Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bu Sum, Cinta yang Memberdayakan

14 Juni 2023   13:02 Diperbarui: 14 Juni 2023   18:04 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntung bu Sum akhirnya menemukan putri yang dikasihinya walaupun sudah berkeluarga dan memiliki kehidupannya sendiri. Namun bu Sum sangat bersyukur pada Tuhan atas kasih-Nya yang nyata dalam kehidupnnya. 

Sekedar bertemu dan akhirnya berpisah lagi tidak membuatnya patah semangat untuk melanjutkan hidup selepas dari penjara sebagai tahanan politik pada saat itu.

Hari -hari dijalaninya dengan penuh syukur walaupun dalam kesendirian yang panjang dan melelahkan. Seolah penderitaannya sekarang belum seberapa dibanding pada saat di dalam penjara. 

Ketekunan menjalani profesi lamanya walau pada usia renta tidak begitu berpengaruh pada kondisi perekonomiannya. Tenaganya yang terbatas menjadikan profesi petaninya tidak menghasilkan hasil yang maksimal untuk kehidupannya.

Beruntung tempat ibadah tempat beliau berkebaktian, Pendeta dan Jemaatnya sangat peduli pada kehidupannya. Ketekunan dalam beribadah yang harus dijalaninya sejauh 5 kilometer tidak menyurutkan kerinduannya bertemu sang Pencipta. 

Kerinduan untuk melambungkan pujian dan menerima nasehat kebenaran sang Pencipta dan Juru Selamatnya membuatnya semangat menjalani hari-hari panjangnya. 

Tidak ada penyesalan akan kehidupannya saat ini, beliau merasa bersyukur masih dikaruniai hidup yang panjang lepas dari siksaan dan cemoohan selama di penjara. 

Rasa syukur itu membuatnya kuat untuk berjalan ke tempat ibadah sekalipun harus berjalan kaki. Rasa syukur itu pula yang membuat jemaat selalu bahu membahu menopang kehidupannya.

Sampai usia beranjak menuju 87 tahun beliau merasa ajalnya sudah dekat, sehingga ia berpesan agar apabila dipanggil sang pencipta maka tubuh rentanya agar dibawa ke tempat ibadah. Dan pada akhirnya terwujudlah apa yang diinginkannya, Tuhan memanggil dengan cara-Nya. 

Dalam kesendirian bu Sum terjatuh menggenggam taplak meja makan yang menjdi pegangannya saat terjatuh dan akhirnya meninggal. Ada satu kekuatan yang beliau pegang yaitu sandaran hidupnya yang pasti diyakini akan menyelamatkannya yaitu Kristus Sang Penebus. 

Dalam luka-luka benturan yang ada di tubuhnya bu Sum tetap berpegang pada sandaran hidupNya. Dicintai olehNya adalah sumber kekuatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun