Mohon tunggu...
Lindrayana Manik
Lindrayana Manik Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Kehutanan Dinas Kehutanan Provsu

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Setibanya di Pulau Kedua

3 Maret 2016   13:59 Diperbarui: 3 Maret 2016   14:27 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama sekali rasanya, sejak terakhir saya mem-post tulisan saya pada 02 Maret 2015, tepat setahun yang lalu. Saya bukanlah orang yang ahli dalam bidang menulis. Maka dari itu, ketika akan mempublikasikan sebuah tulisan, saya akan membaca lagi tulisan saya berulang-ulang. Bila saja ada kata atau tanda baca yang menurut saya kurang tepat atau kemungkinan ada kalimat-kalimat yang menurut saya akan sulit dicerna, maka saya akan mengubahnya lagi. Begitulah seterusnya hingga saya benar-benar mantap untuk mempulikasikannya.

Pagi ini, tanah borneo tempat saya menumpang hidup sementara sedang diguyur hujan. Belakangan hari hujan memang tanpa ampun mengguyur di daerah saya. Bahkan menurut informasi yang saya terima, sungai meluap dan di beberapa titik banjir telah melanda. Dalam sehari saja, hujan bisa turun 3 bahkan 5 kali dalam 24 jam.

Baiklah di pagi yang dingin ini, saya memutuskan untuk kembali mengingat rangkaian perjalanan yang saya lakukan sekitar dua tahun yang lalu. Liburan estafet saya dari Makassar kemudian menuju Lombok. Sebelumnya saya pernah mem-post sebuah tulisan mengenai perjalanan liburan saya ini http://www.kompasiana.com/queen_limanik/sekali-mendayung-3-pulau-terlampaui_54f6ddcfa33311c55c8b4ba8

Diakhir tulisan, saya menuliskan kata “bersambung” dan setelah pagi ini kembali membuka dan membaca tulisan tersebut, entah kenapa saya seperti mempunyai hutang yang besar untuk melanjutkan tulisan yang memang belum rampung itu. Itulah yang menjadi alasan terbesar saya membuat tulisan ini dan inilah sambungannya...

Sesaat sebelum mendarat di Makassar terlihat jelas jika memang hujan baru saja turun. Hal yang paling mendukung hipotesa itu adalah karena tepat di arah jam 10 ada sebuah pelangi yang melingkar sempurna yang biasanya menjadi tanda sehabis turunnya hujan. Di Balikpapan, sebelum terbang ke Makassar sebenarnya saya sudah mengetahui hal ini dari seorang penumpang yang dikabari oleh keluarganya bahwa di Makassar sedang hujan lebat dan hal tersebut jugalah yang menjadi alasan keterlambatan pesawat kami terbang siang menjelang sore itu.

Seperti yang sudah saya sampaikan di tulisan yang sebelumnya, kami mendarat dengan sukses di Bandara Internasional Sultan Hasanudin Makassar. Padahal sebelumnya saya sempat harap-harap cemas karena khawatir landasan licin sehabis diguyur hujan.  Namun kekhawatiran saya tak terbukti. Maskapai penerbangan citilink telah menorehkan kenangan yang baik di pengalaman pertama saya menggunakan maskapai penerbangan tersebut.

Tampilan bandara di Indonesia menurut saya tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu juga dengan Bandara Sultan Hassanuddin Makassar yang sebelumnya bernama Kadieng Terbang Field ini, bandaranya megah. Bandara Sultan Hasanudin menjadi salah satu bandara tersibuk di Indonesia karena menjadi bandara transit penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke wilayah lainnya di timur Indonesia.

Setelah mengambil barang, saya bergegas mencari transportasi untuk selanjutnya menuju hotel tempat saya akan menginap selama beberapa hari di Makassar. Pemandangan yang persis sama di bandara manapun Anda berada, setelah keluar dari bandara Anda akan melihat keramaian manusia yang datang entah itu untuk menjemput keluarganya dan yang tak ketinggalan adalah para driver taksi yang akan menawarkan jasanya untuk mengantar Anda menuju tujuan selanjutnya.

Saya tak menemukan counter taksi resmi bandara saat itu, jadi pada akhirnya saya menggunakan jasa taksi cargo biasa/taksi tak resmi. Jarak bandara menuju pusat kota Makassar menurut saya cukup jauh. Kalau saya tidak salah ingat, perjalanan dari bandara menuju hotel saya menginap di pusat kota memakan waktu kurang lebih 40 menit hingga sejam lamanya (ditambah macet karena traffic light dan sebagainya). Lalu lintas kota Makassar cukup padat sore itu, namun tak menyurutkan kesenangan saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di kota Makassar.

 Entah apa yang membuat saya tertarik menjadikan Makassar masuk dalam list destinasi kota wisata yang ingin saya tuju. Saya belum tahu banyak mengenai Makassar, yang saya tahu hanya Pantai Losari yang menjadi ikon kota tersebut. Namun tahukah Anda ? bahwa pada akhirnya saya tak sampai ke Pantai ini. Nanti akan saya ceritakan mengapa pada akhirnya saya tak sampai menapakkan kaki di Pantai Losari, padahal saya sudah jauh-jauh terbang dari Balikpapan.(bersambung)

[caption caption="Dokumentasi pribadi"][/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun