Ramadhan akan segera berakhir dan pamit untuk pulang, entah di Ramadhan tahun ke berapa kita tidak akan diperkenankan untuk berjumpa Ramadhan lagi, namun tetaplah kita akan selalu merindu Ramadhan untuk datang kembali dan jikalau bisa setiap bulan adalah bulan Ramadhan bagi orang-orang yang mengetahui kemuliaan di bulan Ramadhan. Dan penghujung bulan Ramadhan merupakan salahsatu hari yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia yaitu apalagi kalau bukan hari raya Iedul Fitri, semua memancarkan senyum dengan mata yang berbinar seperti halnya kilau dari sebuah permata di hari raya itu, karena hari raya juga merupakan salahsatu hari yang disebut dengan hari kemenangan bagi kaum muslim seluruh dunia karena setelah sebulan lamanya kita berpuasa menahan lapar dan haus dari pagi hingga akan tenggelamnya matahari.
Ada hal yang paling lumrah terjadi di setiap hari raya Iedul Fitri yaitu kita sebut dengan lebaran dengan saling maaf-maafan dan dengan penampilan-penampilan yang menggunakan pakaian terbaru mereka dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun anehnya setiap lebaran pada tiap tahunnya semakin terlihat berbeda namun mungkin ada di sebagian daerah saja namun tidak pada daerah lainnya yangmana hari raya Iedul Fitri bukan diutamakan sebagai hari untuk kembali pada yang fitri dan saling bersilaturrahmi melainkan justru lebih ke arah pamer akan pakaian baru yang dikenakan dari ujung rambut hingga ujung  kaki yang sebagian mungkin ada yang dijadikan sebuah tema dari kontennya tanpa mengutamakan untuk saling bersilaturrahmi dan saling maaf-maafan dan bersikap cuek akan sekitar tanpa merasa bersalah untuk sekedar berjabat tangan saja.
Lebih miris lagi ada di suatu desa atau daerah tertentu yangmana di daerah tersebut menanggapi perihal hari raya Iedul Fitri diharuskan atau diwajibkan memiliki baju baru untuk di pakai pada hari raya tersebut, Astaghfirullah..... mendengar ceritanya saja saya sangat bersyukur tidak dilahirkan di daerah tersebut karena kembali kepada keadaan masing-masing individu yang tidak mungkin akan memiliki rejeki yang sama.
Bayangkan saja apa yang akan terjadi pada perasaan mereka yang kurang mampu untuk membeli baju baru jangankan baju baru membeli ikan pun di saat lebaran rasanya justru masih belum memiliki cukup uang, yahhh semua itu sudah saya rasakan terutama sebagai seorang anak desa yang waktu itu belum kenal namanya baju bermerek  dan perbedaan kualitas antara baju yang murah dengan yang mahal itu bagaimana, jangankan memikirkan hal tersebut memiliki baju di hari raya kala itu sangatlah untung-untungan bagi saya dan adik saya, karena pernah beberapa kali Iedul Fitri saya dan adik saya tidak mengenakan baju baru namun kami tidak merasa gengsi dan malu untuk keluar rumah dan bersilaturrahmi dengan menggunakan baju lama yang masih pantas kami pakai, Alhamdulillah juga orangtua kami tidak menanamkan pemikiran bahwasanya disaat hari raya harus mengenakan pakaian yang serba baru tapi orangtua kami menanamkan pemikiran bahwa disaat hari raya kita harus saling maaf-maafan dan pentingnya bersilaturrahmi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H