Mohon tunggu...
rama wibi
rama wibi Mohon Tunggu... lainnya -

i'am nothing but i want to be something...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Film : 7 hari 24 Jam

1 Desember 2014   20:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Title : 7/24 Genre : Drama Comedy Rate : 1 of 5 Star Nah film terbaru yang gue tonton kali ini memang mengisahkan sebuah cerita yang sederhana sekali, kisah tentang sebuah keluarga yang dimana suami serta istrinya menghabiskan waktu selama 1 minggu didalam ruangan rumah sakit yang dibatasi oleh sebuah tirai, saat mengetahui nama yang main, jujur ekspektasi gue tinggi terhadap film ini, Lukman Sardi dan Dian Paramita Sastro Wardoyo ini memang tidak diragukan lagi untuk berakting, meski list film Lukman Sardi lebih banyak dibandingkan Dian, tapi secara kualitas mereka layak untuk di ancungi jempol. Namun sayang seribu sayang, kembalinya "Cinta" dalam film ini tidak begitu kuat, bukan soal karakter. Tetapi kepada jalan cerita dan konflik yang tercipta di durasi 100 menit ini. Tania dan Tyo adalah pasangan yang sudah menikah selama 5 tahun dan diberikan kepercayaan seorang anak yang manis bernama Ayla, sebagai keluarga yang tinggal di sebuah kota megapolitan mau tidak mau membentuk mereka untuk mengejar cita-cita tanpa mementingkan pribadi mereka masing-masing. Dalam kasat mata, keluarga ini sangat harmonis, setiap scene menampilkan keharmonisan Tania dan Tyo yang selalu berkomunikasi meski mereka sedang sibuk dengan kerjaan mereka masing-masing, Taniapun begitu, selalu menyempatkan waktu untuk anak mereka. Keadaan berubah ketika mereka secara tidak sengaja harus sakit. Hari demi hari dilalui suami-istri ini, pekerjaan, keluarga dan teman ikut membuat pasangan suami-istri ini harus dimarahi oleh dokter yang menangani mereka, dokter menganjurkan mereka berdua harus beristirahat secara total, namun beberapa kali pasangan ini melanggarnya. Hingga terjadilah konflik yang menyebabkan perbedaan pandangan antara Tania dan Tyo didalam kamar tersebut, konflik yang kembali mempertanyakan alasan kenapa mereka saling menikah dan menjalani hidup bersama.

Secara keseluruhan film ini tidak ada yang baru, candaan dan komedi yang disampaikan pun terasa sangat sederhana yang biasa dilakukan oleh para pasangan suami-istri diseluruh negeri ini. Kisah yang ingin dibangun dalam sebuah ruangan rumah sakit inipun terasa sangat garing, tidak ada yang WOW banget, kenapa gue bisa bilang begitu!!! Karena ditahun ke 5 mereka menikah ternyata obrolan mereka selama 7 hari 24 jam ini hanya bersifat luarnya saja tidak masuk kedalam ranah kehidupan berkeluarga sebagaimana mestinya. Tania tidak pernah menceritakan kekesalan/kegembiraannya ketika mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang Senior CRM, begitupun dengan Tyo yang hanya bercerita datar ketika ada artis filmnya yang datang menjenguknya dan mengakibatkan Tania cemburu. Obrolan tentang alasan Tania dan Tyo untuk saling menikahpun hanya dibahas secara kulit luarnya saja, tidak dibangun begitu dalam kenapa mereka bisa sampai menikah. Marah-marah kecil yang diberikan Tania kepada Tyo juga terkesan standard banget atau malah tidak berasa banget. Selama 100 menit film ini, tokohnya terlalu banyak, padahal gue mengharapkan tokoh Tania dan Tyo lah yang berperan untuk membawa penonton menikmati sebuah konflik dalam berumah tangga, sayangnya itu tidak terjadi. Film-film seperti ini padahal bisa disajikan lebih dalam jika naskah ceritanya memang dibuat begitu menyentuh dan dibuka secara menyeluruh, melalui 7 hari 24 jam seharusnya karakter Tania dan Tyo bisa membangun itu secara lebih, makanya ketika film ini selesai hanya disajikan sebuah hubungan suami-istri yang akan kembali seperti semula tanpa harus dipenuhi dengan konflik yang berkepanjangan. Tidak ada yang menarik untuk menonton film secara konsentrasi, karena memang genre comedy yang disematkan juga tidak telalu kena banget, mungkin alasan bangku studio yang terisi penuh adalah sosok Dian Sastro, momennya pas setelah mini film "AADC" versi aplikasi chatting booming, maka Dian Sastro kembali terangkat statusnya sebagai "Cinta" untuk kembali dinikmati. Film ini gak gue rekomen untuk nonton di bioskop, lebih baik tunggu di sinema RCTI atau filenya di internet, 1 bintang gue rasa cukup sadis tapi memang seperti itu keadaannya film yang tidak mengedepankan sebuah cerita dan klimaks yang sangat bagus untuk di tonton. ~r4,2014121~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun