Mohon tunggu...
Queen Sarah
Queen Sarah Mohon Tunggu... pelajar -

Leader of Sarah Institute

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleran untuk Persatuan

10 Juli 2013   12:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Romadhon 1434 (1)

Sesuai perkiraan, awal Romadhon kali ini tidak kompak. Meski pemerintah secara resmi menetapkan tanggal 1 Romadhon 1434 jatuh pada hari Rabu Kliwon 10 Juli 2013, masih ada juga yang mengawali puasa di hari yang berbeda. Perbedaan permulaan ini memang bukan hal baru. Sayangnya masih banyak yang membesar-besarkan masalah seperti ini. Lagipula masing-masing kelompok memiliki aturan main tersendiri yang mereka yakini kebenarannya. Dan tentu saja keyakinan tak bisa di ganggu gugat oleh siapapun, termasuk pemerintah.

Sayang sekali, wakil menteri agama mengeluarkan pernyataan yang menurutku kurang etis. Beliau menyatakan bahwa kelompok yang tidak mengikuti keputusan pemerintah dianggap tidak taat kepada ulil amri. Jika dilihat dari satu sisi saja, memang benar. Namun bukankah pemerintah dan kelompok yang “membangkang” memiliki metode yang berbeda? Jika metodenya sama, pernyataan tersebut bisa dibenarkan. Namun jika dasarnya saja sudah berbeda, rasanya tidak akan ada titik temu jika masih keukeuh atas keyakinan masing-masing.

Aku juga menyayangkan sikap salah satu ormas terbesar dan tertua di Indonesia yang tidak hadir dalam sidang itsbat. Bolehlah mereka sudah memutuskan awal Romadhon sebelum pemerintah mengambil keputusan. Namun sebagai ormas keagamaan yang memiliki massa yang besar, sikap demikian sungguh tak layak dilakukan. Kenapa mereka tidak datang saja, dan memberikan opini atas keyakinan mereka? Kalaupun akhirnya tidak disetujui pemerintah, bisa dengan meminta ijin kan untuk mengawali puasa lebih dahulu? Hal ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu. Memang tidak mudah dalam melaksanakannya, lantaran biasanya ada unsur-unsur kepentingan yang menyelimuti kegiatan di lembaga pemerintahan negeri ini.

Perbedaan dalam Romadhon tidak hanya terjadi pada awal pelaksanaan. Setiap malam pun pada saat sholat tarowih, perbedaan itu selalu ada. Secara garis besar, ada dua perbedaan dalam melaksanakan sholat tarowih dilihat dari jumlah rokaatnya. 1 kelompok melaksanakan sebanyak 8 rokaat, sedangkan yang satu lagi sebanyak 20 rokaat. Perbedaan ini pula bukan hal baru di Indonesia. Jauh sebelum era milenium, perbedaan ini sudah ada. Bahkan di kalangan internasional, perbedaan ini adalah hal yang biasa. Sayangnya, lagi-lagi masyarakat belum menunjukkan sikap dewasa dalam menghadapi perbedaan ini. Masing-masing ngotot dengan kebenaran yang diyakini serta menyalahkan yang lain.

Memang tidak mudah ketika dihadapkan pada perbedaan yang cenderung mengarah kepada pertentangan. Di butuhkan saling paham antar kelompok agar masing-masing kelompok dapat tetap mempunyai rasa hormat kepada kelompok lain. Hal ini sulit terwujud jika masing-masing pemuka kelompok tidak menjalankannya. Bahkan kerap kali pemuka kelompok lah yang menjadi biang kerok dalam menghambat tumbuhnya rasa toleran ini. Salah satu dalih yang dipakai adalah untuk menguatkan keyakinan anggota kelompoknya. Untuk menguatkan keyakinan tidak perlu disertai mencaci kelompok lain bukan?

Jika umat Islam yang menjadi golongan mayoritas di Indonesia saja tidak dapat bersatu, persatuan Indonesia seperti yang tertuang dalam sila ke-3 Pancasila sepertinya mustahil terwujud. Dan ingat, jika umat Islam masih saja mengobarkan rasa permusuhan internal agama, kejayaan Islam yang diimpikan umat Islam hanyalah sebatas impian. Semoga berkah Romadhon dapat menjadikan kita semua menjadi manusia yang bisa saling toleran untuk mewujudkan persatuan. Amiin.

B.Rb.Kl.010934.090713.21:39

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun