Mohon tunggu...
Quds Risyda
Quds Risyda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa UIN Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Sebagai Pembentukan Kepribadian dan Karakter

14 Juni 2023   11:51 Diperbarui: 14 Juni 2023   12:07 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDIDIKAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DAN KARAKTER

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran ayat 159)
Jika Anda memperhatikan dengan cermat, Anda akan menemukan hubungan antara ayat tersebut dan pendidikan, di mana pendidikan berfungsi untuk membangun kepribadian (karakter) muslim yang insan kamil. 

Salah satu komponen utama pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim. Pembentukan pribadi yang insan kamil adalah keniscayaan yang memungkinkan seseorang untuk mengaktualisasikan iman mereka dengan melakukan kebajikan. 

Sebaliknya, melakukan amal kejelekan setiap saat menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki iman dalam hatinya atau imannya belum sempurna. Hasil dari iman dan amal adalah seperti ruh dan jasad yang tidak dapat dipisahkan, dan ketika keduanya bersatu dalam diri seseorang, dia menjadi insan kamil.
Dalam bahasa Arab, "Insan Kamil" berasal dari dua kata, "Insan" yang berarti "Manusia", dan "Kamil" yang berarti "Sempurna".

 Dengan demikian, "Insan Kamil" berarti manusia yang sempurna. Insan kamil adalah mukmin yang memiliki kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan. Dalam akhlaknya, Nabi Muhammad SAW menunjukkan sifat-sifat luhur ini dalam bentuk tertingginya. Insan kamil adalah orang yang bermoral dan memiliki kemampuan rohani dan agamawi.

Menurut para ilmuwan dari Barat, moralitas atau akhlaq yang terkandung dalam ajaran Islam tidak sama dengan yang terkandung dalam agama lain. Jika moral Barat berfokus pada teori "antroposentrik", maka moral Islam bersifat "teosentrik". Menurut agama Islam, setiap perbuatan baik atau buruk selalu dikaitkan dengan pahala atau siksa, atau dengan surga dan neraka. Dalam Islam, moral adalah kumpulan nilai yang tak terhitung dan agung yang membentuk hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, bukan hanya sikap dan perilaku normatif.

Ayat diatas menyebutkan beberapa ciri-ciri seorang muslim yang ideal. Pembicaraan muslim yang ideal harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas kepribadian kaum muslimin yang dianggap mengalami degradasi moral akibat pemahaman yang salah tentang agama mereka. Kebenaran yang dipegang oleh sebagian orang Islam justru menyebabkan keterpurukan dan keterbelakangan pemikiran, menyebabkan banyak konflik, baik horizontal maupun vertikal. Umat Islam bertindak anarkis dan tidak toleran karena perbedaan pandangan dan pemahaman.

Salah satu alasan mengapa sebagian orang Islam tidak dapat menerima pemahaman yang salah tentang ayat-ayat atau hadis adalah karena teori triangle hermeneurik yang mengatakan bahwa seorang penulis (mufasir) harus mempertimbangkan pembaca dari bidang lain dalam memahami teks. Dalam hal ini, al-Quran harus dipahami secara kontekstual dengan mempertimbangkan ilmu seperti kedokteran, psikologi, sosiologi, antropologi, biologi, kedokteran, dan bidang lain yang mendukung pemahaman teks yang lebih luas.

Jika seseorang menafsirkan teks tanpa mempertimbangkan pembaca, mereka akan menghasilkan interpretasi bebas atau dispotik tanpa memperhatikan interpretasi studi ilmu lain. Namun, jika pembaca mempertimbangkan masyarakat sosial, moralitas publik, dan interpretasi ilmu lain, makna teks akan berubah sesuai dengan konteks zaman.
Sangat penting untuk memberikan penjelasan tentang kepribadian muslim yang ideal menuju insan kamil sebagai cerminan dari sifat ketuhanan. Agar umat Islam dapat memahami dinamika sosial yang begitu beragam dan multikultural. Ini menunjukkan bahwa beberapa orang muslim mudah menyalahkan orang lain dan mengkafirkan orang lain, yang menyebabkan konflik internal dan eksternal. Jadi, pembentukan kepribadian muslim harus dibangun kembali.
Ada beberapa kepribadian yang harus dimiliki oleh kaum muslimin sebagai tujuan dari pendidikan yang tertulis di dalam Al-Quran:
1)Lemah lembut (linta lahum). Lemah lembut didefinisikan sebagai tindakan yang tidak kaku dan tidak kasar (fadhon gholidhol qalb), baik dalam hati maupun tindakan. Orang akan membenci dan menjauh jika Anda keras dan kasar.
2)Mudah Memaafkan (fa'fu 'anhum wastaghfir lahum): Memaafkan kesalahan orang lain dan menghapusnya dari ingatan untuk menghilangkan dendam. Mudah memaafkan satu sama lain untuk mengurangi konflik dan perselisihan.
3)Musyawarah (wasyawirhum fil amr), sebuah contoh demokrasi, yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Dengan statusnya sebagai Nabi, Rasulullah tentu memiliki kecenderungan untuk memiliki pemikiran dan pendapat yang benar. Namun, beliau ingin mendengar pendapat para sahabatnya sebagai bentuk keterbukaan dan bukan kebenarannya sendiri.
4)Kemauan (waidza "azamta fatawakkal "alallah). Anak-anak yang beragama Islam harus ditanamkan prinsip-prinsip untuk mencapai tujuan mereka dengan cara yang positif. Kesuksesan dalam mencapai cita-cita bergantung pada sifat kemauan (azam), kesungguhan (juhdun), optimisme (tafa'ul), dan disiplin.
5)Empatik (welas asih) : Ayat 159 Surat al-Imran mengatakan "fabima rahmatin minallahi linta lahum, walau kunta fadzan ghalidal golbi lanfaddhu min haulik, fa'fu 'anhum wastaghfir lahum wasyawirhum fil amr." Ini menunjukkan sikap empatik dalam arti merasakan kesedihan orang lain dan membantu mereka keluar dari kesulitan.
6)Memiliki keinginan untuk kebaikan (visioner)
Islam rahmatan lil'alamin adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan menjaga keamanan umat manusianya daripada menyebarkan teror dan ancaman yang menyebabkan konflik dan gangguan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun