyo, Bima Arya, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dll adalah nama-nama yang menjadikan bangsa ini percaya diri lagi mempunyai sosok pemimpinnya tidak termakan duit dan terus berkreasi didalam pemerintahannya.

Mundur saja ya pak, padahal saya tahu pak sebelum bapak berbicara di Kepulauan Seribu itu ada loh orang sebelumnya yang juga menggunakan lambang agama sebagai pesan sponsor saat promo album barunya, nyatanya Majelis kita membuat Islah untuk kasusnya, padahal  sama-sama menistakan agama, malah bapak hanya berucap sedangkan promo album tersebut menginjak-injak dan menjadikannya lambang tetapi tidak berkasus besar seperti bapak.

Sudah ya pak, bangsa ini ingin kembali lagi kok ke jaman kejayaannya ketika membuat KTP dll menjadi sangat sulit, ketika bertemu dengan birokrasi berasa bertemu dengan mahluk halus yang antara ada dan tiada keberadaannya, ketika mengurus sesuatu harus berdasarkan tarif terdekat dan terjauh, dan saat perekrutan PNS baru berlomba-lomba mengepretkan segepok uang agar dapat menjadi PNS. Bangsa ini mungkin rindu dengan hal-hal seperti itu pak, jadi biarkan kami kembali lagi dengan bapak tidak menjadi Gubernur DKI.

Padahal ya pak, bapak memang salah berucap dan seharusnya kan dibawanya ke sidang etika bukan malah dihakimi dari satu sisi saja. Mungkin memang bangsa ini cepat emosi ketika orang salah ucap tentang agamanya tetapi yang berucap untuk membela agamanya tidak menjalankan apa yang menjadi perintah dari agamanya tersebut. Semoga saya salah sih pak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun