Pandangan masyarakat terhadap gender merupakan salah satu budaya tradisional yang hingga kini melekat dalam keyakinan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari adanya pembagian, kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan adat istiadat atau kebiasaan masyarakat. Budaya tersebut memunculkan istilah maskulinitas dimana istilah ini sangat melekat dengan sosok laki-laki yang memiliki kegagahan ataupun kekekaran, bahkan sering kali dianggap memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan yang berat.
Selain itu, laki-laki juga dianggap harus mampu memenuhi kebutuhan finansial keluarganya. Oleh karena itu, pandangan masyarakat terhadap laki-laki ini membentuk gambaran bahwa mereka merupakan makhluk yang gagah, kuat, pemberani, bertanggung jawab, dan tentunya menuntut mereka untuk menjadi seorang pemimpin dalam kehidupan eksternal maupun internalnya.
Berbeda dengan laki-laki, seorang perempuan dalam masyarakat dipandang harus memilki karakteristik perempuan seperti feminim, halus, dan lemah lembut. Hal ini menjadikan perempuan tidak pantas untuk menggantikan posisi laki-laki menjadi seorang pemimpin, baik itu dalam lingkungan sosial, politik, bahkan dalam keluarga.
Adanya gender inilah yang memunculkan stereotype terhadap peran gender yang menempatkan perempuan pada posisi domestik, yakni sebagai ibu rumah tangga sedangkan laki-laki ditepatkan pada peranan luar atau penguasa publik. Lain daripada itu, terdapat cara pandang yang berbeda dan berbanding terbalik dari pandangan yang diatas terhadap peran gender itu sendiri. Perbedaan cara pandang tersebut diangkat dalam sebuah film Bollywood yang berjudul Ki & Ka.
Film “Ki & Ka” merupakan salah satu film fiksi yang mengangkat persoalan terkait gender. Film ini menceritakan tentang tokoh perempuan bernama Kia yang memiliki ambisi untuk fokus mengejar karirnya di dunia bisnis dan mencoba untuk tidak mengikuti pemikiran tradisional yang beranggapan bahwa perempuan ada dibawah laki-laki dan hanya dapat menjadi seorang ibu rumah tangga. Ditengah perjalanannya Kia bertemu dengan seorang pria yang bernama Kabir.
Tokoh laki-laki bernama Kabir ini merupakan seorang lelaki yang sangat mengidolakan ibunya dan memiliki cita-cita sebagai pengurus rumah tangga meskipun dia memiliki seorang ayah yang sukses di dunia kontraktor dan siap meneruskan pekerjaannya kepada Kabir. Dilihat dari perilaku tokoh tersebut yang memiliki perbedaan pandangan akan peran gender ini tentunya dilatarbelakangi oleh pola asuh dan keterlibatan orang tua dalam pertumbuhannya sedari kecil. Adanya perbedaan kedekatan atau hubungan antara anak dengan orang tua ini yang membentuk karakteristik kedua tokoh tersebut.
Karakteristik Kabir yang cenderung telaten, perhatian, dan rajin terbentuk karena adanya hubungan atau ikatan yang lebih erat dengan sosok ibu sedari kecil dibandingkan intensitas kedekatan dengan sosok ayah yang cenderung lebih fokus dan mementingkan karirnya. Sehingga Kabir menjadikan peran rumah tangga sebagai pekerjaan impian sebab menurutnya pekerjaan rumah tangga adalah sebuah “seni” dan lebih menyenangkan dibandingkan harus menjadi robot dalam suatu perusahaan dengan tujuan akhir mengejar karir.
Lain halnya dengan karakteristik Kia yang cenderung pekerja keras dan mandiri ini tentunya terbentuk karena hilangnya sosok dan peran ayah sedari kecil dan hanya peran ibu yang menemani tumbuh kembangnya dan berjuang sendiri sebagai seorang single parent yang fokus berkarir untuk menghidupi keluarganya. Namun, kesibukan ibunya pun membentuk Kia menjadi seorang yang mementingkan karier dibandingkan pekerjaan rumah.
Pernikahan Ki & Ka tentunya berjalan dengan baik karena membentuk kesepakatan kedua belah pihak atau pilihan personal bersama pasangan di awal pernikahan terkait pembagian peranan dalam rumah tangga dan hal ini tentunya sangat berbanding terbalik dengan budaya patriarki. Adanya adegan Kabir meminta uang belanja kepada Kia menggambarkan bahwa dengan adanya kesepakatan tersebut laki-laki yang seringkali digambarkan sebagai individu yang memiliki ego tinggi dapat tidak merasa gengsi walaupun berada pada posisi kedua.
Sehingga dapat diartikan bahwa hubungan dalam keluarga dapat berjalan dengan baik apabila suami dan istri mampu mengkomunikasikan segala hal baik itu terhadap peran, kedudukan, arah tujuan berkeluarga, dan lain sebagainya. Selain itu, adanya upaya untuk saling melengkapi satu sama lain adalah kunci dari suatu hubungan berkeluarga.
Dengan demikian, dari adanya Film "Ki & Ka" ini akan membentuk banyaknya perspektif yang berbeda dari setiap orang. Pro dan kontra tentu pasti ada di kalangan masyarakat, dimana adanya penolakan atau pertentangan oleh masyarakat yang memegang prinsip bahwa laki-laki yang lebih pantas menafkahi keluarga dan perempuan yang mengurus urusan rumah tangga. Hal demikian sama halnya seperti ayah Kabir yang sangat menentang anaknya untuk menjadi bapak rumah tangga dan tidak bekerja sebab menurutnya lelaki adalah sebuah pemimpin dalam sebuah rumah tangga.
Namun, berbeda dengan Kia yang menghargai keputusan Kabir untuk menjadi bapak rumah tangga dan menyetujui akan keputusan tersebut sebelum mereka menjalin hubungan pernikahan. Sehingga pernikahan yang mereka jalanin akan berjalanan dengan baik dan saling menerima kekurangan satu sama lain meskipun banyak yang menentang keputusan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H