Membaca kata ' Jamu ' bagi kebanyakan generasi milenial identik dengan pahit dan berbau tidak enak. Jamu menjadi minuman yang sangat dihindari bagi mereka, karena membayangkan saja sudah mengakibatkan rasa haus dalam sekejap hilang.
Minuman jamu sebenarnya merupakan warisan tradisi nenek moyang asli bangsa Indonesia yang sungguh sangat berharga. Bila tidak diwariskan dan diteruskan oleh generasi milenial maka pelan-pelan akan hilang ditelan bumi.
Bahan - bahan alami asli bumi Nusantara yang menjadi bahan baku utama jamu sebenarnya merupakan harta karun yang banyak dicari para pedagang Eropa pada jaman dahulu kala. Akibat pencarian rempah-rempah yang merupakan bahan baku utama jamu, maka munculah kolonialisme.
Orang Eropa rela berlayar bermil- mil jauhnya hanya untuk mendapatkan jahe, kunyit, lada, jintan, temulawak, cengkih dan lain sebagainya. Dan dalam pelayaran bukannya tanpa hambatan, tentu banyak sekali hambatan dan tantangannya seperti kecelakaan di samudera, perang, dan tentunya sakit penyakit yang menyertainya.Â
Harta karun yang dahulu menjadikan dunia menjadi terkoneksi dan terjajah kini mulai ditinggalkan generasi muda. Pengorbanan para pendahulu kita dalam mempertahankan harta karun yang berupa rempah-rempah sangatlah sia-sia apabila tidak dilanjutkan oleh generasi sekarang.
Atau jangan-jangan munculnya minuman energi pengganti jamu adalah taktik para kolonialis milenial dalam upaya merebut harta karun kita agar minuman mereka lebih diminati walaupun dengan berbagai efek samping. Tentu kesadaran akan bahaya minuman berenergi harus selalu digaungkan dan kampanye minum jamu yang lebih sehat harus selalu disuarakan.
Jamu tradisional merupakan minuman sehat tanpa efek samping karena proses pembuatannya yang tanpa campuran bahan kimia apapun. Minuman yang dibuat dari rempah-rempah asli Nusantara tentu sangat menyehatkan tubuh karena terbukti orang Eropa saja sampai rela mengorbankan jiwa raga untuk mendapatkannya.
Upaya melestarikan jamu sebenarnya terus dilakukan oleh pemerintah kita. Terbukti dengan dibukanya jurusan Jamu di Poltekkes Kemenkes Solo, ini membuktikan betapa seriusnya pemerintah untuk terus melestarikan budaya pengobatan herbal ala Indonesia. Keseriusan pemerintah ini harusnya diimbangi dengan pengembangan industri jamu yang masif sehingga banyak tenaga kerja dengan keahlian jamu yang terserap di dalamnya. Termasuk kampanye masif penggunaan jamu dalam industri kesehatan sehingga pasar jamu akan ikut menyerap produksi jamu tradsional.Â
Keberhasilan China dalam mengembangkan industri herbalnya patut ditiru. Bagaimana mereka dengan serius mengembangkan industri obat herbal mereka dari hilir sampai ke hulu. Pengembangan melalui berbagai riset yang dilakukan telah mampu menjadikan obat China menjadi obat yang diakui kempuhannya. Indonesia perlu melakukan studi banding kesana agar industri jamu kita bisa berkembang.
Petaka yang pernah terjadi akibat pencampuran obat kimia dalam industri jamu kita perlu menjadi bahan evaluasi agar tidak terulang lagi. Sifat jamu yang mengobati secara perlahan janganlah membuat industri jamu tergoda untuk menjadikannya instant dengan mencampur bahan kimia berbahaya. Industri jamu kita pernah berjaya namun dinodai oleh praktek oknum pelaku industri yang justru menjatuhkannya.
Minuman energi memang cepat menyegarkan badan, namun jamu justru menyegarkan dalam jangka panjang. Sehingga masyarakat harus teredukasi dengan manfaat dan resiko kedua hal tersebut. Kiranya kesadaran akan sehatnya minum jamu tradisional yang murni tanpa campuran bahan kimia kembali terulang. Sehingga industri jamu tradisional kembali bangkit dan berjaya......Salam Sehat !!!!