Mohon tunggu...
quellanote
quellanote Mohon Tunggu... Penulis - writer

Writing is a part of my life. I'm interested in content writing, copy writing, and social media enthusiasts. Reach me on Instagram @quellanotte.id.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Suku Baduy hingga Larut Malam

2 Oktober 2023   20:56 Diperbarui: 2 Oktober 2023   21:07 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari pertanyaan "mengapa suku Baduy tidak menggunakan alas kaki, kendaraan, baju warna warni, dan tidak memakai sosial media?" Pertanyaaan ini sederhana namun saya sangat ingin tahu jawaban langsung dari penduduk suku Baduy. Langsung ikut open trip dan akhirnya saya bermalam selama 2 hari 1 malam di sana.

Pernah lihat orang yang membawa madu menggunakan pakaian hitam atau putih yang mereka kenakan dan juga dengan kaki telanjang? Yap, betul mereka berasal dari suku Baduy. Walaupun katanya sebenarnya ada aja yang cosplay pura-pura dari suku Baduy.

Perjalanan pertama dimulai, saya berangkat dari Stasiun Bojong Gede ke Stasiun Rangkasbitung. Dari Stasiun Rangkas saya dijemput oleh pikah travel dan bertemu dengan teman baru dari travel agent. Kami dijemput sekitar jam 10 dan berangkat sekitar jam 11 naik mobil elf. Sesampainya di Baduy luar dengan perjalanan yang cukup panjang kami sampai jam 1 lalu ishoma.

source: quellanotte.id
source: quellanotte.id

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Baduy dalam, sungguh perjalanan yang panjang dan menguras banyak tenaga. Jika kamu pertama kali jalan jauh, usahakan olahraga sebelumnya atau pemanasan, agar kaki tidak keram seperti saya. 

Jalanan yang naik turun dan kadang melandai membuat energi dan tenaga saya habis. Saya sering berhenti untuk istirahat, dikit-dikit ngeluh capek, ngeluh pengen duduk, minum, pokonya capek sekali bagi saya yang jarang jalan jauh, tetapi jangan khawatir ada penduduk Baduy yang menunggu agar kami tidak tertinggal dan hilang.

Ditengah perjalanan juga saya banyak bertanya mengenai Baduy, yang saya salutkan adalah mereka masih menghargai dan menjaga adat leluhur dengan baik, begitupun dengan alam. Mereka memperlakukan alam dan menjaga dengan sangat baik. Memanfaatkan alam sebaik mungkin dan tidak merusak alam dengan apapun, makanya mereka tidak boleh mandi menggunakan sabun dan sampo, karena akan merusak alam.

Sekitar jam 8 saya akhirnya sampai dengan tak berdaya dan kaki pegel linu. Kami langusung diarahkan ke rumah warga, 1 rumah sekitar 15 orang. Kami disuguhkan makanan sayur asem, tempe, dan sambel ijo yang enak banget. Mungkin juga karena perjalanan Panjang dan melelahkan, jadi saya makan lahap malam itu.

Malam itu, kami mengadakan makrab (malam keakraban) ada perwakilan kepala suku yang datang untuk memberikan sepatah dua patah kata dan menjawab semua rasa penasaran kami. Pak, kenapa ya suku Baduy tidak memakai sendal? Karena itu aturan adat, aturan ada untuk dihormati. Alasan mereka tidak jauh dari menghormati leluhur dan juga mereka sangat bisa

Pagi hari saya berjalan-jalan di sekitar Baduy dalam, tidak ada dokumentasi sama sekali, tidak diperbolehkan mendokumentasikan apapun jika di Baduy dalam. Saya hanya mendokumentasikan di pikiranku saja. 

Ibu-ibu di sana berjualan jajanan atau cemilan untuk warga setempat dan juga tamu yang berkunjung, ada juga yang membuat anyaman untuk atap rumah mereka, saya lupa Namanya, ada juga yang pergi untuk berkebun dengan suaminya. Kegiatan pagi itu sangat terasa damai dan rukun ditambah ada Sungai yang mengalir terdengar suaranya,

Di sana tidak boleh memakai sabun dan sampo karena bisa merusak alam, saya juga tidak mandi, hanya sekedar buang air kecil dan wudhu di aliran Sungai. Mereka tidak memiliki kamar mandi, memanfaatkan Sungai untuk melakukan berbagai aktivitas seperti mencuci baju dan juga buang air besar. Kami saling tunggu menunggu karena belum terbiasa.

Ternyata, baju putih itu adalah tanda mereka dari suku Baduy dalam dan warna hitam tanda dari suku Baduy luar. Perbedaaanya cukup signifikan, di Baduy dalam tidak boleh mendokumentasikan sama sekali sedangkan Baduy luar boleh didokumentasikan. Suku Baduy dalam tidak ada listrik sama sekali mereka menggunakan api obor untuk menerangi gelapnya malam.

Petualangan saya seperti mengunjungi ribuan tahun lalu menelusuri gelapnya malam tanpa listrik hanya memakai obor. Tetapi saya salut, mereka bertahan dengan kuat mempertahankan hukum adat yang mereka hormati.

Tak lama kami pulang jam 10 berkumpul berdoa untuk pulang, berat rasanya meninggalkan kedamaaian ini, seperti aku ingin berlama-lama di sini. Perjalanan saya tiba pukul 4 sore. Sekitar 7 jam perjalanan. Payahnya saya menggunakan jasa porter kepada penduduk suku Baduy pulang pergi sekitar 100 ribu. Terlalu jompo diri ini, jalan saja sudah banyak mengeluh, apalagi sekalian bawa tas yang lumayan berat.

Begitulah cerita perjalanan suku Baduy yang lumayan cukup Panjang. Saya selalu meluangkan waktu untuk berpergian, karena setiap perjalanan memberikan pembelajaran dan energi baru untukku.

Perjalanan yang mengantarkan untuk mengenal diri lebih jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun