Saya         : Bobogohan heula henteu kang? (Pacaran dulu nggak kang?)
Kang Naldi   : Henteu di jodohkeun, haram bobogohan mah (Tidak, di jodohkan, haram kalau  Â
             pacaran)
Kenapa mereka masih muda sudah diharuskan menikah. Hal ini untuk mencegah mereka melakukan yang tidak-tidak secara seksual.
Ada pertanyaan menggelitik yang tidak terjawab karena saya tidak berani bertanya, ketika sampai di rumah Kang Naldi, bentuk rumah ini tanpa sekat, dari mulai dapur, ruang tamu bahkan kamar, lalu bagaimana caranya mereka melakukan aktivitas seksual sementara Kang Naldi dan istri masih tinggal bersama orang tua dan belum dibuatkan rumah secara terpisah. Rumah adat mereka terbuat dari kayu dan bambu.
Disini juga ada larangan penggunaan sabun mandi dan pasta gigi. Apakah mereka hanya mandi dengan air saja, tentu tidak. Kecombrang atau honje menjadi pengganti sabun mandi, seperti yang kita tahu, kecombrang ini wangi, sehingga bisa memberikan kesegaran ke badan kita. Sirih digunakan sebagai pengganti pasta gigi.
Kenapa semua itu dilarang, karena mereka tahu sabun dan bahan kimia bisa merusak alam. Tidak perlu kampanye Greenpeace untuk menyadarkan mereka pentingnya kelestarian alam, kita harus belajar dari mereka.
Sepanjang perjalanan terbentang lahan yang cukup luas, cara memanam padi mereka adalah diatas bukit secara kering, dikenal dengan istilah huma, tidak sama dengan sistem yang biasa kita pakai dalam menanam padi dengan aliran air. Leuit atau lumbung merupakan pertahanan pangan Suku Baduy. Mereka akan menyimpan hasil panennya di rumah yang di sebut Leuit.
Meski banyak lahan yang terbentang luas, tidak ditemukan area pemakaman satupun. Saya mempertanyakan hal ini kepada Kang Naldi, ternyata orang yang meninggal di sini dimakamkan ditanah keluarga masing-masin, tidak ada tanda mewah untuk kuburan. Acara kematian hanya diperbolehkan selama 7 hari dan tidak boeh diratapi secara berlebihan. Prinsip mereka orang yang sudah meninggal akan kembali menjadi tanah, tidak ada guna meratapinya. Setelahnya kuburan akan difungsikan kembali sebagai lahan olahan mereka.
Setelah berinteraksi dengan mereka, saya melihat begitu sederhananya prinsip hidup yang mereka pegang. Kalau kamu berkunjung kesana jangan lupa untuk mempelajari filosopi hidup Suku Baduy ini.