Mohon tunggu...
Queen An
Queen An Mohon Tunggu... Penulis - Pemanah dan Penulis

Wanita sederhana yang punya mimpi besar. Menjadi pribadi yang berarti, memberi warna dalam setiap perjalanan kehidupan dan menjadi jalan bagi kebahagiaan orang lain. If you believe in yourself then everything will be possible

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaptek Nge-Zoom

7 Mei 2021   08:21 Diperbarui: 7 Mei 2021   08:24 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Queen

Salam Sahabat.

Siapa yang doyan banget olahraga? perempuan pastilah ahlinya dalam bidang ini. Di mana-mana yang mengikuti olahraga didominasi oleh kaum perempuan. 

Bagi yang sudah terbiasa melakukan olahraga, pagi-pagi biasanya sudah datang dan bersiap untuk memulai kegiatannya disebuah sanggar kebugaran. Begitu pun dengan saya. Setelah hampir kurang lebih satu jam kegiatan olahraga itupun selesai. Para pencinta olahraga ini tidak hanya diikuti oleh anak milenial tetapi orang-orang yang sudah disebut  Balita atau  Jelita. Mereka bercampur dalam sebuah ruangan yang sama sehingga pada saat kegiatan berlangsung tidak ada perbedaan baik usia maupun kedudukan.

Saat bersiap untuk pulang saya menguping  obrolan di antara pencinta olahraga ini. Katanya, kegiatan untuk tadarus bulan Ramadan di komunitasnya tidak bisa diikuti karena harus  menggunakan  applikasi Zoom,   sedangkan dia gaptek apalagi tidak ada orang yang bisa membantunya di rumah. Handphone juga dipakai hanya  untuk  nge-WA saja dan menerima telepon atau menelepon anak, cucu, dan saudara.

Temannya  berkomentar bahwa handphone-nya juga tidak punya zoom karena tidak mengerti cara  menggunakannya. Saya berpikir bahwa selama ini kegiatan nge-Zoom tidaklah menjadi masalah  penting yang harus  dibicarakan atau dibahas karena itu mudah dipahami. Akan tetapi pada kenyatannya, di luar lingkungan kita masih ada orang yang mengeluh dengan kegiatan nge-Zoom ini.

Zaman now, memang semua dipaksa harus serba melek teknologi apalagi dengan kondisi adanya COVID -19.   Setiap otang yang berhubungan dengan orang lain baik, itu dalam sebuah komunitas maupun dalam ruang lingkup kerja yang notabene bukan lagi seorang pelajar  diharuskan dapat  menggunakan dan mengakses aplikasi Zoom.

Komunikasi melalui kegiatan  nge-Zoom ini disatu sisi banyak manfaatnya karena hubungan jarak jauh pun bisa didekatkan dan saat-saat seperti kondisi sekarang Zoom mampu menggeser fungsi telepon karena melalui zoom ini mereka bisa saling bertatap muka secara langsung dengan keluaga mereka beramai-ramai. Namun, di sisi lain mereka tidak merasakan manfaat dengan adanya fasilitas zoom ini karena masalah kegaptekannya sehingga memilih lebih baik diam  atau memilih  fasilitas WA saja yang masih terbatas khusus penggunaan layar camera.

Kendala lain selain gaptek adalah sinyal yang tidak mendukung terutama di wilayah-wilayah dataran tinggi sehingga kegiatan nge-Zoom ini pun bisa menjadi masalah. Hal lainnya dari kegaptekan mereka adalah malas menguntak-atik handphone  karena harus setting ini dan setting itu. Namun,  bagi mereka yang mau belajar mengutak-atik handphone bisa menjadi sebuah seni yang bisa dinikmati.

Seharusnya kegiatan nge-zoom ini bisa menghapus kegaptekan mereka dan bahkan dengan kegiatan nge-Zoom ini bisa menambah kebahagian mereka dengan melepas rindu kepada anak, cucu dan saudara. Apalah daya jika tidak pernah diadakan edukasi nge-Zoom bagi para Balita atau Jelita. 

Penting sekali untuk memberikan edukasi dan praktek secara langsung  kepada  mereka dengan begitu mereka tidak akan banyak bergantung kepada orang lain  dan bisa menikmati waktu kebersamaannya. Edukasi bisa dilakukan kepada semua orang tidak hanya kepada  anak milenial saja sehingga mereka tidak lagi berpikir bahwa orang lain lebih pintar dari dirinya.  Perbedaannya adalah bahwa mereka yang menggunakan aplikasi Zoom ini ada yang mengajarkan terlebih dahulu baik secara perorangan ataupun berkelompok  atau mereka berusaha sendiri dan mau belajar untuk tahu lebih banyak dan mereka yang ketinggalan dengan kemajuan ini hanya bisa mengurut dada dan pasrah.

Edukasi bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan mereka di wilayah nya masing-masing misalnya di rumah ketua RT atau ketua RW atau bisa dilakukan pada saat mereka kumpul arisan. Suasana seperti itu akan menambah semangat mereka untuk belajar berbeda dengan ketika edukasi itu diajarkan oleh anggota  keluarga di dalam rumah. Bisa jadi emosi yang muncul saat mereka tidak memahami langkah-langkahnya. Dengan begitu mereka memiliki kemajuan di bidang teknologi karena sudah mampu menghempaskan kegaptekannya dan kegiatan yang biasa mereka lakukan pun bisa dinikmati dan diikuti seperti saat sebelum pandemi.

Bagimana dengan mereka yang tidak memiliki handphone tetapi wajib mengikuti dan menggunakan aplikasi Zoom? Apakah mereka tidak lebih gaptek dari orang-orang Balita atau Jelita tadi? Tentu saja mereka harus diajarkan dengan sistem SKS atau sistem kebut semalam. Biasanya ini terjadi  kepada para pelajar. Edukasi yang diajarkan kepada meeka tentu akan lebih mudah karena dipaksa oleh keadaan harus bisa menggunakannya,  sedangkan para Balita dan Jelita harus menggunakan sistem edukasi yang berbeda karena tidak ada paksaan atau kewajiban yang dibebankan kepada mereka sehingga gaptek pun bukan lagi bahan olok-olok yang menyakitkan.

Jika harus memilih, para Balita dan Jelita ini ingin tetap di zona nyamannya,  yaitu menerima sekadarnya saja yang mereka ketahui dan tidak diribetkan dengan berbagai aplikasi yang berkembang saat ini.  Akan tetapi, berpikir tentang kebutuhan yang mereka inginkan maka mau tidak mau mereka harus keluar dari  zona nyamannya dan bersama-sama belajar.

Seandainya para Balita dan Jelita ini tahu bahwa diluar linkungan mereka kegiatan nge-Zoom ini sudah merambah ke bidang wisata. Bayangkan! bagaimana reaksi mereka karena merasa tersisihkan oleh kaum melek teknologi. Apa Anda juga tahu bahwa kegiatan wisata bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi Zoom? Seperti apa rasanya? Apakah seperti duduk di sebuah auditorium yang memutar film tiga dimensi? Lalu berteriak kegirangan atau terkejut ketika merasakan saat mau jatuh dan sebagainya?

Ada perbedaan saat Anda melakukan wisata, yaitu melihat secara langsung dan melihat melalui virtual. Saat berwisata Anda akan melihat secara langsung bagaiman keindahan sekelilingnya dengan mata dan kepala sendiri lalu bersentuhan secara langsung akan   memberikan suatu kebahagiaan  yang tidak bisa dirasakan   oleh para peserta virtual tour wisata. Bagaimana cuacanya?, bagaimana embusan anginnya?, bagaimana kepuasannya?, bagaimana penat dan lelahnya? dan bagaimana mata dan pikiran benar-benar dimanjakan secara langsung.

Ada kekurangan dan kelebihan dalam dua konsep tersebut. Berwisata secara langsung banyak yang dirasakan kebahagiaan, kekaguman, keharuan, dan lain sebagainya. Dari segi ekonomi tentu lebih banyak mengeluarkan biaya dan membutuhkan persiapan sebelumnya,  sedangkan  berwisata melalui Virtual Zoom tidak akan dirasakan sentuhan secara langsung, lelah dan penatnya berkeliling. Biaya yang dikeluarkanpun relatif lebih kecil dan tidak membutuhkan persiapan sebelumnya,  tetapi dengan hanya duduk manis di depan monitor lalu mengikuti panduan yang dilakukan oleh guide tour maka semua bisa dikelilingi. Akan tetapi, kepuasan yang dirasakan akan berbeda bagi setiap orang. Bisa saja kepuasan didapat hanya dengan melalui monitor saja karena tidak  harus merasakan persiapan yang ribet atau bisa juga merasa tidak puas karena merasa tidak menyatu dengan alam secara langsung.

Bagi Balita dan Jelita  yang gaptek nge-Zoom  tentu pilihan akan jatuh pada hal pertama yaitu bersentuhan secara langsung meskipun persiapannya harus ribet atau mengeluarkan biaya lebih besar. Artinya zona nyaman lebih di utamakan.

Nah,  bagaimana dengan Anda? Pilihan mana yang akan memberi kepuasan pada Anda? Tentu bagi Anda yang tidak gaptek nge-Zoom bukan masalah karena kedua-duanya bisa dinikmati tetapi jika harus jujur maka  pilihan akan sama dengan para Balita dan Jelita tadi.

Agar semua  bisa merasakan melek teknologi dan pekembangannya sebaiknya Balita dan Jelita inipun bisa berperan aktif di dalamnya dengan mengedukasi mereka dan membawa mereka kedalam dunia virtual. Tentu akan menyenangkan saat kita bisa berbagi ilmu dan menebar manfaat kepada mereka yang membutuhkan bimbingan kita.

Semoga menginspirasi dan selamat mencoba!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun