Sebagai mahasiswi dari keluarga sederhana membuat aku harus pandai mengatur keuangan.  Aku  terbiasa hidup dengan uang yang sangat terbatas. Sejak sekolah menengah atas, aku sudah berupaya untuk bisa berkuliah tanpa banyak menyusahkan kedua orangtuaku.
Aku diterima masuk kuliah negeri di UIN Jakarta di Ciputat melalui jalur undangan. Berkat prestasi dan nilai raport selama di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Balaraja Tangerang. Jadi aku tak harus membayar uang ujian UTBK dan tidak harus bersaing dengan ribuan orang lainnya.
Selain di UIN Jakarta aku juga diterima di UIN Yogyakarta. Aku memilih masuk UIN Jakarta karena faktor jarak dan kemudahan akses yang bisa dijangkau dengan jalur kereta commuter line dari rumahku di Tangerang.
Untuk mencapai UIN Jakarta, aku turun di stasiun Pondok Ranji .Hanya tinggal menyambung  angkot atau naik ojek online (ojol) sampai didepan kampus.
Sejak hari pertama masuk kampus, commuter line telah menjadi pilihan utamaku karena commuter line murah meriah dan  nyaman karena aku bisa memilih duduk dengan leluasa (bila tidak di jam kerja ya), aku biasanya memilih duduk di gerbong wanita paling depan. Karena merasa lebih aman menghindari hal yang tidak diinginkan seperti  kejadian pelecehan atau hal  lainnya.
Adanya gerbong khusus wanita merupakan hal yang menguntungkan bagi para wanita, karena kalau dipikir pikir, wanita mendapatkan tempat duduk lebih banyak di semua rangkaian kereta.. Hal ini menurutku hal yang wajar diberlakukan untuk menghormati wanita yang rata rata sudah berstatus ibu atau calon ibu .
Karena bisa naik di gerbong pertama dimana masisnis bekerja mengendalikan commuter line, sesuatu yang menarik buatku. Jadi tempat favoritku adalah berdiri dibelakang masinis. Karena ada jendela yang bisa melihat ke ruang kendali commuter line.
Pekerjaan masinis menurutku keren apalagi dengan seragamnya yang terlihat gagah. Tugas masinis commuter line sangatlah penting. Apalagi dengan 98 rangkaian train set yang saat ini beroperasi dan jarak antar kereta (headway) yang semakin pendek ( antara 5 hingga 18 menit) menuntut kewaspadaan masinis commuter line agar tidak terjadi kecelakaan .
Didalam commuter line selain masinis , ada petugas lainnya yang membuat perjalanan menjadi aman dan tertib. Petugas pengawal kereta (walka), biasanya ada dua orang. Petugas walka ini harus mendapat apresiasi karena tugasnya membuat perjalanan menjadi aman termasuk kasus penumpang yang ber-ulah atau pelaku pelecehan seksual bisa ditangani.
Aku pernah melihat dua penumpang mabuk (karena minuman keras) yang meracau sepanjang perjalanan dan sudah membuat keadaan tidak nyaman karena tingkahnya. Dua petugas walka langsung berkoordinasi dengan pertugas keamanan stasiun terdekat. Sehingga si penumpang mabuk yang mengganggu kenyamanan itu berhasil dikeluarkan dari rangkaian kereta.
Petugas walka tak segan menegur penumpang yang duduk dilantai commuter line atau makan  didalam rangkaian kereta. Untuk urusan makan dan minum sebenarnya sudah jelas aturannya karena menyangkut kebersihan kereta. Bayangkan kalau tidak ada aturan makan dan minum maka yang terjadi penumpang bisa mengotori bangku atau lantai karena sisa makanan atau remahan yang jatuh di sela sela bangku commuterline. Apalagi yang tumpah adalah minuman seperti susu atau minuman beraroma menyengat tentu akan sulit dibersihakan pertugas cleaning service.