Mohon tunggu...
rama wibi
rama wibi Mohon Tunggu... lainnya -

i'am nothing but i want to be something...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sunset di Tanah Anarki

2 Desember 2014   18:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:14 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepucuk surat telah tiba, dan senja pun ikut berdebar

Kalimat indah dan kisahmu tentang perang dan cinta”


Selama ini dia adalah sosok yang akan selalu menunjukkan semangat membara, dunia tak akan pernah tahu tentang kesedihan atau masalah yang menimpanya, dia hanya perlu mengejar kesedihan dan masalah itu lalu menghilangkan semua itu dengan genggamannya. Namun dibalik itu semua, harapnya selalu menggantung tinggi akan keluarganya, membahagiakan keluarganya mungkin belum begitu cukup untuk memenuhi harapannya yang tinggi. Aku yang mengamatinya dengan seksama setiap harinya, sebagai orang yang mengenalnya sudah cukup lama, aku tahu yang dia inginkan hanya berbatas keadaan. Dia relakan dirinya mungkin untuk menjadi caci maki dan bahan tertawaan di setiap harinya, agar setidaknya dia mampu mendapati diri nya sendiri merasakan kebahagiaan yang teramat sangat dengan melihat sebuah senyuman manis dan tawa yang mengembang dari keluarga pujaannya.

Ada kecewa, amarah, resah, lelah hati, kebimbangan mencari arti, kasih dan cinta, ada juga rindu bertalian cemburu, ada harapan yang hilang dan duri dari rasa bersalah atas semua ini, semua bercampur dalam keagungan dan rasa yang telah tercipta di dalam hatinya dalam perjalanan hidupnya. Sesekali aku hanya melihat airmata, airmata karena cinta dan putus asa, airmata yang membawa rasa rindu yang tak terungkapkan dan air mata dari hati yang terluka. Mungkin langit malam ini akan menemani dukamu, sekalipun bulan dan bintang bersinar terang menemani sunyinya malam, dan bunyi-bunyi binatang kecil seperti serannga juga kicauan kucing diluar sana seolah tak mengganggu dan tak mempengaruhi dirimu dan hati juga batinmu yang mungkin saat itu sedang terjadi pergolakan.

“Kubasuh luka dengan air mata

Oh hatimu beku, serta jiwamu yang lelah

Tak henti lawan dunia dengan mimpi besar untuk cinta

Dan jalanmu tuk pulang, di ujung waktu kan ada cahaya

Itulah aku, raihlah mimpimu”


Disini, kali ini aku tak melihat airmata lagi dan tak kulihat terbukanya matanya, tak ada yang bijak yang kurasakan dalam perkara ini dan tak ada kata yang bisa ku katakan, hanya ada diam serta murka hati. Memang pahit, meski ada kerikil kecil yang mungkin membuatmu tersandung. Tuhan hanya sedang memintamu untuk berjuang lagi, dan lagi, karena jalanmu masih panjang. Dan kamu bisa memulai untuk memperbaiki diri dan tentu saja menyayangi dirimu sendiri.

Angin berhenti mendesir seakan termangu. Langit yang tadinya cerah mulai mendung menghapus segalanya. Semua bisu. Terlelap dalam irama tangis yang memecah di hari ini. Dan aku hanya bisa duduk menangisi pusara yang baru saja menutupi jasadmu, ayah.

-lyric by SID-


~r4,20141202~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun