Pandangan hidup Pancasila terbentuk dari pemahaman bangsa Indonesia tentang dirinya dalam konteks interaksi tegak lurus dengan Tuhan dan konteks interaksi mendatar dengan sesama manusia. Dalam konsepsi dualitas ini, Pancasila menanamkan dua nilai fundamental dalam kesadaran kolektif: spiritualitas dan kebersamaan.
Aspek spiritualitas mencerminkan keyakinan akan adanya kekuatan tertinggi yang mengatur dimensi ruang dan waktu kehidupan manusia. Sementara itu, nilai kebersamaan dalam keberagaman menunjukkan kesadaran akan pentingnya hubungan antarmanusia yang hidup bersama dalam wadah bernama Indonesia.
Nilai kebersamaan ini terwujud dalam kesediaan masyarakat Indonesia untuk menerima dan menghargai perbedaan yang ada di tanah air. Indonesia ibarat sebuah taman dunia, di mana berbagai pengaruh dari luar telah berbaur selama berabad-abad melalui proses globalisasi. Nilai-nilai ini tumbuh subur dan memperkaya pemikiran serta budi pekerti bangsa Indonesia.
Pancasila bukan sekadar simbol atau lambang fisik, melainkan cerminan jati diri bangsa yang melandasi cara hidup dan berpikir masyarakat Indonesia. Ideologi Pancasila lahir dari cara pandang masyarakat Indonesia terhadap diri mereka sendiri, khususnya dalam memahami hubungan manusia dengan Sang Pencipta (vertikal) dan sesama manusia (horizontal). Dalam perspektif ganda ini, Pancasila menanamkan dua nilai utama dalam kesadaran kolektif: spiritualitas dan kebersamaan.
Nilai-nilai ini kemudian berakar dan berkembang, memperkaya pola pikir dan budi pekerti masyarakat Indonesia. Hasilnya adalah suatu falsafah hidup yang menjembatani spiritualitas individual dengan harmoni sosial, menciptakan identitas nasional yang unik dan beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H