Fanatisme pada sosok tertentu kadang membutakan setiap pendukungnya tanpa mau melihat kelebihan dan kekurangan tokoh idolanya. Hal ini yang sering membuat pendukung figur tertentu menjadi anti kritik walaupun kritik atau saran itu sebenarnya membangun bagi tokoh idola mereka.
Dalam berbagai hal selalu ada fanatisme para pendukungnya, tak terkecuali dalam bidang politik juga mengalami hal yang sama. Walaupun partai politik merupakan organisasi awal yang mengangkat pamor tokoh tertentu, namun tidak jarang masih muncul organisasi lain diluar partai yang mencoba independen dengan menjaga jarak dengan parpol pendukungnya. Inilah yang terkadang membuat parpol menjadi tidak mempunyai greget dibanding relawan.
Munculnya organisasi relawan juga menjadi kritik bagi parpol agar mau menampilkan tokoh yang dianggap berprestasi oleh masyarakat selama masa kepemimpinan mereka baik di tingkat kabupaten maupun kota. Karena terkadang parpol enggan untuk menaikkan pamor kadernya sendiri yang berprestasi karena selalu muncul syahwat untuk berkuasa dari pengurus pusatnya. Sehingga kader yang terbaik sekalipun akan mereka tinggalkan.
Fenomena munculnya relawan merupakan daya dobrak masyarakat untuk mencelikan mata parpol agar mau mengusung kader terbaiknya dalam kontestasi politik. Kalau tidak dikhawatirkan organisasi relawan akan semakin menjauhkan parpol dari kader terbaik mereka.Â
Yang juga menjadi perbincangan hangat saat ini adalah relawan justru semakin hanyut dalam euforia untuk melanjutkan terus kepemimpinan idola mereka. Jadi apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh tokoh politik idola mereka seolah-olah menjadi sihir bagi mereka untuk membenarkan berbagai cara untuk terus melanjutkan kepemimpinan idola mereka.
Keberlanjutan apa yang telah berhasil dilakukan tentu merupakan hal baik yang harus terus dilakukan. Namun kalau sampai membawa-bawa keluarganya dalam dunia politik secara sistemik tentu akan sangat meresahkan. Demokrasi yang dibangun akan menjadi mundur karena akan kembali membangun politik dinasti walaupun dalam kondisi yang demokratis sekalipun.Â
Untung saja ada tokoh yang memang mempersiapkan keluarganya untuk merangkak dari bawah untuk berkarir di bidang politik. Namun ada juga yang tiba-tiba langsung dimunculkan sebagai ketua umum parpol tanpa proses berpolitik dari bawah. Sebenarnya dinasti politik tidak bermasalah asal berproses mulai dari tingkat yang paling bawah. George W.Bush pun tidak serta merta muncul di tingkat nasional sebelum ikut kadidasi sebagai capres pada saat itu. Anak dari George Bush juga bisa dikatakan sebagai politik dinasti.Â
Sebenarnya kalau rintisannya adalah dari proses politik terbawah akan tidak menjadi masalah, karena pasti akan melalui proses yang demokratis dengan syarat harus lewat pemilu. Bukan seperti era orde baru yang tiba-tiba ditunjuk langsung menduduki jabatan tertentu.
Yang menjadi masalah adalah apabila suara relawan melebihi suara parpol maka tentu dinasti politik akan bisa terbentuk. Asalkan tokoh yang mereka usung berprestasi dan sangat dicintai oleh masyarakat. Maka tak ayal organisasi relawan lebih besar dari parpol karena tokoh idola mereka disukai oleh banyak masyarakat sehingga suara mereka dapat melanjutkan kepemimpinan keluarga tokoh idola mereka. Namun yang perlu untuk dicatat adalah jangan sampai membawa kepada otoritarian baru walaupun melalui proses demokratis. Karena ada beberapa lembaga yang tidak dapat dicampuri secara politis namun kedudukan pimpinannya dipilih secara politis, sehingga dapat memunculkan tokoh yang dekat dengan penguasa dan muncul lah konflik kepentingan.
Akan menjadi elok apabila Partai Politik mulai bersikap dewasa dalam membawa kader terbaiknya menduduki posisi jabatan publik. Agar tidak perlu menunggu masyarakat membentuk organisasi relawan untuk mengusung seorang tokoh yang sebenarnya adalah kader terbaik suatu partai. Sehingga tidak perlu menimbulkan efek fanatisme berlebihan untuk terus membawa keluarga sang tokoh untuk dipaksakan masuk ke dunia politik.
Salam Sehat........!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H