Memiliki buah hati yang baru berusia balita atau usia TK tentu banyak hal yang dilakukannya sering mengundang tawa geli orang tua atau pun orang-orang disekitarnya. Meski sebenarnya semua itu terjadi akibat ketidaksengajaan kita para orang tua.
Begini ceritanya, sore kemarin Mbak Tari teman ku curhat,
"Wah, kasus ini he...." katanya memulai ceritanya.
"Ada apa mbak...?" aku balik tanya.
"Bu Guru nya Wisnu cerita kalau selama di sekolah seharian kemarin saat pelajaran menulis seperti biasa Wisnu rajin menulis ulang di bukunya semua kata-kata yang ditulis Bu Guru di papan tulis, hanya kata-kata yang ada huruf 's' nya ditulis ulang sama Wisnu tetapi selalu saja huruf 's' nya hilang alias tidak ditulis sama Wisnu. Bahkan nama wisnu pun ditulis jadi 'winu'..'
"He...he..lho koq bisa mbak? Padahal Wisnu kan udah bisa menuliskan namanya sendiri...," sahut ku tak kalah heran.
"Ya itu tadi.....," cerita Mbak Tari terhenti sebentar sambil berusaha menahan tawanya. Tadi pagi sebelum berangkat aku wanti-wanti (pesen) sama wisnu gini, "Hari ini nggak pake 's' (es) dulu ya Nu...!" Lha maksudku, hari ini Wisnu ga boleh minum pake air es dulu karena beberapa hari belakangan ini cuaca tidak menentu, sebentar panas sebentar kemudian hujan deras....ehh lha koq malah ada kejadian seperti itu ".
"Ola..la..la..wah itu namanya kreatif mbak" sambung ku.
Dan tanpa dikomando kami pun spontan tertawa.
Ternyata pelajaran Bahasa Indonesia yang kita pelajari selama sekian tahun kita sekolah perlu diterapkan di sini dalam mendidik anak untuk selalu lengkap membuat kalimat.
S + P + O + K
Subyek + Predikat + Objek + Keterangan
Semua tentu masih ingat dengan pelajaran ini kan he.......?!
Namun entah karena buru-buru atau mungkin menganggap anak bisa memahami dan memiliki persepsi yang sama dengan kita seringkali kita para orang tua mengucapkan kalimat hanya sepotong saja atau tidak lengkap. Padahal dari kalimat yang hanya sepotong atau tidak lengkap itu ternyata anak TK pun sudah bisa memiliki interpretasi atau penafsiran lain yang tentunya berbeda dengan apa yang sebenarnya kita maksudkan. Masih untung jika persepsi anak itu hanya membuat kita sedikit merasa dongkol tapi bagaimana jika persepsi anak atas kalimat kita yang hanya sepotong tadi malah membahayakan dirinya..?! Tentunya kita tidak mau hal tersebut terjadi.
Ayo, para orang tua mulai membiasakan membuat kalimat yang lengkap saat berbicara dengan anak agar anak pun memiliki penafsiran yang sama dengan apa yang kita maksudkan. Meski menurutku Wisnu tetap anak yang kreatif untuk anak seusianya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H