Dalam membuat sebuah perencanaan organisasi yang berbasis manajemen stratejik, perubahan adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat dihindari. Apalagi untuk menuju organisasi/perusahaan yang lebih besar dan maju, pembenahan di setiap sudut organisasi menjadi hal yang sangat penting. Nah, keberhasilan perubahan ini juga sangat tergantung dari komitmen pimpinan. Terutama dalam hal kesabaran, karena tidak semua pimpinan sabar untuk menunggu hasil yang memuaskan dari sebuah perubahan.
Terkadang masih ada pimpinan yang ingin mendapatkan hasil yang instan dari sebuah perubahan. Mereka tidak sadar kalau sebuah perubahan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Akan tetapi ada juga pimpinan yang mengerti akan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah perubahan, sehingga pimpinan tersebut sangat intens dalam mengawal proses perubahan yang terjadi.
Hal ini terjadi pada dua organisasi/perusahaan yang menjadi klien saya. Kedua organisasi ini kebetulan melakukan perubahan besar untuk mencapai tujuan yang tidak jauh berbeda, yaitu kinerja organisasi yang bagus (great performance), proses yang efektif (simplify process),dan pelayanan yang optimal(service excellent). Akan tetapi, komitmen dari pimpinan kedua organisasi ini sangatlah bertolak belakang, sehingga hasilnya pun menjadi sangat jauh berbeda.
Sebut saja organisasi A (bukan nama sebenarnya hahaha), perubahan yang dilakukan oleh organisasi ini terbilang cukup meyakinkan. Langkah-langkah perubahan yang akan dilakukan pun tidak semata-mata menjadi tulisan di dokumen. Faktor yang paling penting adalah komitmen dari puncak pimpinan sangat tinggi, terutama dalam menghadapi sebuah perubahan yang dinilai berjalan lambat. Bahkan pimpinannya menganggap perubahan yang dilakukan masih tidak/belum cukup. Menurut dia, masih perlu dilakukan transformasi yang lebih besar lagi agar hasil yang ingin dicapai dapat maksimal.
Sayangnya komitmen dari pimpinan puncak dalam menanggapi perubahan yang berjalan lambat ini juga tidak setinggi yang diharapkan, sehingga benar apa yang dikatakan para penulis teori manajemen perubahan seperti John P. Kotter, Esther Cameron, dan penulis manajemen perubahan lainnya bahwa “apabila perubahan itu berjalan sangat lambat, organisasi/pimpinan cenderung mengenang romantisme terhadap kondisi masa lalu, organisasi menganggap kondisi masa lalu adalah kondisi yang lebih baik”.
Jadi bisa kita lihat, bagaimana kesabaran seorang pimpinan berperan sangat penting. Oleh karena itu, sebelum anda memutuskan untuk menjadi seorang pimpinan, sebaiknya diukur dulu tingkat kesabaran anda dalam mengimplementasikan langkah-langkah dari perencanaan manajemen stratejik yang akan anda formulasikan dan anda tetapkan. So, sudah siapkah anda menjadi pimpinan…?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H