Penelitian upacara Ngarot pernah dilakukan oleh Nafiatul Hikmah di tahun 2018. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui pentingnya kearifan lokal dalam budaya ngarot di Desa Lelea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif upacara Ngarot pada bidang sosial budaya ialah warga Desa Lelea bisa berkomunikasi satu sama lain dengan baik, kebersamaan, gotong royong dan saling menjaga rasa hormat. Kemudian di bidang agama berdampak bagi masyarakat yang dapat mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Selain itu menurut (Nisfiyanti, 2011) dalam upacara ngarot ini memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang tentunya dapat dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari seperti gotong royong, dan kebersamaan.
Selanjutnya, keunikan upacara Ngarot dalam pantangannya. Pantangan yang pertama, ketika pelaksanaanya antara lain, upacaranya harus dilaksanakan pada hari rabu. Jadi selain hari Rabu dilarang melakukan upacara karena hari rabu merupakan waktu kedatangan Prabu Lelea ke daerah yang sekarang disebut dengan Lelea. Pantangan kedua, pasangan yang sudah menikah tidak dibolehkan untuk menjadi peserta upacara.
Pantangan tersebut berkaitan dengan mitos upacara Ngarot yang juga menjadi keistimewaan bagi masyarakat Indramayu. Mitos pertama adalah jika seorang yang tidak suci mengikuti tradisi Ngarot maka bunga yang ada di atas kepalanya akan layu. Tidak suci yang dimaksud yaitu remaja yang sudah melakukan pergaulan bebas. Mitos ini berdampak baik karena bisa memupuk rasa malu dan takut sehingga dapat menumbuhkan sikap para muda-mudi yang menghindari perilaku dilarang dan menyimpang norma. Mitos kedua, upacara Ngarot dijuluki sebagai ajang pencari jodoh karena saat upacara berlangsung biasanya para orang tua akan membujuk anaknya agar mencari pasangan hidup. Konon diyakini bahwa apabila pemuda berhasil menemukan pasangannya maka hubungannya akan langgeng hingga dipisahkan oleh maut.
Dampak baik dari keunikan budaya lokal dalam upacara Ngarot semestinya dipertahankan pada era globalisasi. Apalagi peserta dari upacara Ngarot adalah para pemuda. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa bisa dimanfaatkan sebagai penyambung budaya lokal agar tidak hilang tergerus zaman. Potensi pemuda masa kini yang cerdas berteknologi menjadi peluang agar budaya lokal seperti upacara Ngarot bisa dilestarikan di era digital. Mereka dapat menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi tentang upacara Ngarot secara mudah dan meluas pada masyarakat luas. Informasi tersebut bisa berupa foto, video, tulisan, dan banyak lainnya. Setidaknya dengan hal itu, masyarakat luar daerah Indramayu akan mengetahui tentang tradisi ini. Berhubung upacara Ngarot hanya ada di Desa Lelea saja, pemuda bisa mengadangan live streaming agar semua orang dapat mengakses tanpa harus pergi ke tempat tersebut. Tindakan itu dirasa dapat menarik perhatian wisatawan bagi yang penasaran agar bisa berkunjung ke daerah Indramayu untuk melihat langsung pelaksanaan upacara Ngarot.
Faktanya, dari hasil studi literatur ternyata sudah ada beberapa yang menggunakan Upacara Ngarot sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Hal ini merupakan upaya melestarikan dengan cara menanamkan nilai yang terkandung di upacara Ngarot kepada peserta didik. Walaupun tidak merasakan secara langsung, namun dengan kegiatan mengamati atau menganalisis membuat mereka paham makna dibalik upacara Ngarot.
Contoh pertama, terdapat pembelajaran sosiologi dengan menerapkan nilai kearifan lokal upacara Ngarot yang dilakukan oleh Ayu Riyanti. Menurutnya, lembaga pendidikan mempunyai peran penting dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis kearifan lokal . Misalnya, upacara Ngarot mengajarkan belajar bercocok tanam untuk remaja, pembelajaran ini sangat cocok di zaman modernisasi sebab remaja sudah mulai tertarik bekerja dalam industri dibandingkan bekerja petani.
Contoh kedua, terdapat pembelajaran sains konsep plantae dengan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dari upacara Ngarot yang dilakukan oleh Fatihatul Qolbi dan kawan-kawan. Menurut mereka, siswa dapat mengkritisi alasan petani mengadakan proses penyiangan dan menaruh gulma ke area persawahan pada upacara Ngarot dan menganalisis jenis tumbuhan yang bisa menghambat pertumbuhan padi melalui konsep pembelajaran ini.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, tim penulis menghimbau kepada para pembaca sebagai sesama warga negara Indonesia sepatutnya membudidayakan tradisi lokal seperti upacara Ngarot. Terlebih budaya ini berdampak baik pada masyarakat khususnya kalangan muda. Oleh karena itu, melalui tulisan ini diharapkan memberikan manfaat dapat menambah pengetahuan kepada pembaca. Kita sebagai sesama warga negara Indonesia harus bisa melestarikan adat istiadat yang ada di indonesia, dan juga harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi dalam melihat kebudayaan Indonesia yang beragam ini.
Penulis:
Echa Putri Sutrisno, Qori Aulia, dan Rienzani Callista.
Sumber Referensi
Hady, Sholihul (2015). Tradisi Ngarot Sebagai Kontrol Pergaulan Remaja Di Desa Lelea Indramayu.
Nisfiyanti, Yanti. “Kajian Nilai Budaya dalam Upacara Mapag Sri di Desa Lelea” dalam Jurnal Patanjala Vol. 3 No. 3 September 2011. Hlm. 442-455