Mohon tunggu...
cici
cici Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Pontianak

saya lebih menyukai dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Di Balik Kabut Ada Jeritan Hutan yang Terbakar

15 September 2023   08:03 Diperbarui: 15 September 2023   08:13 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dibalik Kabut Ada Jeritan Hutan yang Terbakar.

Pontianak, yang selama ini berdiri kokoh dengan menyandang gelar kota Khatulistiwa, kini tenggelam dalam lautan kabut. 

Namun, kabut ini bukan semata penutup langit belaka, melainkan membawa pesan mendalam dampak dari kerusakan lingkungan. Setelah beberapa hari sedikit mereda, pada Senin (11/9/2023), kota ini kembali digerogoti kabut asap, imbas dari kebakaran lahan gambut yang tak kunjung usai.

Data dari Kompas.id menunjukkan, kabut asap yang disertai bau menyengat mulai menghantui warga Pontianak sejak Minggu malam. Aplikasi Indeks Standar Pencemaran Udara Net mencatat, angka PM 2,5 Minggu pukul 20.00 mencapai 140 mikrogram per meter kubik, sebuah angka yang menyiratkan udara "sangat tidak sehat."

Kabut asap ini, yang merupakan representasi dari kebakaran hutan di beberapa titik daerah Kalimantan Barat, tak sekedar mencemari udara. Dampak dari karhutla juga memicu pandangan berkabut dan mengubah nuansa Kota Khatulistiwa.

Selama kebakaran hutan ini berlangsung, penduduk kota Khatulistiwa dihujani oleh partikel-partikel halus abu dari lokasi kebakaran lahan yang beterbangan, menutupi tiap sisi kota.

Dibalik kabut asap yang tebal, ada campur tangan manusia yang membakar lahan secara membabi buta demi keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi. Bagi penduduk kota, selain sesak nafas, kabut ini adalah polusi udara yang mengganggu aktivitas mereka.

Namun jika kita lebih peka terhadap lagi, kabut asap ini sebenarnya adalah jeritan tanah yang meminta pertolongan. Ini adalah kisah tentang bagaimana tindakan manusia dapat mengganggu keseimbangan alam dan berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari.

Dalam kebakaran terakhir yang melanda, tak kurang dari 108 hektare lahan hangus terbakar. Api bukan satu-satunya musibah; dampak lanjutan dari kebakaran ini telah menyebar lebih jauh, menciptakan krisis kesehatan bagi masyarakat setempat.

Sementara kobaran api telah meredam, asapnya masih menyelimuti langit Kalimantan Barat, memicu masalah kesehatan serius bagi penduduk lokal.

Dilansir dari Tempo Witnes, ak, Kalimantan Barat adakan diskusi mengenai kebakaran hutan dan lahan. Diskusi ini dihadiri oleh Badan Eksekutif Mahasiswa se-Kalimantan Barat. Para pembicara dalam diskusi berasal dari Pena Borneo dan Greenpeace Indonesia.

Dari diskusi ini diharapkan muncul gerakan pemuda Kalimantan Barat untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Bentuknya antara lain, mengedukasi masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara dibakar.

Dalam peristiwa kebakaran terakhir di Kalimantan Barat, tidak kurang dari 108 hektare lahan hangus dilahap api. Asap kebakaran memicu penyakit saluran pernapasan atas. Masyarakat juga kehilangan pendapatan karena kebun yang mereka kelola musnah terbakar.

penyakit Saluran Pernafasan Atas (ISPA) telah menjadi momok baru bagi warga, terutama bagi anak-anak dan lansia. Rumah sakit dan puskesmas lokal melaporkan peningkatan drastis dalam kunjungan pasien dengan gejala ISPA, dengan banyak di antaranya memerlukan perawatan intensif.

Dari lahan gambut yang terbakar, kita diingatkan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan ekosistem yang kita miliki. Setiap kabut asap yang muncul bukan hanya memberi tahu kita tentang kerusakan hari ini, tetapi juga mengingatkan kita tentang apa yang bisa terjadi di masa depan jika kita tidak bertindak sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun