Mohon tunggu...
rama wibi
rama wibi Mohon Tunggu... lainnya -

i'am nothing but i want to be something...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review Film "Rumah Tanpa Jendela"

1 Maret 2011   02:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:10 4237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita tentang Rara yang ingin sekali mempunya jendela
Cerita tentang Aldo yang mempunyai "kelebihan"

Cerita tentang pak Syahrir dan istrinya yang selalu menghangatkan keluarga
Cerita tentang bu Alya yang dengan ikhlas mengajar di rumah singgah

Sabtu kemarin akhirnya gw terpuaskan juga menonton pilem ini, walopun di theater yang sama berdiri kokoh King Speech, London Boulevard dan Tournament gw lebih memilih untuk menonton pilem arahan Aditnya Gumay yang diadaptasi dari sebuah novel karangan Asma Nadia. Gw dengan kekeh jumekehnya kepengan nonton pilem ini dan hasilnya gw sampe nonton 2 x dalam hari yang sama pula tapi dibioskop yang berbeda, hehehehehe.

Bukan karena gw gak ngerti alur ceritanya, bukan pula karena gw suka sama salah satu pemainnya, bukan juga karena pilem ini menggunakan sesuatu yang woooww, tapi gw nonton ini sampe 2x karena pilem ini menampilkan sesuatu yang berbeda dari pilem-pilem NKRI yang semua isinya tentang "Seks berbalut Hantu". Pilem ini mengajarkan tentang cinta keluarga, saling berbagi, saling menghargai sesama, tidak langsung menuduh, memberikang pengertian, memberikan kesabaran. Ya pokoknya ini pilem bisa bikin gw menitikkan air mata dan membuat dada ini begitu sesak.

Digarap sebagai sebuah pilem musikal, Rumah Tanpa Jendela sebenarnya memiliki alur yang sangat sederhana. gw pun sudah bisa menebak kemana jalan cerita ini akan berakhir adalah Rara (Dwi Tasya) yang berasal dari keluarga miskin dan tinggal di sebuah perkampungan kumuh bersama ayah, Raga (Raffi Ahmad), dan neneknya, Mbok (Inggrid Widjanarko). Latar belakang kehidupan yang serba kekurangan ternyata tidak menghalangi Rara untuk menggenggam sebuah mimpi untuk memiliki sebuah jendela. Sebuah mimpi yang terkesan konyol, namun kemudian terasa wajar begitu melihat kondisi rumah Rara yang kecil dan hanya terbuat dari kumpulan tripleks bekas.

Lain lagi dengan Aldo (Emir Mahira), seorang anak laki-laki yang walaupun berasal dari latar belakang keluarga yang berada namun memiliki sesuatu yang "special" dalam pertumbuhannya. Tetap saja seperti layaknya anak-anak lain yang tidak pernah memiliki rasa curiga atau prasangka terhadap orang lain berawal dari kasus ojek payung akhirnya mereka berdua manjadi sebuah sahabat yang tidak membedakan segala perbedaan didalam kehidupan mereka.

Secara keseluruhan penampilan dari pilem musikal ini memang sangat baik diawalnya gw disuguhi anak-anak kecil yang lincah dan bernyanyi tentang "Hujan" lalu diganti dengan lagu "Buka Jendela mu", sebuah lagu yang mudah dan sangat dimengerti oleh para penontonnya tidak ada kerutan alis dan deheman setiap anak-anak ini menampilkan perannya masing-masing. Namun mendekati pertengahan cerita barulah mulai menampilkan banyak plot cerita yang menghiasi alur cerita utama film, dan juga menghilangnya elemen musikal yang tadinya ditampilkan secara maksimal oelh Aditya Gumay ini hingga konsentrasi yang terpecah dan membuat pilem ini terasa berjalan datar.

Setelah melalui tahap pertengahan barulah gw dan mungkin penonton yang jumlahnya cuma beberapa kepala saja dibuat harus menahan sesaknya dada dan harus rela menitikkan air mata ketika Aldo di paksa harus diremehkan oleh kakaknya dan juga ibunya, merasa tidak berarti bagi keluarganya Aldo akhirnya meninggalkan rumah dan bertemu dengan Rara dirumah sakit. Semua kejadian dilewati mereka berdua dari mulai mencari makan sendiri untuk makan malam mereka hingga saat si Aldo bilang "Aldo ga mau pulang, kakak malu punya adek kaya Aldo", "Rara malu gak punya temen kaya Aldo". Sumpah di scene ini sepenuhnya bikin dada sesek banget, gw serasa masuk kedalam sosok Aldo yang memiliki mental yang "special".

Walau Raffi Ahmad terkesan masih terlalu muda dan juga rapi untuk jadi ayah Rara yang tinggal di perkampungan kumuh, ia tetap secara profesional dan konsisten memberikan parade akting yang menawan sepanjang film ini. Bagian yang paling gw sangat suka adalah ketika Raga menceritakan dongeng pengantar tidur kepada putri tercintanya yang tetepa maksa ingin memiliki jendela hingga saat si Raga bilang "nanti ya ndok doa'in bapak supaya dapet rezeqi" dan dibarengi dengan adegan Raga memeluk dan mencium si Rara.

Dan yang paling gw suka adalah akting si Aldo yang dengan lancar, ia mampu menginterpretasikan bagaimana gerak-gerik seorang karakter yang memiliki keterbelakangan mental. Aktingnya begitu meyakinkan dan wajar serta tidak pernah dilakukan dalam porsi yang berlebihan, bagus untuk kapasitas Emir yang masih kecil.

Dan sangat bangga pula jika Rumah Tanpa Jendela mampu dengan mudah merebut perhatian dan hati setiap penontonnya membawakan tema sosial yang erat mulai dari persahabatan, saling membantu satu sama lain hingga begitu berartinya untuk mengucap syukur atas anugerah kehidupan yang telah diberikan Tuhan. Dan pilem ini mampu membuat alur cerita yang tidak menggurui, so pilem ini bener-bener gw rekomen buat di tonton dari pada pilem NKRI yang lebih banyak menampilan peran kebohongan di pilem-pilem horor yang ada sekarang ini. Nonton ya, cikicieeeww..

Dan satu pesen gw, "Jangan nunggu hingga akhirnya ada di TV, karena gak bakalan dapet feelnya, dan satu lagi seluruh hasil penjualan tiket akan disumbangkan untuk mereka yang membutuhkan melalui Dompet Dhuafa, so bangga dengan pilem NKRI yang bermutu maka nonton di bioskop ya"

~r4,20110301~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun