Mohon tunggu...
Amanatul Qudsiyah
Amanatul Qudsiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Darul ulum

Be the best but don't feel the best

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sikap Dasar Konselor dan Konseli sebagai Fondasi dalam Konseling Catur Murti

2 November 2024   19:45 Diperbarui: 3 November 2024   05:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam proses konseling, sikap dasar yang ditunjukkan oleh konselor dan konseli memegang peranan penting dalam mencapai tujuan konseling. Konseling yang efektif tidak hanya memerlukan metode atau teknik yang tepat, tetapi juga kualitas interaksi yang terbangun melalui sikap-sikap dasar. Salah satu pendekatan konseling yang mengutamakan integrasi sikap dan nilai budaya Indonesia adalah Konseling Catur Murti. Pendekatan ini mengajarkan nilai-nilai luhur yang menyatukan aspek spiritual, emosional, intelektual, dan fisik dalam proses konseling.

Konselor dalam konseling Catur Murti diharapkan memiliki sikap yang positif dan suportif, yang meliputi empati, penghargaan, kehangatan, dan kejujuran. Sikap ini penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi konseli, sehingga mereka merasa nyaman dan terbuka untuk berbagi masalah. Selain itu, konselor harus mampu menghargai setiap individu tanpa diskriminasi dan memberikan kebebasan kepada konseli untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka secara bebas. Sementara itu, konseli juga perlu memiliki sikap yang kooperatif dan terbuka terhadap proses konseling. Pendekatan konseling ini dipandang penting karena budaya Indonesia kaya akan nilai-nilai yang mengedepankan keseimbangan antara aspek spiritual, mental, emosional, dan fisik. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini, konseling Catur Murti tidak hanya berfokus pada penyelesaian masalah tetapi juga pada pengembangan diri konseli secara menyeluruh. Hal ini menjadikan konseling sebagai proses yang lebih bermakna, tidak hanya dalam mencapai solusi jangka pendek tetapi juga dalam membentuk karakter yang lebih baik.

Teori Konseling Catur Murti didasarkan pada ajaran agung Raden Mas Panji Sosrokartono tentang budi daya yang penuh kebajikan dan keinginan hidup untuk mencapai kesempurnaan hidup dan ketenangan jiwa melalui pengolahan batin dan rasa manusia.  Sikap dasar konselor itu sendiri didasarkan pada 3 pilar yakni agama islam, budaya Jawa, dan kemanusiaan. Dalam hal ini ada 8 sikap dasar, pertama Abdi (mengabdikan diri kepada sesama manusia guna mencapai kebahagiaan dunia menjadi lebih indah dan sentosa sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan YME), kedua mandor Klungsu (Pilihan hidup untuk mengabdikan diri kepada sesama dengan menjalankan tugas-tugas yang dijalankan), ketiga  Jaka Pring (bermanfaat bagi siapa saja), keempat ilmu kantong bolong (menolong sesama tanpa memikirkan waktu, perut, uang, dan jika ada rezeki mengalir kepada sesama manusia), kelima berjalan dijalan kebenaran, keenam pola hidup agama dan kejawen (pola perilaku konselor yang ditekuni dan didasari dengan 2 hal utama yakni agama dan kejawen, ketujuh pangastuti (menumbuhkan benih kebaikan kepada Tuhan, pada diri sendiri maupun pada sesama manusia), kedelapan sandi busana (pribadi yang mempunyai kekuatan berjiwa besar).

Sedangkan sikap dasar Konseli dalam konseling catur murti ada 5 yakni, Sinahu anglaras batos Saha Raos (belajar menyelaraskan pikiran dan perasaan) yang dimana ketika pikiran dan perasaan yang selaras akan menciptakan suasana tenang dan damai, dengan suasana tersebut maka akan lebih memudahkan Konseli untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Kedua yakni Ahei Asher aheie (aku adalah aku) yang dimaksud disini adalah upaya pemahaman diri terhadap pegalaman-pengalaman kehidupannya. Ketiga yakni Pangestu (restu) disini Konseli di berikan pengalaman bagaimana mendapatkan doa dan restu khususnya dari kedua orang tua yang diyakini menjadi salah satu obat untuk lebih percaya diri dalam menghadapi permasalahan. Yang keempat yakni trima Mawi pasrah ( penerimaan dan kepasrahan) artinya menjadi manusia yang menerima dengan kepasrahan kepada Tuhan YME. Yang kelima yakni bares, mantep, wani (jujur, yakin, berani) diharapkan Konseli tidak berbohong, tidak ragu, dan tidak takut pada setiap masalah.  

Dari penjelasan terkait Sikap dasar konselor maupun Konseli dalam konseling catur murti diharapkan dapat menjadi kunci keberhasilan untuk proses konseling catur murti.

Referensi:

Habsy, B (2022). Konseling Catur Murti. Malang: Penerbit Media Nusa Creative

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun