Mohon tunggu...
queen muda
queen muda Mohon Tunggu... -

gabung di kompasiana cuma pengen mengakrabkan diri dengan bahasa-bahasa intelek.... walaupun tak pernah paham, yang penting sok paham dulu. tar klo belum tau tinggal nyarri tau #prinsipnya# [paham ora paham kudu paham]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Paguyuban Seni Barongan Blora di Bekasi

10 April 2015   21:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satrio Joyo Samudro adalah sebuah nama paguyuban yang ingin melestarikan salah satu seni tradisional berjenis barongan Blora, sebuah nama yang secara filosofi jawa sebenarnya terlalu berat, karena apa bila di artikan satu persatu susunan nama itu akan ada beberapa pengertian yaitu:

SATRIO sebuah kata yang mempunyai arti PEJUANG, di sini penulis ingin menberikan informasi mengapa nama Satrio di pakai untuk menamai sebuah paguyuban, pada dasarnya memang di dalam paguyuban ini adalah bentuk perjuangan orang-orang di dalamnya yang ingin melestarikan sebuah seni barongan di perantauan,dan hampir semua anggota paguyuban berasal dari Blora. Sebuah perjuangan yang patut di acungi jempol, karena mengingat bahwa orang-orang yang tergabung di dalamnya selain mempunyai kewajiban untuk bekerja dan menghidupi diri beserta keluarganya mereka juga di tuntut untuk melestarikan sebuah seni barong yang di perantauan ini semakin susah di temukan.

JOYO sudah bisa kita tebak artinya yakni kejayaan, layaknya sebuah perjuangan pasti kita semua ingin sekali mendapatkan hasil yang terbaik, begitu juga di dalam paguyuban ini orang yang tergabung di dalamnya sangat mengidam-idamkan hasil terbaik dari perjuangan melestarikan salah satu kebudayaan asli Indonesia yaitu barongan Blora.

SAMUDRO secara harfiyah bisa di artikan hamparan laut yang sangat luas, dipakainya kata Samudro dalam menamai paguyuban ini karena perjuangan untuk melestarikan seni barongan mereka lakukan tidak di tempat asal mereka, jadi karena luasnya tanah perantauan ini hampir membuat mereka kesulitan mencari orang-orang yang mau ikut untuk melestarikan seni barongan ini, dan bahkan orang-orang tersebut selalu mempunyai kendala waktu dan tempat, mengingat mereka adalah orang-orang yang berasal dari golongan pekerja pabrik dan biasanya system kerja mereka menggunakan shift1, shift2, atau Shift3 dan domisili mereka tersebar di wilayah JABODETABEK, itulah kendala yang sering mereka temui, terkadang ketika ada orang yang mau ikut, mereka harus mengatur waktu dan biaya karena harus berhadapan dengan domisili yang jauh dan waktu yang berpapasan dengan jam kerja.

Pada akhirnya memang dalam melakukan sebuah kebaikan selalu mempunyai kendala tersendiri, yang bisa kita pelajari dari tulisan ini adalah janganlah mudah menyerah, karena kita semua percaya bahwa tuhan tidak tidur, semua akan NIKAH pada waktunya… eh salah… semua akan INDAH pada waktunya...

Sekian dan terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun