Ini bisa dibilang perjalanan yang cukup panjang untuk kami, dibandingkan perjalanan sebelumnya. Ya, perjalanan menuju air terjun Cisadane ini cukup panjang dan melelahkan. Tapi bukankah hidup semestinya perlu lelah untuk mencapai satu tujuan. Anggap saja ini sebuah latihan kecil untuk kami agar menjadi lebih kuat lagi.
Memulai perjalanan dari kawasan ekowisata Ciwaluh, Cigombong, Lido, Sukabumi. Kami harus meyusuri pematang sawah sekitar 30 menit berjalan kaki sebelum memasuki hutan. Hutan ini masih termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Dimulai dengan melintasi sungai terlebih dahulu sebelum akhirnya petualangan di dalam rimba pun dimulai.
Jalur tanah dan bebatuan seperti biasanya harus kami lewati, terkadang kami masih harus menebang ranting yang menghalangi jalur yang kami lalui. Basah, ini adalah kondisi yang kami rasakan, mungkin karena hujan semalam, atau memang kondisi hutan ini yang lembab, entahlah.
Sungai pertama sudah kami lalui, ternyata bukan satu-satunya sungai yang harus dilalui. Kami masih harus melintasi 11 sungai lagi, tentu tidak bisa dibilang mudah. Satu hal yang kami sarankan untuk kamu yang akan mengunjungi air terjun ini, berilah tanda disetiap jalur yang sudah kamu lewati dengan menyematkan pita di dedaunan. Bawalah pita selain warna kuning, karena sudah ada beberapa pita warna kuning sebagai penanda jejak disini. Kenapa disarankan membawa pita warna lain, karena saat perjalanan pulang berkali-kali kami menemukan tanda dengan pita kuning yang berlainan arah, kemungkinan ada kelompok lain yang juga memberi tanda dengan pita kuning.
Beberapa Jalur masih agak gelap dan beberapa kali kami melewati jalur dengan pohon bambunya, terkadang pohon-pohon bambu ini membawa ceritanya sendiri. Semoga kamu tidak menjadi bagian dari cerita pohon bambu ini. Ada beberapa jalur yang cukup menantang untuk dilalui, semisal berjalan diatas batang pohon, melintasi bebatuan dengan kondisi bawah yang cukup curam. Beberapa kali harus melewati jalur naik dan turun dengan bantuan tali karena jalur yang cukup sulit. Pastikan kamu membawa alat bantu keselematan yang diperlukan.
Perjalanan yang seharusnya kami tempuh normalnya tiga jam terpaksa harus kami tempuh selama empat jam, tidak jarang kami salah jalur dan harus beristirahat berkali-kali. Tapi tentunya semua lelah akan terbayar saat kami sampai ditujuan. Keindahan air terjun ini terasa eksotis dan  mistis dibalut dengan pelangi yang tiba-tiba saja muncul. Keindahannya mengisyaratkan betapa semesta jika berkehendak tidak akan meminta syarat.
Satu hal yang bisa kami petik dari perjalanan ini, Ini bukan tentang sebuah kemenangan bukan pula sebuah kesombongan, ini adalah sebuah perjalanan yang penuh rintangan yang pastinya akan semakin menguatkan. Selamat berkelana tanpa dipaksa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H