Kurangnya minat baca masyarakat sangat terlihat dari begitu mudahnya informasi hoax disebarkan di media sosial. Tanpa mengerti esensi suatu berita yang penting judulnya bombastis ( memenuhi selera pembaca ) langsung disebarkan. Dengan harapan dirinya dianggap sebagai orang pertama yang memperoleh informasi tersebut walaupun tidak tahu kebenarannya.
Malas membaca adalah kebiasaan yang harus segera diperbaiki oleh bangsa ini. Pembiasaan harus sudah dimulai sejak anak-anak mulai bisa membaca. Gerakkan literasi harusnya sudah dimulai dari sejak berdirinya negara kita. Agar kebiasaan membaca bisa menjadi budaya di negara kita.
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Itulah ungkapan yang dapat kita amini saat ini. Gerakan literasi harus segera dilakukan untuk menyelamatkan generasi bangsa kita dari kebodohan berliterasi.
Yang lebih memprihatinkan adalah banyak beredarnya karya ilmiah yang dibuat dari hasil memesan kepada jasa perjokian. Ingin hidup nyaman tapi tanpa berusaha itulah yang menjadikan dunia pendidikan kita menjadi sangat memprihatinkan. Menulis dianggap sebagai beban yang memberatkan.Â
Membaca adalah basis untuk seseorang dapat menulis. Tanpa banyak membaca maka sesorang akan kesulitan dalam membuat tulisan. Maka sumber kemalasan untuk berliterasi atau membaca harus segera ditumpas. Malas adalah kata kunci utama. Mengapa bisa malas ? Itu yang harus cepat kita ketahui penyebabnya.
Membuat karya ilmiah apapun bentuknya memiliki konsekuensi untuk banyak membaca buku. Maka apabila malas membaca bisa dipastikan akan menemui kesuitan dalam membuatnya. Referensi buku menjadi modal utama dalam membuat karya ilmiah.Â
Joki ilmiah sebenarnya adalah orang yang memiliki kemapuan membaca yang mumpuni sehingga sanggup untuk menerima order pembuatan karya ilmiah. Jadi modalnya hanya satu: membaca.Â
Jika semua orang mau membaca maka niscaya para Joki Ilmiah ini tidak akan laku menjajakan jasanya. Setidaknya semua orang memiliki kemapuan untuk menulis sehingga hanya perlu bantuan dalam editing tulisan.
Adanya joki ilmiah juga membuat kualitas lulusan perguruan tinggi menjadi rendah. Daya nalar dan kreatifitasnya kurang dalam mengaplikasikan ilmunya di masyarakat. Titel mentereng tetapi tanpa kemampuan intelektual yang memadai. Sehingga kebijakan yang keluar juga kadang miskin literasi.Â
Banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan yang bertitel panjang tapi asal buat karena mereka memperoleh titelnya tanpa perjuangan menulis karya ilmiah yang baik. Atau bahkan sama sekali tidak menulis alias dikerjakan oleh joki ilmiah.Â
Sudah saatnya gerakan literasi digalakkan lewat sekolah-sekolah seperti saat ini. Sehingga kualitas akademis anak-anak Indonesia akan mampu disejajarkan dengan negara lain. Jangan sampai kita hanya menjadi konsumen berita hoax yang bertujuan memecah belah bangsa kita. Ayo berliterasi....lawan Joki Ilmiah.....salam sehat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H