Siapa yang tidak mengeluhkan keadaan di masa pandemi covid-19 ini?
ya, semua pasti mengeluhkan keadaan ini, semua sektor terkena dampak dari adanya pandemi ini baik dari sektor kesehatan yang paling utama, kemudian sektor ekonomi, begitupun dengan pendidikan. Mungkin bagi setiap orang merasakan dampak positif dan negatif dari adanya pandemi Covid-19 ini. Dampak dari adanya wabah Covid-19 tidak pandang bulu baik daerah perkotaan maupun pedesaan dapat tertular.
Penularan paling rentan memang pada umumnya di daerah perkotaan saja, namun semua media kemudian menjadi heboh akan berita-berita tentang adanya pandemi Covid-19 sehingga membuat seluruh warga Negara Indonesia tak terkecuali Masyarakat di Pedesaan hingga pelosok Desa dapat mengetahuinya, dari awalnya yang biasa-biasa saja hingga pada akhirnya pandemi yang ber level-level selalu update setiap harinya dan terdengar oleh Masyarakat Desa sekitarnya.Â
Dan akhirnya membuat mereka takut, walaupun sebelumnya mereka sudah pernah di buat goyah dan tidak memiliki kepercayaan akan Covid-19 dikarenakan vonis penyakit yang diderita salahsatu warga berbeda-beda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hebat memang, para aktor yang berperan dibelakangnya!
Pendidikan onlinepun menjadi putusan final yang dikeluarkan oleh pemerintah di masa pandemi Covid-19 ini, namun apakah dapat terlaksana secara maksimal dan merata di seluruh Indonesia?, tentu jawabannya tidak.Â
Bagi orang-orang di daerah perkotaan mungkin sangatlah mudah bagi orang tua mereka untuk menyekolahkan anak-anak nya secara online, dengan adanya jaringan internet yang mendukung, adanya smartphone yang memadai, hingga lingkungan yang strategis dan mendukung untuk melakukan pendidikan secara online.Â
Tapi, apakah pernah sesekali memikirkan daerah-daerah yang sangat tertinggal di Pedesaan?, ya mungkin sesekali memikirkan, dan mungkin sudah merasa dilaksanakan dan diatasi, tapi apa mungkin sudah merata, dan anak-anak di Desa baik di daerah ter plosok sekalipun dapat melaksanakan sekolah secara online samahalnya seperti anak sekolah di perkotaan?
Tentu jawabannya tidak. Pendidikan online di Desa jauh dari kata sama seperti halnya di kota yang sangat kondusif, dari masalah keterbatasan dengan jaringan internet hingga memiliki smartphone saja masih tidak semua orang tua memilikinya, jadi tidak heran jika hampir lulus pendidikan SD anak-anak mereka masi belum lancar membaca dan lain sebagainya, belum lagi yang tidak semua masyarakat desa melek akan teknologi.Â
Keluhan dari para orang tua hampir setiap hari terdengar di telinga, yang mereka inginkan yaitu agar anak-anak mereka dapat bersekolah seperti normalnya, namun apalah daya pandemi ini masih ber level dan belum diketahui level akhirnya, hingga yang dapat mereka lakukan hanya pasrah itu saja.Â
Usaha dari pemerintahpun dikerahkan dengan sekuat tenaga, untuk warga Negara Indonesia agar dapat membantu orang-orang yang terkena dampak di masa pandemi Covid-19 ini, tapi mungkin sebagian bantuan menjadi sia-sia karena tidak tepat sasaran kepada orang yang benar-benar membutuhkan.Â
Korupsi mungkin sudah jadi akar dari negara, hingga bantuan yang seharusnya ada untuk warga yang hampir tidak bernyawa malah dimakan oleh orang-orang yang bertahta atau berharta yang mungkin sudah sakit jiwa.
Dampak pandemi terhadap sektor perekonomian di Desa mungkin jarang dilirik mata, namun adanya fluktuasi harga hingga kerugian dapat membuat Masyarakat Desa menjadi gagal akan usahanya yang menjadi gantungan hidup akan mata pencaharian satu-satunya.Â
Sektor kesehatannya dipermainkan demi menguntungkan pihak tertentu. Namun, nyawa Masyarakat Desa taruhannya, yang untuk melawan saja mereka kadang tidak tahu akan berbuat apa, dan keadilanpun tidak tahu pergi kemana?
Bagi orang yang memiliki kekuasaan justru adanya pandemi ini dijadikan ladang mengais rejeki atau menumpuk uang lebih banyak lagi, untuk mereka yang masi kurang akan gaji yang sudah pasti diberi oleh negeri sendiri. Adanya pandemi Covid-19 ini sangat merugikan Negeri, hutang belum terbayar malah bertambah untuk berhutang lagi, walaupun sudah menumpuk melebihi gunung merapi, apalahdaya orang yang korupsi tetap menjalankan aksi walau di masa pandemi. Masyarakat Desa mungkin banyak yang tidak mengetahui aksi-aksi para tikus berdasi meski di masa pandemi, yang mereka ketahui hanya untuk mematuhi aturan Negeri tanpa mengetahui aksi para tikus berdasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H