Filosofi Nasi Goreng
By: Langit Quinn
Kemarin siang, Rabu, 24 Juli 2019, kita semua para khalayak Indonesia disuguhkan berita teranyar yaitu makan siangnya Prabowo di rumah Ibu Megawati, berupa nasi goreng yang dibuatkan khusus oleh Ibu Mega sendiri. Bahkan diceritakan bahwa Prabowo nambah, namun Bu Mega menyarankan Prabowo untuk diet.
Menu nasi goreng menjadi hidangan utama dalam pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Netizenpun ramai-ramai menamai pertemuan tersebut sebagai 'diplomasi nasi goreng'.
Sebetulnya sejak kapan sih nasi goreng ini populer di dunia politik?
Mari kita ramai-ramai tengok ke belakang... kriik...kriiik...
Sudah?
Ok sudah.
Bisa dikatakan Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama, yang mempopulerkannya. Dalam beberapa kesempatan, terutama dalam pidato publik yang bersinggungan dengan Indonesia, Obama dengan bangga mengucapkan kata 'sate', 'bakso', dan 'nasi goreng'. Pada saat itu Publik Indonesiapun bergemuruh. Bangga tentu saja.
'Nasi goreng' bagi Obama saat menjabat sebagai presiden adalah pengejawantahan soft power Amerika Serikat kepada Indonesia. Pendekatan ini rasanya mustahil dilakukan oleh George Bush atau Donald Trump, presiden sebelum dan sesudah era Obama.
Ruang diplomasi santapan khas Indonesia ini tidak berakhir meski Obama mengakhiri jabatannya sebagai presiden Amerika Serikat. Presiden Joko Widodo juga menyuguhkan santapan penuh kenangan itu bagi Obama. Dengan latar Istana Bogor yang teduh, Obama dan Jokowi berbincang hangat sambil menikmati bakso, nasi goreng, dan sate. Â Â