“Jogja jogja.. jogja istimewa, istimewa negrinya istimewa orangngya..” Jogja istimewa, itulah yang disampaikan potongan lirik tersebut. Yogyakarta terkenal dengan budaya jawa banget serta keunikan dan kekreativitasanya, dari seni tradisional hingga kontemporer semua ada di Jogja. Tak ketinggalan, di hari jadi Yogyakarta yang ke-258 berbagai kreatifitas dan karya seni di sajikan untuk merayakan HUT Jogja. Dengan mengangkat tema Pesta Rakyat. Berbagai acara di adakan guna menyambut ulang tahun kota Jogja yang diadakan mulai dari tanggal 19 september hingga tanggal 7 oktober sebagai puncak acara. Berbagai kesenian pun mewarnai kota jogja, di puncak Pesta Rakyat diadakan Pisowanan dan Pawai Budaya di Pagelaran Kraton Yogyakarta dan sepanjang Jl. Malioboro mulai dari pukul 19.00 – 00.00 WIB. Festival ini merupakan acara rutin yang diadakan setiap tahun oleh pemerintah Jogja. Selain untuk memperingati hari jadi kota jogja, acara ini juga bertujuan untuk mengapresiasikan beragam budaya dan kreatifitas masyarakat.
Acara ini mempunyai daya tarik yang cukup hebat untuk masyarakat sekitar hingga manca negara. Acara ini juga menjadi hiburan tersendiri bagi para wisatawan jogja atau warga jogja asli untuk menghabiskan waktu malam. Terbukti saking banyaknya orang - orang yang ingin menyaksikan malam puncak penutupan Pesta Rakyat ini, banyak emperan toko atau pinggir - pinggir jalan yang disulap menjadi tempat parkir dadakan. Tapi, ternyata parkir dadakan itu belum cukup menampung para pengunjung yang ingin menyaksikan Pawai Budaya. Tidak hanya itu, saking banyaknya pengunjung menyebabkan pengunjung yang datang terlambat tidak bisa menyaksikan keramaian pawai Budaya karena tertutup oleh badan pengunjung lainnya yang ada di barisan depan. Beberapa pengunjung rela memanjat atap gedung penitipan anak beringharjo sekedar untuk melihat pawai pada malam puncak pesta rakyat itu. Banyak juga para pengunjung nakal yang memaksa masuk dengan masih menggunakan sepeda motor hingga kebibir jalan karena parkir resmi maupun dadakan yang sudah penuh oleh kendaraan pengunjung lainnya. Alhasil sempat terjadi sedikit kericuhan antar becak serta motor karena jalan tidak cukup untuk dilewati. Jalan begitu sempit untuk keluar masuk pejalan kaki apalagi sepeda motor dan becak. Menurut pak Haryono salah satu pedagang kopi keliling di daerah malioboro, acara ini selalu meriah setiap tahunnya, tidak hanya di tempat wisatanya bahkan di kampung-kampung juga ikut memeriahkan hari jadi kota Jogja ke-258. Peserta yang ikut serta dalam Pawai Budaya ini sebagian besar dari perkampungan. Mereka berlomba-lomba memperlihatkan kemampuan dan kekreatifitasan mereka. Berbagai tema dari berbagai kecamatan di yogyakarta memeriahkan malam puncak sepanjang jalan malioboro. Ada beberapa kelompok peserta membawa seperti Gunungan. Ada yang membawa Gunungan dari kardus bakpia dengan berbagai rasa, miniatur kapal yang di buat dari botol bekas dari barbagai ukuran dan warna. Peserta terakhir Pawai Budaya adalah mahasiswa teknik UNY. Mereka memperlihatkan kreatifitasan dengan menggabungkan pakaian adat dengan gaya modern. Serta diberi aksen bercahaya dengan hiasan lampu - lampu indah tertempel di sebagian pakaian mereka. Mereka berjalan anggun bak model yang sedang berjalan diatas catwalk. Namun, yang disayangkan pihak keamanan acara ini kurang memperhatikan membludaknya pengunjung pada malam puncak acara Pesta Rakyat ini. Sehingga, banyak tanaman kota yang rusak terinjak-injak. Papan “Tidak boleh menginjak rumput” tidak lagi di indahkan oleh para pengunjung. Sampah yang berserakan begitu saja menambah kotor area tersebut. Penulis berharap, kedepannya jika ada kegiatan serupa, soal ketertiban dan kebersihan di perhatikan. Kalau perlu dipersiapkan tempat untuk para pengunjung agar dapat menikmati acara dengan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H