Mohon tunggu...
Rakhmat Robbi
Rakhmat Robbi Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Banjarmasin - Kalimantan Selatan tanggal 2 agustus 1984 | Senior Consultant pada Value Alignment Advisory (VA2) sebuah lembaga konsultan dan riset bidang manajemen dan organisasi | meminati masalah-masalah ekonomi, manajemen, dan sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengaruh Bahasa Terjemahan Terhadap Paradigma

27 Januari 2012   01:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:24 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan Bahasa Indonesia yang baku pada masa sekarang ini tidak terlepas dari pengaruh Bahasa Asing. Tidak sedikit Bahasa Asing yang “di Indonesiakan” sehingga menjadi bahasa baku yang biasa kita pergunakan baik dalam keseharian berbicara maupun dalam tulisan. Beberapa waktu terakhir ini saya agak terusik dengan beberapa kata dari Bahasa Inggris yang diterjemahkan menjadi Bahasa Indonesia yang baku, namun menurut saya diartikan agak menyimpang sehingga pengimplementasian dari kata tersebut menjadi agak berbeda. Kata-kata tersebut diantaranya “Government” dan “Career Path“. Kedua kata ini memang tidak baru-baru ini diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, akan tetapi menurut saya tidak ada salahnya untuk meninjau (review) kembali pengertian dua kata ini. Menurut Oxford Dictionary Online, Government yang berarti the group of people with the authority to govern a country or state ; a particular ministry in office: (Sekelompok orang yang diberikan suatu otoritas/kewenangan untuk mengatur/mengelola suatu negara;  sebuah kantor yang memberikan pelayanan tertentu). Ada kata to govern yang berarti mengatur atau mengelola pada pengertian tersebut.

Di negara kita yang tercinta ini, Government diartikan sebagai Pemerintah. Secara tidak sadar otak saya mengartikan kata Pemerintah menjadi Pemberi Perintah. Saya juga berkeyakinan bahwa bukan cuma saya yang mengartikan Pemerintah sebagai Pemberi Perintah. Pada kenyataanya saat ini, tidak sedikit oknum yang memiliki jabatan di instansi-instansi “Pengelola Negara” yang bisanya hanya memberi perintah kepada bawahan. Tapi tidak sedikit juga pejabat pengelola negara yang mampu bekerja sesuai dengan kompetensi dan jabatannya. Tanpa mendiskreditkan pengelola negara, hal ini juga banyak terjadi di lingkungan perusahaan swasta. Jadi, alangkah baiknya mulai sekarang kita pribadi mencoba membiasakan otak kita untuk mengganti kata Pemerintah menjadi Pengelola Negara.

Kata berikutnya yang agak mengusik saya adalah Career Path atau Jalur Karir. Menurut saya, jalur disini sama seperti sebuah jalan. Kita bebas memilih jalur yang mana saja yang ingin ditempuh, bisa ke kiri atau kanan, ke depan atau ke belakang, bisa juga, ke atas dan ke bawah, serta tidak menutup kemungkinan jalur yang ditempuh malah menyerong. Contoh, untuk bisa mendapatkan jabatan, pendapatan, atau kebanggaan yang lebih baik kita tidak harus berada di suatu organisasi yang sama. Kita bisa berpindah ke organisasi lain atau bahkan kita bisa menciptakan jalan kita sendiri untuk mendapatkannya. Semua tergantung pada diri kita sendiri, ke mana arah yang ingin kita tuju.

Pada kenyataannya, Career Path di Indonesia diartikan sebagai Jenjang Karir. Kata Jenjang disini tidak ubahnya sebuah anak tangga yang bertahap satu demi satu. Untuk mencapai puncak, hanya ada satu arah yaitu ke atas. Sifatnya lebih stagnan, dan kalaupun kita ingin berganti tangga, tidak akan lebih mudah dari kita mengubah jalur perjalanan. Karena  kita harus membuat suatu lompatan (apabila kita sudah di anak tangga yang cukup tinggi). Adakalanya kita sudah kelelahan di anak tangga tertentu, bahkan bisa tergelincir dan jatuh ke bawah. Buat saya pribadi, lebih menyenangkan untuk mengartikan kata Path sebagai jalur/jalan daripada sebuah jenjang. Karena tidak semua orang menganggap karir itu selalu berjenjang, terutama saya sih.

Sebenernya otak saya juga sempet terusik ketika membaca status facebook sahabat saya yang mengatakan “Perspektif ini tentu berbeda : Rumah Sakit vs rumah Sehat. Apa pandangan anda terhadap dua hal tersebut?”. Cukup provokatif, apalagi kalau dibandingkan antara Rumah sakit dengan Hospital yang asal katanya dari Hospitality, yang berarti keramah-tamahan. Lagipula, kata-kata ini kan mengusik pikiran saya pribadi. Anda yang membaca tidak perlu ikut terusik dengan jalur otak saya yang suka melanglang buana. Tapi apabila ada masukan dan koreksi, silahkan tinggalkan komen anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun