Saat mengombol bersama, Puti dan Gia sesekali melirik kepadaku. Sebenarnya aku juga bertanya-tanya di dalam hari. Ada apa ya? Kayaknya gak mungkin deh kalau mereka takjub dengan kecantikanku (beeeeuh, mulai deh jurus siputnya keluar). Dengan pedenya aku terus bercerita mengenai kuliahku. Maklum, sudah 3 semester kami tak bertemu. Aku sekarang kuliah di Yogyakarta. Sedangkan Puti dan Gia masih di sini.
Lama kelamaan semakin aneh saja perasaanku, ketika Kak Rasyad berulangkali juga tersenyum ke arahku.
Seketika puti mendekatiku. Firasatku semakin gak enak ni. "Ada apa, ya?"
Putih membisikkan sesuatu kepadaku. Dan aku pun mengiyakan. Ku antar Putih ke belakang. Saat di belakang, Putih berkata, "Nia, maaf ya, sebenarnya aku gak enak mau ngomonginnya. Tapi kamu jangan marah ya. Janji yan Ni? Aku gak ada maksud apa-apa sama kamu."
Perasanku semakin gak enak. Ini sebenarnya ada apa, ya. Kok pakai janji segala. Dan aku pun memaksa Putih mengatakannya sekarang.
"Nia, emang kamu gak tahu ya. Sedari tadi, Gamis dan Bergomu terbalik, Ni."
(Gubraaaaak, seketika hancur duniaku) "Astaghfirullah. Ucapku kaget. "Haaaah, masa si, Put? Aku seakan-akan mau menangis. Sambari kuperiksa pakaian dan jilbabku. Dan benar saja teman-teman, pakaianku terbalik.
"Ya, Allah...saking terburu-burunya ingin liat siapa yang datang, aku gak periksa lagi. Dan dengan pede-nya juga aku sudah ke-GR an, dengan mengira bahwa kalian terpukau oleh kecantikanku. (Nia...Nia, cerobohnya dirimu). Namun semua itu hanya ku sesali di dalam hati saja. Kalau ku ucapkan, maka semakin malu saja aku.
"Terima kasih, Put. Maaf ya, aku perbaiki dulu sebentar di kamar." Ujarku malu.
Ya Tuhan, betapa malunya aku. Pantas saja kak Rasyad terus melihat ke arahku. Aduuuh, bodohnya dirimu Nia, gumamku menyesali diri.
Setelah selesai berganti pakaian, berat sekali rasanya keluar menemui temanku. Namun apa daya, ku tepis saja semua perasaan itu. Aku pun melangkah pasti ke ruang tamu.