Mohon tunggu...
Qur Rohman
Qur Rohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ciptakan rasa senang, pastikan anda bisa

Bismillah namsyi ala barakatillah

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kepemimpinan Anies Biar Sejarah yang Membuktikan

24 Februari 2020   05:00 Diperbarui: 24 Februari 2020   05:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin ya namanya juga pemimpin. Orang yang memimpin segala hal. Seluruh aspek berada dalam kendalinya. Mulai dari ekonomi, pariwisata, politik. Semua tugas tersebut dipimpin oleh pemimpin. Maju tidaknya, berkembang mundurnya organisasi semua terserah pemimpin. Ia harus siap dibenci dan dicintai.

Begitu pula yang telah dialami Gubernur Anies Baswedan. Anies memimpin di wilayah terbaik bangsa. Induk bangsa. Ibu kota negara. Makanya wilayah kepemimpinannya sering disoroti publik. Tak terhitung setiap detik, jam, ataupun hari semua dipantau. Kayak ada CCTV terus ya. Ibu kota merupakan ikonik suatu bangsa. Yang menaungi daerah bawahan tersebut. Maka tak heran, anies selalu dikritik, dihujat, dibully bahkan ada pula yang menyayangi.

Dilansir dari tagar.id ada lima kebijakan yang menuai kontroversi. (1). Penutupan jalan di tanah abang, (2). Mewarnai separator jalan, (3). Kebijakan anggaran TUGP, (4). Instalasi pohon palsu, dan (5). Pengadaan lidah mertua untuk polusi udara.

Selain itu ada juga revitalisasi monas baru-baru ini. Apalah daya kita untuk terus menghujat dan mempojokkan Anies. Kita hanya rakyat biasa. Yang bisanya hanya bersuara. Kita masih tidak tahu apa itu ditanggapi atau angin sepoi-sepoi.

Gubernur Anies adalah pemegang kendala. Andaikan kereta api beliau adalah Masinisnya. Kitalah penumpangnya. Anies mempunyai otoritas penuh. Mengelola ibu kota. Merawat. Memperindah. Atau bahkan membuat lebih buruk. Semua ada ketentuannya. Ingat kita rakyat jelata. Bisanya Cuma menerima semua kebijakan.

Kalau kebijakan itu baik. Maka bisa bermanfaat bagi kita hingga anak cucu kita. Dan sebaliknya.

'Biar sejarah yang membuktikan' , kata Gus Dur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun