Berawal dari pertanyaan "mengapa suku Baduy tidak menggunakan alas kaki, kendaraan, baju warna warni, dan tidak memakai sosial media?" Pertanyaaan ini sederhana namun saya sangat ingin tahu jawaban langsung dari penduduk suku Baduy. Langsung ikut open trip dan akhirnya saya bermalam selama 2 hari 1 malam di sana.
Pernah lihat orang yang membawa madu menggunakan pakaian hitam atau putih yang mereka kenakan dan juga dengan kaki telanjang? Yap, betul mereka berasal dari suku Baduy. Walaupun katanya sebenarnya ada aja yang cosplay pura-pura dari suku Baduy.
Perjalanan pertama dimulai, saya berangkat dari Stasiun Bojong Gede ke Stasiun Rangkasbitung. Dari Stasiun Rangkas saya dijemput oleh pikah travel dan bertemu dengan teman baru dari travel agent. Kami dijemput sekitar jam 10 dan berangkat sekitar jam 11 naik mobil elf. Sesampainya di Baduy luar dengan perjalanan yang cukup panjang kami sampai jam 1 lalu ishoma.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Baduy dalam, sungguh perjalanan yang panjang dan menguras banyak tenaga. Jika kamu pertama kali jalan jauh, usahakan olahraga sebelumnya atau pemanasan, agar kaki tidak keram seperti saya.Â
Jalanan yang naik turun dan kadang melandai membuat energi dan tenaga saya habis. Saya sering berhenti untuk istirahat, dikit-dikit ngeluh capek, ngeluh pengen duduk, minum, pokonya capek sekali bagi saya yang jarang jalan jauh, tetapi jangan khawatir ada penduduk Baduy yang menunggu agar kami tidak tertinggal dan hilang.
Ditengah perjalanan juga saya banyak bertanya mengenai Baduy, yang saya salutkan adalah mereka masih menghargai dan menjaga adat leluhur dengan baik, begitupun dengan alam. Mereka memperlakukan alam dan menjaga dengan sangat baik. Memanfaatkan alam sebaik mungkin dan tidak merusak alam dengan apapun, makanya mereka tidak boleh mandi menggunakan sabun dan sampo, karena akan merusak alam.
Sekitar jam 8 saya akhirnya sampai dengan tak berdaya dan kaki pegel linu. Kami langusung diarahkan ke rumah warga, 1 rumah sekitar 15 orang. Kami disuguhkan makanan sayur asem, tempe, dan sambel ijo yang enak banget. Mungkin juga karena perjalanan Panjang dan melelahkan, jadi saya makan lahap malam itu.
Malam itu, kami mengadakan makrab (malam keakraban) ada perwakilan kepala suku yang datang untuk memberikan sepatah dua patah kata dan menjawab semua rasa penasaran kami. Pak, kenapa ya suku Baduy tidak memakai sendal? Karena itu aturan adat, aturan ada untuk dihormati. Alasan mereka tidak jauh dari menghormati leluhur dan juga mereka sangat bisa
Pagi hari saya berjalan-jalan di sekitar Baduy dalam, tidak ada dokumentasi sama sekali, tidak diperbolehkan mendokumentasikan apapun jika di Baduy dalam. Saya hanya mendokumentasikan di pikiranku saja.Â