Mohon tunggu...
Gading Cempaka
Gading Cempaka Mohon Tunggu... Guru - Gading Cempaka adalah nama salah satu tokoh atau karakter dalam legenda yang berasal dari daerah Bengkulu.

Menulis📝, adalah seni menuangkan isi hati ke dalam rangkaian kata-kata yang saling terhubung menjadi untaian cerita yang sarat dengan makna💞😍

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Tercipta Bukan untuk Ku

23 Oktober 2014   23:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:57 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Sedih/www.blogspot.com

(Semenjak malam itu, sikap Zahib berubah terhadapku. Aku tak tahu mengapa? Sampai suatu ketika dia benar-benar tak mau lagi datang menemuiku. Hingga aku benar-benar merasa kehilangan. Kehilangan orang yang aku sayangi.

Dan, Zahib benar-benar meninggalkanku. Meninggalkan aku yang tak pernah tahu apa sebenarnya kesalahanku padanya.

Zahib pergi, pergi…dan aku tak pernah bisa menghubunginya.

Laksana angin, seketika dia datang, maka seketika itu jua dia berlalu dari kehidupanku….

“Kasih, maka aku akan selalu menanti, menanti penjelasnmu”:()

/selepas kau pergi//

/tinggalah di sini ku sendiri//

/Ku merasakan sesuatu yang telah hilang dari hidupku//

Sekian lama aku mencari informasi tentang Zahib, namun semua usahaku nihil. Banyak sms yang ku kirimkan padanya, tak satu jua yang dia balas kepadaku..sedihnya hatiku ini.

Akhirnya, ku coba menyemangati diriku sendiri, hal terpenting sekarang adalah aku harus semangat. Semangat untuk sesegera mungkin menyelesaikan skripsiku. Berkat semangat dan ingat akan jerih payah dan doa orang tua di kampung, akhirnya skripsiku rampung.

BulanSeptember aku di wisuda, sedih rasanya bila ku ingat semua perjuanganku hingga sampai wisuda. Skripsiku penuh cerita indah, lembar-lembar buku ini tersusun penuh dengan kenangan. Kenangan ketika aku masih bersama Zahib. Bahkan, demi menghormati pengorbanan Zahid padaku, ku tuliskan persembahan special itu di halaman depan skripsiku. Kasih, andai kau tahu..betapa saat ini aku begitu kehilanganmu.

Wisuda, aku memutuskan tak didampingi oleh siapapun selain orang tuaku....tapi tetap saja cowok-cowok itu pada datang. Bahkan ngasih mawar segala, sambil ngobrol sama babeh…iiih, males deh aku. Andai saja Zahib di sini, pasti aku sangat senang sekali…Tapi, tak mengapalah…aku masih besyukur mempunyai teman-teman yang baik.

Selesai kuliah, aku masih betah tinggal di kota pelajar ini, sambil kursus dan menjari pekerjaan tentunya. Dan, masih saja aku berharap, bahwa suatu hari Zahib datang menemuiku kembali. Sebelum aku meninggalkan kota ini, aku sempat beberapa kali bertemu dengan mantanku yang dulu. Dan anehnya, kok dia tahu kalau aku sempat berhubungan dengan Zahib. Malah dia juga yang mengatakan “ Kenapa sih antara kamu dan Zahib, padahalkalau aku amati kalian itu serasi banget, Sop”. Aku hanya terheran-heran mendengar ucapan mantanku ini. “ So, selama ini kamu tahu ya? Atau jangan-jangan Zahib tahu tentangku karena kamu juga? Dan sebenarnya kamu juga tahu di mana keberadaan Zahib sekarang? Ada apa sih dengan kalian?”

“ Okey, aku yang memberi nomormu ke Zahib, iya aku akui itu. Tapi, kalau ternyata kalian selama ini punya hubungan dekat, itu aku tah tahu..Dan aku juga sudah lama gak lihat Zahib….soalnya teman-teman kita juga ada yang menanyakan di mana Zahib berada…sudah beberapa bulan ini dia memang tak pernah main lagi ke rumahku”…ujarnya kepadaku….

Sebenarnya aku sangat marah sekali dengan pengakuan mantanku ini. Dan dengan begitu mudahnya dia bilang begitu kepadaku. Mengapa baru sekarang dia cerita kepadaku? Teganya..teganya….

Enam bulan berlalu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kampungku…beeeuh, malah makin suntuk fikiranku. Di kampung aku tak dapat melakukan apa-apa, jauh dari informasi, tak punya teman sebaya lagi….akhirnya, daripada di kawinkan,, aku memutuskan untuk merantau kembali. Sekarang aku tinggal di kota hujan, semua bermula dari awal lagi. Di sini aku dapat teman baru, suasana baru..dan perlahan-lahan aku pun dapat melupakan Zahib dari ingatanku.

Tak lama aku tinggal di kota hujan, karena pekerjaan pulalah aku dikirim oleh tempatku bekerja untuk tinggal di cabang Jakarta. Ya, di belahan timur ibukota lah aku tinggal saat ini. Sekarang aku benar-benar ingin fokus bekerja. Tujuanku saat ini adalah ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Kadangkala sesekali waktu aku masih teringat dengan Zahib, tapi, ah sudahlah ujarku, mengapa jua aku harus mengingat orang yang jelas-jelas telah menyakiti perasaanku.

Setahun aku berada di sini, sebenarnya ada beberapa cowok yang mencoba mendekatiku, tapi, karena tekadku sudah bulat, akhirnya aku memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu. Kala sepi melanda, aku sempatkan untuk berkunjung ke rumah temanku di kota Hujan atau bermain ke rumah kakakku.

Umar, ya…laki-laki yang diam-diam akhirnya aku kagumi. Sebenarnya aku sudah lama kenal dengan Umar. Semenjak aku bekerja di ibukota, aku dan Umar sudah berteman. Tapi, entahlah…Umar sepuluh tahun lebih tua di atasku. Dia sih sepertinya baik, namun sayang di sayang..orangnya terlalu cuex sama perempuan. Kalau kata orang sih, Umar banyak yang suka tapi karena terlalu sok kecakepan (menurut kacamataku sih, Umar memang cakep tapi terlalu gengsian), jadi cewek-cewek pada males ngedekatinnya…Atau barangkali dia merasa gak level untuk berteman dengan kita yang ABG tanggung…hehehe…(tapi bukan cabe-cabean lho)..maklumlah, Umar dan kawan-kawannya adalah eksekutif muda yang bekerja sebagai lawyer…

Aku memutuskan pindah pekerjaan, bosan…itu saja yang aku rasa saat ini. Saat ini aku merasa bahwa aku seringkali di landa rasa kesepian. Meskipun aku memiliki banyak teman, baik laki-laki maupun perempuan, namun tak lengkap rasanya jika tak memiliki seseorang sebagai tempat bersandar….(hehehe kursi kali ah).

Perlahan-lahan ku coba membuka hatiku untuk seseorang yang nantinya ku anggap special. Mengapa aku selalu saja gak sreg ya, ada-ada saja kekurangan orang lain yang aku jadikan alasan untuk tak sepenuh hatiku menerima mereka di kehidupanku…

Berteman saja! Ya …kata-kata sakti itu lah yang selalu aku ucapkan ketika aku sudah tak merasa nyaman dengan seseorang.

Di sela-sela pencarianku akan cinta sejati, Umar masih setia menjadi temanku. Teman, tapi gak pernah jalan bareng..tapi anehnya juga, jika aku dekat dengan seseorang, Umar pasti tak suka. Padahal dirinya sendiri tak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata yang bisa aku artikan bahwa dia tuh juga suka sama aku. Dan aku selalu teringat kata-katannya “ Anggap saja aku kakakmu ya, Sop”…

“Ah, aku gak mau kalau cuma kakak. Aku sih maunya nikah saja….” Hehehe, aku tak tahu dapat kekuatan dari mana bisa ngomong kayak gitu. Atau karena dah pernah sakit hati sama orang lain, akhirnya begitu…atau karena terlalu lama menjomblo juga…hahaha..curcol deh. Umar sempat kaget juga mendengar jawabanku itu…Dan semenjak itu, Umar semakin dekat denganku.

Kangen rasanya aku dengan teman-teman dan suasana kampusku dulu. Aku akhirnya memutuskan soan ke kota pelajar. Untungnya aku mempunyai teman yang sudah ku anggap keluargaku sendiri, mereka tinggal di Sosrowijayan…dan di sanalah aku tinggal. Hari pertama aku datang, aku memutuskan untuk menelepon rumah mantanku. Dia sangat kaget dan senang sekali, akhirnya kami pun bertemu. Lumayan ujarku, biar liburan terasa menyenangkan. Aku tak menyangka, tiba-tiba mantanku datang bersama dengan laki-laki yang dulunya aku kenal juga. Laki-laki yang di dalam foto itu…Yaa…Toto…

Intinya, kedatangan Toto untuk memastikan bahwa, sebenarnya dari dulu dia suka denganku, tapi karena aku lebih kenal duluan dengan kakaknya..dia memilih mengalah.. Dan sebenarnya juga, ketika pertama kali aku bertemu dengan Toto, aku juga lebih suka dengannya, namun lagi-lagi karena keadaan…ya sudahlah…kami hanya mesem-mesem satu sama lain jika kebetulan bertemu…Lucu juga fikirku.

Karena keasyikan ngobrol ina inu gak karuan…terucaplah olehku sebuah nama..Zahib….dan seketika itu juga suasana perbincangan kami jadi berubah tak nyaman, jadi kaku dan canggung…lagi-lagi peristiwa itu terulang kembali…dengan buru-buru dan alasan tak jelas, Toto meninggalkanku pulang. Dalam rinai dia pergi, dan tak pernah sekalipun ia menoleh ke arahku lagi…dia juga tak mau menjawab pesan-pesanku padanya…Tuhanku…mengapa…mengapa dan mengapa lagi…?Dua minggu berlalu, alhasil, liburanku ke kota ini sungguh tak berkesan….aku pun kembali ke ibukota.

Suatu hari, penat dengan aktivitas aku memutuskan untuk membuka akun emailku. Iseng-iseng saja sih…kali saja ada pesan-pesan dari teman-teman kuliahku dulu…Benar saja, dag..dig…dug….jantungku berasa mau copot. Saat ku lihat ada sebuah pesan dari Zahib…ya Allah, betapa senangnya hatiku…perlahan ku buka dan ku baca isinya…intinya dia menanyakan kabar dan keberadaanku saat ini…belum selesai aku membaca email darinya…tiba-tiba muncul sebuah nama di layar monitor. Ya…akunnya Zahib, dan ternyata saat itu pun dia sedang online……sungguh memuncah kebahagiaanku saat itu…

“ Ass, gimana kabarmu, Dek? lama ya kita gak pernah kasih kabar…..^-^

Bak seseorang yang kelaparan, melihat makanan langsung lahap…demikian juga kiranya aku saat itu…bersemangat, senang dan bahagia jadi satu…percakapan kami cukup lama dan panjang. Namun dari sekian banyak omongan kami, tak sedikitpun Zahib memberikan alasannya mengapa dulu dia meninggalkanku. Seolah-olah dia tak pernah ingat kalau dulu ia meninggalkanku begitu saja. Dia hanya meminta maaf karena lama tak member kabar dan entahlah…ada rasa yang sedikit berbeda dalam pertemuan kami kali ini. Zahib menawarkan pertemuan, menjanjikan banyak hal juga padaku, namun sayang…aku juga tak mengerti apa sih sebenarnya yang terjadi padaku…semua jawabanku menggantung…aku sekarang sudah tak benar-benar memiliki perasaan seperti dulu kepada Zahib…bahkan akulah yang mengakhiri percakapan kami malam ini. Masih teringat olehku, kata-kata terakhir yang di ucapkan Zahib…

“Kenapa si, Dek…kok buru-buru amat….mau kemana? Atau kamu sudah ada janji ya? Sorry ya, kalau aku menganggu kamu….”. Karena lama tak ku jawab pertanyaannya, akhirnya Zahib menyudahi pertemuan kami malam itu…” Makasih ya, Dek…wassalam”.

Malam itu aku hanya menangis di tempat tidurku. Aku menyesal…menyesal, mengapa aku terlalu egois. Mengapa aku tak pernah benar-benar bisa memaafkannya. Padahal jauh di dalam hati kecilku, aku masih sangat menyayangi Zahib.

Beberapa kali ku cek emailku minggu ini, jangankan online di medsos,tak satu pun pula pesan yang ku terima dari Zahib.

Lagi…lagi dan lagi, aku terluka untuk kedua kalinya, dan kali ini justru karena ulahku sendiri…..

Kini, sekian waktu berlalu, sesekali masih sempat ku dengar kabar dari Zahib lewat mantanku. Karena sampai saat ini mereka masih tetap berteman. Jika Zahib kembali ke kota pelajar, maka secara otomatis mereka saling bertemu. Apalagi, terakhir menjelang puasa romadhan kemarin, sebuah berita lelayu ku dapat dari temanku. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Ayah Zahib tercinta berpulang ke haribaanNya. Sejenak aku teringat kala itu, saat di mana Zahib bercerita tentang kebenaran mimpiku. Malam itu aku bermimpi bertemu dengan kedua orang tua Zahib, yang nyata-nyata tak pernah aku jumpai sebelumnya. Di mimpiku, aku bertemu ibunya dan beliau sangat cerewet. Sedangkan bapaknya begitu baik kepadaku, menyapa dengan kata-kata yang lembut dan menenangkan…Zahib hanya tersenyumdan berkata “ Iya, Dek…mimpimu benar sekali, apa yang kamu ceritakan itu…ya itulah keadaan orang tuaku yang sebenarnya”. Aku hanya mampu berkata “ Masa sih…kok bisa ya…”.

Belakangan akhirnya aku mengetahui, mengapa ketika itu Zahib berlalu meninggalkanku begitu saja..menurut penuturan mantanku, Zahib, Toto dan Mantanku adalah sahabat karib. Mereka berteman sudah sejak dari kecil, mereka tumbuh dan besar bersama dalam satu kompleks. Buat Zahib dan Toto, pantang untuk memperebutkan cewek sahabatnya.Okey….tapi tak begitu juga kali ujarku menegaskan, kenapa tak bicara baik-baik..bukannya akan lebih menyakitkan meninggalkan seseorang tanpa suatu kejelasan. Yaaah, sudahlah…mungkin belum jodoh…..hhikkks…

Sekarang, walau hanya lewat media sosial, aku masih dapat berkirim pesan dengan Zahib. Meskipun kondisi kita sudah berbeda..dan sudah punya kehidupan masing-masing, Zahib tetaplah Zahib yang dulu. Seperti pertama aku mengenalnya. Sungguh tak ada yang berubah, wajah itu, senyum itu dan lesung pipinya…kadangkala, di saat kerinduan akan sosok dirinya melandaku…aku hanya mampu menangis mengingatnya…dan lewat pesan pulalah aku mengobati kerinduanku itu..Zahib, ketahuilah…aku masih menyimpan rasa itu untukmu….

/ bantu aku membencimu//

/ku terlalu mencintaimu//

/kau memang tercipta, bukanlah untukku/

…………………………………………………………………../

/selepas kau pergi, tinggallah di sini ku sendiri//

By: Laluna…..

Zahib, saat ini aku masih menyimpan composer dari suara bass yang ternyata kau buat untukku. Beberapa bulan yang lalu aku baru tahu, ternyata ada banyak pesan di akun emailku yang tak pernah aku buka..dan menyesal…menyesal…terlambat, sungguh aku terlambat….karena aku hanya mampu menangis ketika membaca kata-kata maaf dan permintaan agar kita bisa seperti dulu lagi…..namun, semua sudah terlambat. Karena aku yakin, Zahib pasti menyangka aku tak pernah mau kembali padanya…padahal….Tuhanku, andai waktu bisa berputar kembali…aku ingin kembali ke masa di mana aku pertama kali bertemu dengannya…..dengan makhluk ciptaanMu yang paling indah, duhai Tuhanku….

Jakarta, Kala rindu memuncah…20141022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun