Sejak beberapa hari itu. Semua teralihkan dari rumah. Baik bekerja, belajar, hingga beribadah.
Maklum saja, semenjak pemerintah menetapkan virus corona sebagai wabah pandemi. Beberapa kantor pemerintahan dan pendidikan terpaksa tutup dan libur. Tak lain hal ini demi memutus rantai penyebaran  covid-19 ini.
Tak terkecuali adik sulung ku. Ia ketimpangan juga belajar dari rumah. Mulai ngerjakan Pekerjaan Rumah (PR), mencari bahan dari internet, hingga ujian dari rumah.
Tentu saja hal ini memiliki suka duka tersendiri bagi adik kecilku. Diantaranya adalah:
1. Menemukan nalar kritis
Pastinya ketika berada di rumah adikku lebih memiliki nalar kritis. Mengapa demikian, karena kebanyakan ia mengerjakan beberapa pelajaran yang tak diajarkan sebelumnya. Maka, tak ada hal lain selain minta bantuan mbah goohle (search in google). Â Selain cara ini dinilai lebih praktis, tentunya hal ini juge menimbulkan beberapa hal negatif.
Diantara kenegatifan tersebut pastinya lebih mengandalkan internet dari pada membaca buku bacaan. Emang sih kita harus memanfaatkan media, tapi ya harus diawasi juga penggunaannya. Adik kita masih kecil. Sedangkan internet memiliki jutaan informasi. Kalau tidak diawasi penggunaannya. Takutnya ia malah jatuh ke jurang.
2. Saling bertukar pikiran
Belajar di rumah pastinya bakal seru sebab kita bisa bertukar pikiran. Artinya ketika ada satu soal yang kelihatannya sulit, kita jadi berembuk. Minta tolobg pada ayah, ibu, kakak dan saudara lain. Jadinya, soal yang sulit sekalipun bisa terpecahkan.
Namun, dasar ini kurang baik juga pada adik. Sebab, yang ia diskusikan bukan pada tempat dan waktunya. Kalau terus-terusan kayak gini pastinya bukan adik yang pintar tapi, orang tua dan saudaranya.
 3. Menambah keharmonisan
Ini lagi manfaat belajar dari rumah tentu saja menambah keharmonisan rumah tangga itu sendiri. Sebab dengan berada di rumah ayah, ibu, anak dan saudara lain bisa bercengkrama, makan bersama pokoknya so sweet deh. Padahal sebelum itu, mereka jarang berkumpul ayah sibuk dengan pekerjaannya.
Berangkat lagi pulang sore, hingga malam. Jika sore pun kadang sesudah isya' ia langsung tidur, sedangkan adik masih mengaji di mushollah.
Namun, tentu saja jika kelamaan di rumah ini jelas tidak baik. Adik tentunya masih butuh pendidikan, sebab ia waktunya masih belajar. Bukan malah, terus dirumah bercengkrama dengan keluarga. Semua itu ada waktunya. Tentu saja akibat pandemi ini adikku keseringan ngumpul bareng. Hal lain lagi, pendidikan menjadi prioritas utama.
Tentu saja ia masih memerlukan seorang guru demi menunjang pendidikannya. Dalam hal ini, tentunya orang tua tak bisa apa-apa. Bisa sih tapi sedikit ilmu.
Pastinya besar harapan, semoga pandemi ini cepat berlalu. Biar adikku lebih menghabiskan masa-masa di sekolah ketimbang dari rumah.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H