Mohon tunggu...
Qurrotul Ayun
Qurrotul Ayun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Where there is a will there is a way

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Hari Raya Idul Fitri 2024 yang Sangat Berbeda dari Tahun-tahun Sebelumnya

12 April 2024   21:30 Diperbarui: 12 April 2024   21:31 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Siapa sangka jika iedul fitri 2024, secara pribadi bisa dinobatkan sebagai hari raya terbeda, tersepi, tersedih dan terburuk sepanjang sejarah hidup ini secara pribadi selama kurang lebih 26 tahun hidup di dunia ini.......

Sebagian orang mungkin sudah sangat tidak sabar untuk mudik ke kampung halaman mereka, bertemu orang-orang terkasih disana, pulang untuk merayakan hari bahagia bersama sanak keluarga, bersama ibu, bapak, nenek, kakek, buyut, om, tante maupun bertemu sanak keluarga lainnya yang hanya bisa berkumpul setahun sekali di hari raya iedul fitri saja. 

Sangat senang rasanya jika dibayangkan begitu saja dalam fikiran sebagian orang-orang yang situasinya masih mendukung sedemikian rupa. Namun, berbeda dan berbanding terbalik jika keadaan tersebut sudah berubah sebaliknya.... semua kedaan tiba-tiba berubah 100% berawal disaat nenek dan kakek sudah tiada, sanak keluarga yang biasanya berkumpul tiba-tiba dengan berbagai alasannya sudah tidak dapat pulang ke kampung halamannya sendiri, lambat laun mereka seakan-akan lupa tanah kelahiran mereka, lupa dimana tempat mereka dibesarkan oleh ibu dan bapaknhya, belum lagi ikatan sesama saudara kandung yang memang sudah sama-sama memiliki keluarga seakan-akan menjauh hilang tanpa kabar dan ingin menjauh, pada akhirnya kampung halaman yang dulunya tempat yang paling di rindukan karena sebuah alasan untuk berkumpul bersama sanak keluarga hanya menjadi kenangan begitu saja....

Apa benar jika nenek dan kakek sudah tiada, ikatan persaudaraan sedarah yang dulunya sama-sama dilahirkan oleh rahim yang sama justru dengan sengaja menjadi musuh tanpa sebab?

Pantas, jika ada rasa iri terhadap keluarga yang masih dalam ikatan keluarga sedarah walaupun nenek dan kakek mereka sudah tiada dan sama-sama berkeluarga dengan kesibukan yang sama, namun tetap menjalin silaturrahmi dengan baik dan berkumpul layaknya nenek dan kakek mereka ada. 

Sulit memang, tapi ada yang lebih parah lagi bagaimana jika bukan hanya nenek dan kakek saja yang sudah tiada, tapi seorang ayah yang seharusnya ada sebagai kepala keluarga tertua diantara saudara lainnya, seorang ayah yang seharusnya menjadi penengah diantara saudara lainnya dalam keluarganya, dan seorang ayah yang seharunya ia paling disegani dan disenangi oleh semua saudaranya di dalam keluarganya. Tiba-tiba saja sosok ayah itu sudah tiada.... seperti rumah tanpa tiang bukan?

Setiap keluarga mungkin memiliki sifat maupun sikap yang berbeda, begitupun tradisi mereka atau cara mereka dalam memeriahkan atau dalam mempererat hubungan kekeluargaannya. Namun, bisa saja keluargaku dinobatkan sebagai keluarga terburuk sepanjang masa he...he..he.. (aku tau kalian mungkin akan beranggapan tidak mungkin, lebay... atau apalah), tenang saja aku tidak akan memaksa kalian untuk mempercayai sekilas kisah nyata ini. Dalam persaudaraan pasti mereka memiliki sifat dan sikap yang berbeda baik ada yang mempunyai sifat lebih ke negatif dan sifat yang lebih kepada positif (dan mungkin keluargaku pribadi dari orang tuaku sendiri lebih condong kepada sifat positif tersebut), bagaimana tidak! karena bisa dilihat dari sifat mereka menanggapi kadaan selalu condong untuk memikirkan atau menilainya ke dalam hal positif (positif thinking).

Hari raya iedul fitri 2024 memang sudah pantas ku nobatkan sebagai hari raya terburuk sepanjang masa, karena semua kebahagiaan dan kehangatan dalam keluarga besar seakan-akan hilang terpendam dalam tanah mengikuti kepergian kakek, nenek dan alm. ayah, saudara jauh yang biasanya datang beramai-ramai pulang ke kampung halamannya di desaku ini semua hilang dan tersisa hanya angin, keramaian itu juga ikut mati sama seperti matinya sifat dan sikap mereka yang sebenarnya hidup justru terasa mati tapi bedanya mereka hanya belum terkubur oleh tanah saja!

Dari sini semua keadaan memang sangat berbeda dan sangat terlihat disaat nenek, kakek, dan ayah sudah tiada. Ibu memang masih ada tapi apalah daya jika ayah sudah tiada sepertinya keluarganya juga menganggap sama saja sudah tidak memiliki sanak keluarga di sini, di tempat yang seharusnya masih terjalin silaturrahmi oleh mereka sebagai keluarga sedarah itu. Aku sebagai anak pertama dan cucu pertama hanya bisa membantu memberikan nasehat kepada adik-adikku yang kadang mereka bertanya "kemana keluarga yang dulunya ramai disaat hari raya iedul fitri ini?". 

Jika memang keadaan hari raya 2024 ini dan seterusnya akan berlaku sama, maka sudahlah aku dan ibuku secara pribadi mungkin bisa memakluminya, dan akan lebih "logowo" atas semua ini, mungkin kami memang tidak seberuntung mereka yang merantau, tapi setidaknya tolonglah sekali-kali berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir ibu dan bapak yang sudah melahirkan dan membesarkan kalian, mungkin tanpa berkunjung ke rumahku dan ibuku rumah yang dulunya tempat kalian menginap selagi alm. Ayah masih ada (sebagai saudara kalian). Berkunjunglah sekali-kali ke tempat ibu dan bapak kalian terakhir di semayamkan walaupun hanya setahun sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun