Mohon tunggu...
Qurotul Hasanah
Qurotul Hasanah Mohon Tunggu... lainnya -

Alumni Pon.Pes Al-Kamal Blitar dan Mahasiswa UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen 1. Masa Lalu Salsa

10 Februari 2015   23:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:28 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Maksudnya Sa?”

“Maudy, Ibu Indayah adalah Bunda ku, guru ngaji kita. Beliau sudah lama pergi dari dunia ini, kurang lebih dua bulan setrang lebih dua bulan setelah perceraian kedua orangtuamu dan kepindahanmu ke kota ayahmu.

“Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un, benarkah Sa? Tapi karena apa? Sakitkah? Rasanya dulu itu Ibu Indayah sehat-sehat aja.”

“Yah, ceritanya panjang Maudy. Apa akuMaudy. Apa aku boleh bercerita?”

“Ceritalah Sa, aku sahabatmu, aku pasti dengarkan, maaf waktu itu aku tidak bisa disampingmu, menemanimu menangis.”

“Bunda memang terlihat sehat. Tapi sejatinya ia rapuh karena Bunda mempunyai penyakit komplikasi Liver dan Batu Ginjal. Makin hari penyakit itu bertambah parah, maka Bunda jadi sering keluar masuk RS. Tak sedikit biaya yang dihabiskan Ayah untuk kesembuhan Bunda. Tapi apa boleh buat, kuasa Allah lebih agung. Waktu itu, Bunda baru saja beberapa hari pulang opname. Tapi tiba-tiba kakekku masuk RS karena ada virus titanus dalam tubuhnya. Seingat aku kakek hanya tiga hari dirawat di RS, dan cerita nenek, semalam sebelum kakek meninggal, Bunda berkata pada nenekku. Kata Bunda, “Buk, aku ingin ikut bapak. Bapak itu sudah mati. Boleh ya?”. Semua orang terbengong mendengar kata-kata Bunda. Apalagi nenek, ia sebagai seorang ibu mempunyai firasat buruk tentang hari esok. Dan ternyata benar. Hari itu 09-09-99 pukul 03.00 dini hari kakek meninggal di RS. Setelah jenazah dibawa pulang dan disemayamkan, suasana duka masih terlihat pada dengan sepupu-sepupuku. Tapi ternyata aku salah. Itu bukanlah hari yang menyenangkan, tetapi itu justru hari paling buruk dalam sejarah hidupku. Kenapa? Bayangkan saja, dalam hari, tanggal, bulan, dan tahun yang sama, aku dan keluargaku kehilangan dua orang yang yang kami sayang, yang aku cinta. Kakek dan Bunda ku Maudy. Ternyata Bunda benar-benar ikut kakek. Bunda meninggal sore harinya. Ia meninggalkanku, anak satu-satunya. Aku sangat menyesal Maudy, karena beberapa menit sebelum Bunda meninggal, ia memintaku memeluk dan menciumnya lalu ia ingin memeluk dan menciumku. Tapi karena aku terlalu asyik bermain, aku hanya membalas pelukan dan ciumannya hanya sekedar pelukan biasa. Padahal ia memelukku erat sekali, seolah-olah tak ingin melepasnya. Aku tak tahu kalau itu adalah pelukan dan ciuman terakhir dari Bunda. Aku gak tahu, aku bodoh, aku jahat Maudy. Andai saja waktu dapat diputar kembali, aku ingin tak ada penyakit dalam tubuh Bunda.......aku,aku,...............”. Salsa tak dapat lagi membendung air matanya, ia tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya. Maudy pun memeluknya.

“Sa, sudahlah. Maafkan aku, aku tak bermaksud mengingatkanmu pada masa lalu itu. Sekapang hapus air matamu dan jangan bersedih lagi. Percayalah! Bundamu pasti sudah tenang dialamnya sana.” Kata Maudy menenangkan sahabatnya.

“Iya, makasih ya Maudy. Awalnya aku memang tak mempercayai semua yang terjadi. Tapi sekarang aku sudah dewasa, aku sudah tahu kalau kematian itu adalah fakta dan menyakitkan. Sekarang aku bisa memahami semuanya, mungkin ini adalah yang terbaik bagi Bunda. Aku juga percaya Allah pasti melapangkan jalan Bunda”.

“Benar Salsa, aku juga percaya, Ibu Indayah adalah orang yang baik. Lagiankan sekarang kamu sudah dapat Ibu baru, kamu harus bisa jalani semua ini”.

“Ya, karena ini takdirku. Awalnya memang sakit. Tapi sekarang aku sadar, aku beruntung mendapat Ibu pengganti yang baik padaku. Walau aku takkan pernah bisa lupakan Bunda, dan posisinya takkan tergantikan oleh yang lain dihatiku. Aku akan selalu berusaha untuk jadi anak yang baik, yang berbakti pada Bunda, Ayah, dan Ibuku. Aku ingin bahagiakan mereka semua Maudy.”

“Kamu pasti bisa Salsa. Pasti!!” Dukung Maudy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun