CORETAN PENA DI KERETA SENJA YOGYAKARTA
Hari itu ……..
Sore menjelang magrib
Senja  memerah di  Stasiun Yogyakarta.
Aku berdiri di satu sudut stasiun
Selintas lalu tentang pengayuh becak yang aku lihat di kawasan keraton
Mbok penjual gudeg di pasar Kranggan seharga lima ribu
Angkringan yang bertebaran dimana-mana
Musisi jalanan dengan seragam batiknya.
Rintik gerimis di kawasan Malioboro yang ikonik
Dikala aku menelusurinya malam itu
Ada rindu ........
Bergeser sedikit kearah Prawirotaman.
Apasih bayangan kamu tentang kawasan ini?
Bayanganku adalah café-café dan bule-bule, itu saja.
Melintasi kawasan Sleman
Terlihat ada bendera kuning
Sebagai tanda ada jiwa yang telah terlepas dari raga.
Aku melihat diantara duka ada beberapa orang sedang bermain kartu
Katanya itu hal biasa disini.
Mungkin ini salah satu kearifan lokal yang tidak aku pahami.
Lokomotif berderu
Saatnya untuk pergi meninggalkan.
Kaki yang berjalan menuju gerbong mempunyai iramanya masing-masing
Ada yang tergesa-gesa
Ada yang berjalan pelan
Ada yang melangkah dengan tawa canda.
Namun ada juga yang merasa berat
Sehingga dia berkali-kali menoleh kebelakang
Semua orang mempunyai kenangannya sendiri.
Ada yang manis,
Ada yang pahit,
Ada yang asam,
Ataupun terasa asin,
 Dan bagiku Yogyakarta adalah sebuah rasa.
~Yogyakarta, mei 2017~
Rina Rahma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H