Mohon tunggu...
Qurrotul Ayun
Qurrotul Ayun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Where there is a will there is a way

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jika Tenaga Honorer Diganti Outsourcing, Bagaimana Nasib Ibuku yang Tidak Memenuhi Salah Satu Syarat di Dalamnya?

14 Juni 2022   09:35 Diperbarui: 14 Juni 2022   09:53 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabar para pejuang guru-guru honorer, terutama yang sudah tidak muda lagi dan sudah bertahun-tahun mengabdi pada Ibu Pertiwi tanpa kenal lelah, tanpa kenal gaji apalagi gaji besar seperti para tikus-tikus berdasi, setiap hari berjuang dan mengabdi untuk mencerdaskan anak di Negeri ini. Sudahkah Ibu Pertiwi pantas memanggilmu seorang pahlawan tanpa tanda jasa ataukah kamu hanya sekedar semut-semut kecil  yang tak terlihat diantara tikus-tikus yang semua terlihat dan gemuk?

Sepertinya dua hari yang lalu Ibu memberi kabar kurang menyenangkan di telinga, ia datang menghampiriku yang sedang duduk di ruang tamu lalu berkata "nduk sepertinya tenaga honorer memang benar akan dihapus dan diganti outsourcing, tapi nduk.... Ibu sepertinya tidak memenuhi syarat untuk itu", sontak aku kaget mendengarnya dengan wajah yang sudah tidak muda lagi namun tetap dengan senyuman yang selalu ia berikan baik kepada murid-muridnya di sekolah begitupun kepadaku, lalu aku bertanya kepada Ibuku "Kenapa bisa begitu Bu?" kemudian Ibu menjawab dengan singkat "Karena sudah umur 40 thn keatas nduk..." dan aku menyambung jawaban tersebut "maksudnya salahsatu syaratnya harus di bawah 40 thn ya bu, baru ibu bisa ikut tes agar tidak honorer lagi", dan Ibu menjawab "iya nduk", kemudian aku menanyakan "lalu bagimana dengan nasib ibu jika memang tenaga honorer diganti tapi Ibu tidak memenuhi syarat untuk pengganti honorer itu bu....?" , kemudian Ibu menjawab dengan tenang  "ya sudah mau bagaimana lagi nduk, umur Ibu memang sudah tidak muda lagi dan tidak memenuhi syarat".

Sampai saat ini dalam hati masih tetap berkata positif karena mungkin saja Negara ini memiliki rencana yang lebih baik bagi orang-orang seperti Ibuku yang tidak memenuhi syarat untuk pengganti dari tenaga honorer tersebut jika akan dihapus, namun jika yang terjadi justru sebaliknya Wallahu A'lam Bissowab, mungkin nasib Ibuku adalah nasib dari sekian banyak guru-guru tenaga honorer juga atau malah ada yang lebih parah yang mana tidak ada harapan pada gaji yang akan didapatkan setiap bulannya, dan dengan bermodal keikhlasan serta komitmen untuk mengajar anak-anak didiknya disekolah setiap harinya tanpa kenal lelah dan tanpa kenal gaji, paling mungkin gaji didapat jika dalam sebulan tidak telat adalah Rp 300,000 saja dan inipun di bagi lagi dari seberapa banyak guru di sekolah Ibu mengajar, karena di sekolah Ibuku adalah RA atau sejenis TK dan guru yang ada adalah dua orang ditambah Ibuku sendiri menjadi tiga orang jadi masing-masing guru mendapat Rp 100,000 saja. 

Belum lagi apabila semua guru tersebut memiliki keadaan yang sama seperti Ibuku yang mana juga merangkap menjadi kepala keluarga semenjak sepeninggalan Abah, dengan kewajiban menanggung biaya hidup ke tiga anaknya yang masih harus Ibu biayai. Apa ada solusi jika tenaga honorer dihapus dan orang-orang tersebut tidak memenuhi syarat untuk outsourcing?

Memang bertahan hidup di Desa lebih mudah dibandingkan bertahan hidup di daerah perkotaan seperti yang di katakan dalam artikel-artikel ku sebelumnya, namun bagaimana dengan biaya kebutuhan lainnya sebagai penunjang hidup di Desa, biaya pendidikan misalnya yang mana saat ini pasca adanya pandemi semua serba naik serba mahal baik dari harga buku, sepatu, tas dan lain-lain... belum lagi pelengkap nasi seperti halnya tempe dan tahu saja yang paling murah sekarang sudah tidak bisa kita beli dengan harga yang biasanya kita beli semua menaglami kenaikan harga, jajanan yang biasanya 500 perak sekarang bisa menjadi 1000 hingga 1500. 

Mungkin saja bagi kalangan menengah keatas harga-harga tersebut tidak berpengaruh karena mereka belum pernah merasakan makan nasi dengan garam saja dan belum merasakan bagaimana rasanya kehidupan bagi orang-orang menengah kebawah dan hidup di Desa terpencil dengan akses untuk menjangkau ke semua akses di luar lumayan susah.

Semoga saja masih ada solusi dengan dihapusnya tenaga honorer dan orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk pengganti honorer, karena mereka semua berjasa pada Negeri ini, mencerdaskan anak bangsa tanpa kenal lelah dan letih dan tanpa berharap bantuan atau gaji yang besar sekalipun, namun mereka hanya ingin dihargai di Negeri sendiri. Semoga Negara dapat memperbaikinya memberikan solusi dan bersikap adil serta paling penting dari semua nya juga adalah Negara ini segera bersih dari penyakit yang sejak Negara ini ada yaitu korupsi, Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun