Wacana yang berakhir dengan dieksekusinya sekolah jam 5 pagi oleh beberapa sekolah di Provinsi NTT menimbulkan pro kontra dimasyarakat. Ada yang mendukung dengan alasan pendisplinan anak agar terbiasa bangun lebih pagi, namun ada pula yang menolak dengan alasan terlalu otoriter.
Memang semua berangkat dari keprihatinan akan menurunnya kualitas peserta didik di daerah tersebut versi sang pelempar wacana. Menurunnya kualitas tersebut terkait dengan menurunnya kedisiplinan peserta didik di beberapa lembaga pendidikan milik pemerintah. Jadi penurunan kualitas berbanding lurus dengan tingkat kedisiplinan.Â
Tentu semua maklum apabila kedisiplinan membuat proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Tidak bisa dipungkiri sekolah dengan kedisiplinan tinggi akan menghasilkan output yang lebih baik.Â
Beberapa sekolah yang menerapkan disiplin tinggi seperti Taruna Nusantara, Kanisius, Pangudi Luhur, Penabur, dan sekolah-sekolah lain yang sejenis bisa dilihat kualitas lulusannya pasti lebih baik dibanding sekolah yang standard kedisipinannya rendah.Â
Tetapi yang perlu diperhatikan adalah sekolah-sekolah tersebut tidak kaku dalam pemberlakuan disiplin di sekolahnya masing-masing. Kecuali mungkin SMA Taruna Nusantara karena merupakan sekolah milik lembaga militer jadi wajar gaya pendisplinannya juga mengikuti mereka.
Disiplin oleh banyak orang digambarkan dengan kekakuan dalam pola pikir dan tindakan. Tentu akan sangat berbahaya jika semua bentuk disiplin seperti yang menjadi gambaran umum masyarakat.Â
Padahal disiplin juga bisa tidak menjadi kaku kalau setiap prosedur pembiasaan dalam hidup dilakukan secara adaptif dan dalam kondisi yang menggembirakan.Â
Sebagai contoh: Pembiasaan belajar di rumah dalam suatu keluarga cukup dilakukan dengan memberi waktu khusus untuk belajar dengan memberikan teladan kepada anak-anaknya bahwa belajar itu penting.Â
Terserah waktunya yang penting dalam sehari ada waktu khusus untuk belajar. Dengan demikian kedisiplinan dalam belajar menjadi gaya hidup dalam keluarga tersebut.
Membuat disiplin dalam hal waktu sekolah tidaklah sepenuhnya keliru. Pendisiplinan yang berkaitan dengan waktu mulai bersekolah tentunya bisa membawa kedisplinan dalam belajar.Â
Tetapi apakah hal tersebut sangat urgen sekali saat ini ? Apakah sudah dilakukan kajian ilmiah yang bisa menguatkan pernyataan yang sudah terlanjur jadi kebijakan ?Â
Bangun jam 4 pagi berarti sangat diperlukan apabila sekolah dimulai jam 5, bagi yang belum terbiasa maka di sekolah akan tidak produktif karena mengantuk.Â
Fokus pembelajaran baik oleh Guru maupun murid sangat terganggu karena rasa kantuk yang mereka alami. Belum lagi infrastruktur transportasi ke sekolah apakah sudah cukup memadai, jangan sampai peserta didik terbengkalai karena sulit mencapai sekolahnya sebelum jam 5 pagi.
Hal-hal seperti itu sungguh harus menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan. Jangan hanya karena ingin memuaskan pejabat diatasnya tetapi tanpa kajian ilmiah yang matang, peserta didik menjadi korban.Â
Semua orang sepakat disiplin itu penting karena bangsa yang memilki displin tinggi pasti akan cepat maju dibanding yang disiplinnya rendah.Â
Justru urgensi yang ada saat ini adalah bagaimana mencetak generasi penerus bangsa yang disiplin dalam ilmu pengetahuan, peraturan-peraturan pemerintah, dan pola pikir yang demokratis dalam keseharian mereka.Â
Kalau hanya sekedar waktu belajar yang lebih awal justru akan menjadi semangat belajar siswa menjadi lemah karena menahan rasa kantuk yang teramat sangat.Â
Konon di negara yang pendidikannya maju justru waktu belajar di sekolah lebih pendek dari waktu bermain mereka. Sehingga mereka bisa berkreasi secara bebas tentang bahan pembelajaran yang sudah diterima di sekolah.Â
Dan disela waktu bermain mereka sebenarnya sedang mengaplikasikan teori pembelajarannya dengan cara yang menyenangkan.......salam sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H