seksual di Indonesia masih dianggap tabu, seakan-akan membahasnya adalah dosa. Â Padahal, pendidikan seksual bukan tentang mengajarkan anak-anak untuk berhubungan seks, tetapi tentang memberdayakan mereka dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan, keselamatan, dan martabat mereka di era digital yang tak berbatas.
PendidikanMenyerahkan pendidikan seksual sepenuhnya kepada orang tua adalah kesalahan besar.  Orang tua, meskipun memiliki peran penting,  tidak selalu memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk membahas topik ini secara komprehensif dan  sesuai  dengan  perkembangan  anak,  terlebih  di  era  dimana  akses  informasi  tentang  seksualitas  sangat  mudah  didapatkan  melalui  dunia  digital.Kurikulum pendidikan seksual di sekolah bukan lagi pilihan, tetapi kewajiban. Â
Kurikulum yang komprehensif dan  terstruktur  dapat  memberikan  informasi  yang  akurat  dan  relevan  tentang  kesehatan  reproduksi,  peran  gender,  persetujuan,  dan  pencegahan  kekerasan  seksual  kepada  anak-anak  di  setiap  jenjang  pendidikan,  termasuk  mengajarkan  mereka  untuk  menavigasi  dunia  digital  dengan  bijak.
Ketiadaan kurikulum pendidikan seksual yang  terintegrasi  dalam  sistem  pendidikan  formal  di  Indonesia  mengakibatkan  banyak  anak-anak  yang  kekurangan  informasi  tentang  seksualitas  dan  lebih  rentan  terhadap  kekerasan  seksual  dan  perilaku  seksual  berisiko,  terutama  di  era  digital  dimana  konten  seksual  mudah  diakses  dan  seringkali  bersifat  eksploitatif.
Bayangkan, anak-anak yang tumbuh tanpa pengetahuan tentang tubuh mereka sendiri,  tanpa  pemahaman  tentang  batasan  dan  persetujuan,  tanpa  kemampuan  untuk  mengatasi  tekanan  seksual  dan  kekerasan,  dan  tanpa  keterampilan  untuk  menavigasi  dunia  digital  yang  seringkali  menawarkan  konten  seksual  yang  berbahaya.
Data terbaru menunjukkan bahwa hingga tahun 2024, mengutip dari web goodstats.id Indonesia mencatat 15.267 kasus kekerasan terhadap anak, dengan 7.623 di antaranya merupakan kekerasan seksual. Angka ini mencerminkan peningkatan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, menandakan bahwa anak-anak semakin rentan terhadap kekerasan seksual di era digital.
Membangun kurikulum pendidikan seksual yang komprehensif dan terintegrasi dalam sistem pendidikan formal di Indonesia adalah langkah penting untuk menciptakan generasi yang sehat, bermartabat, dan bertanggung jawab secara seksual di era digital.  Ini bukan tentang membiarkan anak-anak "tahu" tentang seks, tetapi tentang memberdayakan mereka untuk memahami tubuh mereka,  menghormati diri sendiri,  dan  melindungi  diri  dari  bahaya,  baik  di  dunia  nyata  maupun  di  dunia  digital.
Sebagai perbandingan, negara-negara seperti Belanda telah menerapkan pendidikan seksual komprehensif sejak usia dini, dimulai dari usia empat tahun, yang berfokus pada penghargaan terhadap tubuh sendiri dan orang lain. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menurunkan angka kekerasan seksual dan perilaku seksual berisiko di kalangan remaja. Oleh karena itu, integrasi pendidikan seksual dalam kurikulum formal di Indonesia menjadi semakin mendesak untuk melindungi anak-anak dari ancaman kekerasan seksual dan eksploitasi di dunia digital.
Referensi :
- https://goodstats.id/article/angka-kekerasan-anak-di-indonesia-capai-15267-kasus-pada-2024-vV8iu
- https://kumparan.com/kumparansains/mengintip-pendidikan-seks-dari-berbagai-negara-bagaimana-di-indonesia-1uR3emIopo2
Penulis : Marwah Qurrota A'yun - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Dibimbing oleh : Mohammad Fatoni - Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H