Pemimpin ya namanya juga pemimpin. Orang yang memimpin segala hal. Seluruh aspek berada dalam kendalinya. Mulai dari ekonomi, pariwisata, politik. Semua tugas tersebut dipimpin oleh pemimpin. Maju tidaknya, berkembang mundurnya organisasi semua terserah pemimpin. Ia harus siap dibenci dan dicintai.
Begitu pula yang telah dialami Gubernur Anies Baswedan. Anies memimpin di wilayah terbaik bangsa. Induk bangsa. Ibu kota negara. Makanya wilayah kepemimpinannya sering disoroti publik. Tak terhitung setiap detik, jam, ataupun hari semua dipantau. Kayak ada CCTV terus ya. Ibu kota merupakan ikonik suatu bangsa. Yang menaungi daerah bawahan tersebut. Maka tak heran, anies selalu dikritik, dihujat, dibully bahkan ada pula yang menyayangi.
Dilansir dari tagar.id ada lima kebijakan yang menuai kontroversi. (1). Penutupan jalan di tanah abang, (2). Mewarnai separator jalan, (3). Kebijakan anggaran TUGP, (4). Instalasi pohon palsu, dan (5). Pengadaan lidah mertua untuk polusi udara.
Selain itu ada juga revitalisasi monas baru-baru ini. Apalah daya kita untuk terus menghujat dan mempojokkan Anies. Kita hanya rakyat biasa. Yang bisanya hanya bersuara. Kita masih tidak tahu apa itu ditanggapi atau angin sepoi-sepoi.
Gubernur Anies adalah pemegang kendala. Andaikan kereta api beliau adalah Masinisnya. Kitalah penumpangnya. Anies mempunyai otoritas penuh. Mengelola ibu kota. Merawat. Memperindah. Atau bahkan membuat lebih buruk. Semua ada ketentuannya. Ingat kita rakyat jelata. Bisanya Cuma menerima semua kebijakan.
Kalau kebijakan itu baik. Maka bisa bermanfaat bagi kita hingga anak cucu kita. Dan sebaliknya.
'Biar sejarah yang membuktikan' , kata Gus Dur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H