Falsafat, jika ditelusuri asal katanya, berakar dari bahasa Yunani kuno. Istilah ini terbentuk dari dua kata bermakna: "philo" atau "philos" yang bermakna kecintaan dan atau hasrat, sedangkan "sophia" yang memiliki arti akal sehat (kebijaksanaan) atau pencarian kebenaran hakiki. Dengan demikian, filsafat dapat diartikan sebagai kecintaan pada kebijaksanaan atau hasrat untuk menemukan kebenaran sejati.
Achadi memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa kata "filosofia" bisa juga berasal dari kata kerja "filosofein", yang maknanya adalah mencintai kebijaksanaan. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa "philosophia" berakar dari kata kerja "philein" (mencintai) atau kata benda "philia" (cinta), yang digabungkan dengan "sophia" (kearifan).
Dalam bahasa Inggris, kita mengenal istilah "philosophy", yang sering diterjemahkan sebagai cinta kebijaksanaan. Adapun di Indonesia, kita menggunakan kata "filsafat", dengan bentuk kata sifatnya "filsafati", bukan "filosofis".
Berfilsafat bisa dipahami sebagai aktivitas berpikir secara mendalam dan komprehensif. Ini melibatkan perenungan yang dilakukan dengan metode tertentu, sistematis, menyeluruh, dan bersifat universal, dengan tujuan untuk mengungkap esensi atau hakikat dari suatu hal.
D. Runes mendefinisikan filsafat sebagai disiplin ilmu yang paling umum, yang di dalamnya terkandung upaya pencarian kebijaksanaan serta kecintaan terhadap kebijaksanaan itu sendiri. Sementara itu, Sri Sumantri (2003:4) menggambarkan filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan komprehensif, sebuah pendekatan untuk mengupas sesuatu hingga ke akar-akarnya. Latif (2014:4) juga menyampaikan pandangan serupa mengenai sifat mendasar dari pemikiran filosofis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H