Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pragmatisme Politik, Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2024   08:47 Diperbarui: 4 Juli 2024   18:02 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Politisi. (Sumber: KOMPAS/SPY)

Kemunculan lembaga survei yang begitu semarak pada gelaran Pilpres 2024 menjadikan beberapa partai politik gamang dalam menentukan calon yang akan diusungnya. 

Alih-alih percaya diri mengusung kader sendiri justru mengekor hasil lembaga survey dirasa lebih aman dalam mengusung seorang tokoh politik. Aman bagi keberlanjutan partainya karena paling tidak logistik yang akan dimiliki partainya diharapkan ikut melimpah.

Roda pergerakan partai tentu tidak akan berjalan mulus tanpa logistik yang memadai. Satu - satunya jalan untuk menciptakan kondisi tersebut adalah lewat kemenangan tokoh politik yang didukungnya. 

Dengan ikut berkuasa maka logistik partai juga secara signifikan ikut bertambah. Namanya saja penguasa maka seluruh aspek sumberdaya pasti dimilikinya.

Pragmatisme politik pun mulai bermunculan dalam gelaran pilkada serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada bulan November. 

Gerak-gerik partai politik seperti terimbas oleh hasil survey beberapa lembaga survey . Padahal kader internal partainya sendiri banyak yang memiliki potensi. 

Takut kalah seperti saat Pilpres yang mana hasil survey seperti merajai pilihan masyarakat sehingga muncul kegamangan dalam menentukan kader internal partai.

Lembaga survey memang tidak bisa disalahkan karena hal tersebut merupakan konsekuensi dari lahirnya demokratisasi di negara ini. Hasil pooling lembaga survey memang seakan menyihir masyarakat dalam menentukan pilihannya. 

Tidak dapat dipungkiri dalam masyarakat yang belum cukup dewasa dalam berdemokrasi kadang rasionalitas dalam menentukan pilihan kurang dapat difahami. 

Parahnya lagi lembaga politik yang bernama partai politik juga ikut-ikutan tidak dewasa dalam berpolitik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun