Etos kerja inilah yang membuat kagum semua negara termasuk warga Indonesia, sampai-sampai mereka memegang buku sembari tertidur di kendaraan umum dan itupun sudah biasa dijumpai di sana. Ada juga yang membaca sambal berdiri di koridor atau sambal duduk mendengarkan musik.
3. Tachiyomi
Kebiasaan membaca ini sering disebut juga membaca gratisan yang dilakukan sambal berdiri di toko buku. Untuk menarik pelanggan, pedagang buku biasanya membuka sampul plastic agar dibaca, dan hebatnya mereka tak takut rugi karena prinsipnya semakin banyak yang membaca buku kemungkinan mereka akan dating lagi keesokan harinya untuk membeli buku.
Coba penjual buku di Indonesia, yaelah pasti mereka takut dikunjungi banyak orang. Bukannya membeli, pasti ujung-ujungnya Cuma  lihat pemandangan aja hehehe.
Menurut Setia Furqon Kholid dalam bukunya yang berjudul "Jangan kuliah kalau tidak sukses". Ia memberikan perbedaan kalau "Orang jepang sedikit-sedikit membaca, dan orang Indonesia memang sedikit membaca''. Lucu juga ya.
Bagaimana cara mengubah kebiasaan kurang baik ini, bahkan ada yang menilai jika otak orang Indonesia itu bersih, dalam artian jarang terpakai untuk hal-hal yang menguras pikiran yang semacam membaca ini.
Al-qur'an pun menyuruh kita untuk membaca sebagaimana ayat pertama yang turun "iqra' (bacalah)''. Bahkan M. Quraish Shihab memberikan penjelasan lebih spesifik lagi kalau membaca bukan hanya tertuju kepada aksar tertenju saja. Membaca keadaan sekitar pun juga disebut membaca kalau merujuk pada penafsiran kata iqra' menurut M. Quraish shihab ini.
Membaca juga dapat menambah ilmu pengetahuan. Kalau dua puluh persen saja warga negara kita rajin membaca, so pasti negara ini akan maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H