Mohon tunggu...
Langit Quinn
Langit Quinn Mohon Tunggu... Freelancer - Ghost writer, Jokower, Ahoker...

Founder Fiksiana Community

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

C6 Tak Diberikan, Siapa Bermain di Pilkada DKI?

16 Februari 2017   12:54 Diperbarui: 17 Februari 2017   12:56 2553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: lipsus.kompas.com

Kemarin banyak video bertebaran di media sosial tentang banyaknya warga pendukung paslon nomor urut 2 yang tidak mendapatkan C6, kemudian mereka ke TPS membawa KTP tapi tetap tidak dapat memberikan hak suaranya dengan alasan kertas suara habis, TPS ditutup, dan lain sebagainya.

Sehari sebelumnya saya berkoar-koar di status tentang diri saya yang juga tak mendapatkan C6 jelang pencoblosan, kakak saya serumah 7 orang yang dapat C6 hanya 2 orang, iparnya sekeluarga tidak dapat C6 sama sekali. Padahal nama kita semua sudah terdaftar sebagai peserta pemilihan gubernur DKI. Yang saya khawatirkan, orang-orang yang mengalami nasib serupa tidak mau berjuang , ada berapa ratus atau ribu orang yang dikerjain seperti itu? Ternyata kemarin terjadi betulan apa yang saya khawatirkan.

Saya akan bercerita pengalaman saya tidak mendapatkan C6. Begitu tau saya tidak dapat C6, saya datangi kantor RW ternyata nama saya memang tidak terdaftar di sana (TPS 63). Kemudian saya cek di website KPUD masukan NIK saya, nama saya terdaftar di TPS 23. Harusnya  nama saya berada di TPS 63 bersama dengan suami saya,  karena alamat KTP kami sama, kami 1 KK dan tempat tinggal kami sama. Sayapun bukan mantan warga yang berlokasi di TPS 23. 

Kakak saya pun sama, dia tak dapat C6, setelah dicek ke website KPUD, ternyata  lokasi TPS-nya jauh dari tempat dia tinggal, beda dengan lokasi suaminya, padahal setiap pemilu, mereka berada di lokasi TPS yang sama. Kakak saya juga bukan mantan warga  pindahan dari sana. Karena saat pilpres tahun 2014 dia juga di TPS yang sama dengan suaminya.

Artinya berapa banyak hak pilih orang yang  'disasarin' ke TPS lain supaya tidak mendapatkan C6 di wilayahnya? Berapa banyak orang yang mau berjuang mencari lokasi TPS-nya? Berapa banyak orang yang 'ngeh' bahwa TPS tempat dia terdaftar beda dengan tempat tinggalnya? Masuk akalkah dalam satu KK beda-beda TPS? Siapa yang bermain di sini?

Kebanyakan orang ketika tidak menerima C6 dan diberitahu oleh petugas yang mengantarkan C6 untuk datang saja ke TPS pada saat hari H dan membawa KTP, mereka merasa tenang-tenang saja. Toh siaran di media memperbolehkan warga yang tidak memiliki C6 membawa KTP jam 12 siang pada hari pencoblosan. Namun apa yang terjadi pada saat hari H? Banyak warga yang tidak dapat memberikan hak pilihnya dengan alasan TPS tutup, kertas suara habis, dan lain sebagainya.

Ini Permainan Siapa?
Kemarin Bu Mega lapor ke Mendagri tentang kertas suara yang habis.
Banyak pendukung Ahok yang tidak mendapatkan kertas suara..
Karena mereka nyoblos pakai KTP. Sebab kertas C6 tidak diberikan *seperti  saya dan keluarga kakak saya dan ipar-iparnya. 

Sistematis sekali cara yang digunakan

  1. Dalam satu KK dicomot beberapa nama dan dipindahkan ke TPS wilayah lain. Yang jauh dari TPS tempat biasa nyoblos. Padahal dia bukan warga pindahan dari lokasi tersebut,
  2. Benar nama-nama tersebut  terdaftar sebagai peserta calon pemilih. Bahkan saat kita cek ke website KPUD, nama kita terdaftar di suatu TPS.. Tapi di wilayah lain. Masih satu kecamatan... Tapi jauh dari tempat biasa kita nyoblos..
    (Pengalaman pribadi  saya:  seharusnya saya terdaftar di TPS 63 Pluit, tapi terdaftarnya di TPS 23 Pluit. *1 kecamatan ada berapa TPS? silahkan berpusing-pusing mencari lokasi TPS terebut, bahkan gugelingpun tak akan dapet. Harus ke kelurahan kalau masih ada waktu untuk menanyakan nomor TPS tempat nama kita terdaftar (sementara biasanya C6  diberikan 2 hari jelang pemungutan suara). Kebanyakan orang tak mau berjuang seperti saya kemarin mencari lokasi TPS 23 di mana, demi mendapatkan C6, karena feeling saya memang curigaan, takut kertas suara dibilang habis pas mau nyoblos, maka lebih baik saya mencari lokasi TPS dan RW tempat nama saya terdaftar untuk mendapatkan C6 ),
  3. Sehingga saat pembagian C6 nama-nama yang dicomot ke TPS lain tidak akan mendapatkan C6 dari wilayah tempat tinggal setempat. Tapi nyasar ke wilayah lain. Mau nyalahin RW? dia tak tau apa-apa. Ini pekerjaan siapa? Siapa yang memasuk-masukan nama kita ke wilayah lain?
  4. Orang yang tidak dapat C6 dari wilayahnya tenang-tenang saja, karena siaran di media mengatakan  bisa nyoblos jam 12  siang dengan membawa KTP atau KK. Semua tenang merasa aman dan santai kaya di pantai. Sepertinya hanya saya yang berjuang nyari-nyari C6 jam 11 malam ke lokasi lain karena tidak ada waktu,
  5. Sehari sebelumnya, kemarin kertas suara berlebih dibakar oleh KPU DKI. Gugeling aja di detik ada,
  6. KPU hanya membagikan kertas suara kosong sebanyak 20 lembar di tiap TPS *sementara nama nama yang 'disasarkan' ke TPS lain dan sengaja tidak didaftarkan sebagai peserta pilkada tentu berkali lipat dari itu! Sistematis sekali permainan ini. 
  7. Di hari H, orang- orang yang namanya dicomot ke beberapa wilayah TPS lain, nyoblos tanpa C6 dan hanya bawa KTP & KK datang ke TPS jam 12 dengan harapan bisa nyoblos. Tapi panitia berkata: kertas suara habis. Tentu saja. Karena ini seperti sudah diatur, skenario yang apik. Banyak nama - nama yang tak terdaftar  dan disasarkan ke TPS lain. Lalu yang mencoblos tanpa C6 membludak. Kertas  suara habis.

Habis deh kalian yang kehilangan hak pilih. Ini jelas bisa dibilang permainan, siapa gerangan yang mengacak - acak data para pemilih di KPU?

Maka jangan kalah sama permainan mereka di putaran ke dua nanti.  Tolonglah berjuang sebelum kejadian. Usahakan cari C6. Jika tak mendapatkan C6:

  1. Cek Nama kalian di website KPUD dengan memasukan nomor KTP untuk mengetahui di TPS mana kalian terdaftar,
  2. Kalau sudah tau lokasi TPS-nya, datangi kelurahan di mana lokasi tersebut? Alamatnya RW-nya di mana?
  3. Jika sudah tau alamatnya, cek nama kalian di sana, kalau ada, silahkan foto sebagai bukti,
  4. Minta C6 ke kantor RW tersebut. Pegawai RW akan membantu menanyakan ke petugas TPS.

Saya bisa nyoblos karena saya berjuang mencari C6 saya yang nyasar. 

Rata-rata  yang mengalami kejadian begini warga keturunan tionghoa dan pendukung paslon nomor urut 2. Wilayah-wilayah yang banyak mendukung paslon nomor urut 2 yang paling banyak dikerjain C6nya. 

Rasa-rasanya saya kepingin marah begini?

"Apa saya bilang kemarin? Pasti bukan saya dan keluarga kakak saya serta tetangga-tetangga toko kakak saya saja doank yang kena dikerjain!
Banyak yang kena.. Dan bukti-bukti video sudah menyebar ke mana-mana".

Hanya saja saya sadar dari sejak nama saya tak terdaftar di TPS 63.

Panitia yang datang ke rumah dan antar C6 suami saya bilang: C6 saya keselip. Jadi silahkan datang ke TPS saja pada hari pemungutan, bawa KTP.

Gampang bicara demikian. Saya bukan orang yang mudah percaya, maka ketika tak dapat C6 dari wilayah saya, dan ngecek nama saya di website KPUD nama saya terdaftarnya di TP2 23, saya cari lokasi TPS tersebut sampai dapat.  Gugeling cari daerah mana  TPS tersebut? tak bakal ada. Silahkan tanya ke kelurahan wilayahmu di mana lokasinTPS itu.

Setelah tau lokasi TPS  ada di mana apakah urusan selesai?
Belum.

Saya harus cari tau kantor RW wilayah TPS tersebut berada. Untuk apa? Untuk mencari nama saya, benar tidak terdaftar di sana? Nama tersebut biasanya di pajang di depan kantor RW. Setelah dapat, foto saja. Sebagai bukti ketika mau minta C6 nanti.

Minta C6 di kantor RW tentu tidak ada. Yang memegang  C6 itu panitia TPS. Tapi memang tak ada salahnya nanya ke kantor RW, pegawai RW yang tau di mana si panitia TPS tersebut. 

Akan ditelpon orangnya, saya nunggu di kantor RW. Beruntung kalau orangnya sedang di rumah. Pengalaman saya kemarin, orangnya kebetulan ada di rumah, harus diambil ke rumahnya, karena saya buta wilayah saya, pegawai RW yang baik hati menugaskan seorang pesuruh ke rumah panitia tersebut untuk ambil C6 saya.
Ribet? Sangat!

Sambil menunggu C6 saya dijemput, saya ngobrol sama ibu pegawai RW. Kenapa banyak kejadian C6 nyasar? Saya ceritakan keluarga kakak saya yang juga tak dapat C6 sebanyak 5 orang. Dia balik ngeluh: Saya sekeluarga sama sekali enggak dapat malahan. Ini seperti permainan. Satu KK dicomot dan dimasuk-masukan ke wilayah lain. Ini satu-saturnya cara menggembosin satu paslon. Wilayah yang diambil yang memang fanatik salah satu paslon. Supaya orang ngga pada nyoblos, diacak. (Dan pada saat datang ke TPS bawa KTP bisa ditolak dengan alasan kartu suara habis).

Si ibu bilang begitu karena memang banyak yang ngeluh ke kantor RW  tak dapat C6, nyasar ke wilayah lain.

Mari lawan kecurangan tersebut. Jangan mau dimain-mainin sama kaum busuk! Jangan sampai kejadian tak bisa nyoblos terulang lagi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun