Mohon tunggu...
Ahmad Maruf
Ahmad Maruf Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - طالب

عبد فقير راج إلى عفو ربه

Selanjutnya

Tutup

Humor

Kenangan-kenangan di Pesantren

16 Juni 2021   21:20 Diperbarui: 16 Juni 2021   21:32 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:Masdulloh El-Ziaff

Setiap orang pasti punya kenangan, dan kenangan setiap orang tentunya berbeda-beda. Tidak semua kenangan menyenangkan dan tidak pula semuanya menyedihkan. Karena dengan adanya semua itu semuanya terasa lebih indah.
Di lembaran kali ini penulis ingin berbagi sedikit kenangan penulis selama menempuh pendidikan di pondok.
Pondok itu terletak disalah satu pelosok dari Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Diantara gunung-gunung yang menjulang ia berdiri, dipunggung kompleks  pun terdapat gunung yang terbuat dari sampah-sampah masyarakat. Dan itulah yang membuat lalat-lalat kerdil berdatangan. Dan itu sangatlah mengganggu ketenangan kami. Karena lalat-lalat sangatlah mengganggu kami, bukan hanya saat kami tidur saja, tapi saat kami tidur pun mereka masih mengganggu kami. Tapi kejadian itu tidaklah terjadi disemua tempat, akan tetapi hanya dimasjid dan sekitaranya saja.
Kebanyakan ketika pulang ke rumah ditunggu dan disambut oleh keluarga, berbeda dengan para santri Arroyah, kita pulang tidak disambut oleh keluarga, tidak pula oleh kekasih akan tetapi kita justru disambut oleh kutu-kutu busuk. Kami sangat gembira dan mereka pun sangat gembira. Kami dan para kutu busuk saling melengkapi satu sama lain. Diasaat kita memberi mereka makan, mereka pun mau menemani kita begadang. Intinya kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain tidak memandang apapun jenia kita.
Ma'ruf adalah salah satu temanku yang sangat baik. Dia berwajah tampan. Senyumanya membahana. Dia baik dan tidak sombong dan tidak pula suka mencuri, tapi meskipun demikian dia pandai memasak. Kita punya hobi yang sama, yaitu begadang. Begadang adalah sesuatu yang sangatlah mengasikan bagi kami. Hampir setiap malam kami begadang bersama untuk belajar bersama, meskipun hal itu dilarang oleh pihak pondok, hidup kami terasa sangat sempit disana. Meskipun kita sudah mengunjak jenjang kuliah, tapi kami diperlakukan seperti anak SD. Dihari-hari itu kita sedang sangat disibukan dengan tugas-tugas dari para dosen. Oleh karena itu, kita menambah jatah begadang kita. Sore itu aku berbincang-bincang dengan Ma'ruf tentang begadang. Akhirnya kita sepakat waktu dan tempatnya. Seperti biasa kita berbagi tugas, aku bertugas membawa power bank dan lampu panjer, sedangkan ma'ruf bertugas membawa snack.
Akhirnya kita berkumpul malam itu di kamar kebersihan. Kita pun mulai belajar sampai ketika malam mulai pekat. Terdengarlah bel yang berarti kita diharuskan untuk segera istirahat. Seperti biasa dijam-jam itu ustadz A berkeliling dan saat kita mengetahui bahwa ustadz itu berkeliling kita mematikan lampu dan terdiam ketakutan didalam kamar itu. Dan akhirnya kita ketahuan oleh ustadz A tersebut. Dan kita dihukum untuk mematikan semua lampu asrama. Semenjak kejadian itu akupun menyesal dan aku berusaha agar tidak ketahuan lagi.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun