Mohon tunggu...
Qori Qonitatuz Zahra
Qori Qonitatuz Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiwa Universitas Airlangga, penulis awam yang punya tugas belajar dan berbuat baik seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bisakah Aktivis Mahasiswa Berprestasi?

7 April 2021   15:18 Diperbarui: 7 April 2021   15:29 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertanyaan ini seringkali mampir di pikiran saya, juga teman sejawat, bila dihadapkan pada kondisi kegundahan. Galau ketika ada kesempatan terbatas namun ada keputusan yang harus diambil, biasanya ketika nilai akademis mulai anjlok sedangkan amanah organisasi makin menggunung. 

Tugas kuliah berantakan, raga letih karena terlalu banyak jadwal rapat, dan akhirnya sampai pada titik keraguan dengan berkata "Apakah mustahil bagi aktivis untuk berprestasi?"

Sebelum kita bahas hal tersebut, mari kita samakan isi kepala dahulu. Apa sih prestasi itu? Jika merunut KBBI, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Poin penjelasan di bawahnya pun ada tiga: akademis, belajar, dan kerja. Jadi, prestasi itu bukan sekedar sesuatu yang bisa diukur secara kuantitatif, misalnya nilai akademik, namun juga kualitatif.

Kapan sebuah pencapaian itu bisa disebut sebagai prestasi? Jika standar prestasi itu hanya dilihat dari banyaknya nilai, berarti aktivis kampus yang punya sederet jabatan dalam organisasi tentu bisa disebut sebagai orang yang berprestasi. Namun, apakah itu benar? Jawabannya, tidak.  

Mari kita telaah kembali terjemahan kata prestasi dalam KBBI. Di situ disebutkan bahwa prestasi adalah sebuah pencapaian. Apapun bidangnya, bila seseorang berhasil mencapai sesuatu yang dia inginkan, bisa berarti dia sudah mencetak prestasi. Setiap orang punya definisi prestasi yang berbeda. Persepsi saya yang bermimpi menjadi penulis atas prestasi akan jauh berbeda dengan si A yang bermimpi menjadi dewan. Prestasi bukan sekedar sebuah gelar atau angka, namun lebih dari itu, keberhasilan mewujudkan suatu keinginan.

Jika saya seorang aktivis kampus yang kesehariannya kuliah-rapat-kuliah-rapat alias "kura-kura", ketika berhasil menyelenggarakan proyek sosial dengan ribuan partisipan, saya pantas dong disebut sebagai mahasiswa berprestasi. Pun dengan mahasiswa "kuda-kuda" alias kuliah-dagang-kuliah-dagang, ia berhasil membuka sekian cabang bisnisnya di berbagai tempat, itu juga bisa disebut berprestasi. Semua orang berpeluang untuk menggoreskan prestasi.

Setahun yang lalu saya diperkenankan Tuhan mewakili fakultas dalam ajang pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas. Bayangan saya kala itu adalah mawapres-singkatan mahasiswa berprestasi-pasti punya segudang sertifikat juara lomba akademik atau beasiswa ke luar negeri. Ternyata, saya salah besar. Ada mahasiswa yang berprestasi di bidang kewirausahaan, ia punya cafe dengan sekian cabang di Surabaya. Bahkan ada seorang aktivis mahasiswa, ia sangat aktif di organisasi legislatif mahasiswa tingkat fakultas, namun ia menyandang juara 1 mawapres fakultasnya karena gagasan dan perhatiannya yang besar untuk keberlangsungan pendidikan anak-anak di daerahnya. Lihat, kriteria mahasiswa berprestasi tak cukup dari IPK yang tinggi, melainkan juga bagaimana ia dapat berkontribusi bagi masyarakat di sekitarnya.

Sebuah capaian layak diapresiasi sebagai prestasi bila dilakukan dengan usaha maksimal, hingga pemerannya pantas dijuluki sebagai "Sang Master". Tak masalah kamu memilih terjun di bidang apapun---organisasi, akademik, wirausaha---asal dilakukan dengan fokus dan sungguh-sungguh, maka itu akan menjadi jalan mendulang prestasi.  Namun yang perlu digarisbawahi adalah, hanya kebaikan yang diakui masyarakat sebagai sebuah prestasi. Maka, niatkan segala sesuatu dengan hal yang baik. Bukan sekedar mencari panggung eksistensi, namun lebih dari itu prestasi menjadi sarana untuk memperbaiki diri dan menebar kebaikan.

Selamat menorehkan prestasi, kawan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun