Mohon tunggu...
Qoriah Rahmawati Ridho
Qoriah Rahmawati Ridho Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

12 Februari 2023   10:28 Diperbarui: 12 Februari 2023   10:33 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3. 1

Qoriah Rahmawati,ST.MM

CGP Angkatan 6

Pada tugas koneksi antar materi kali ini saya menggunakan pertanyaan pemantik yang ada dil LMS yang akan saya kemas agar bisa saya pergunakan untuk memandu pemikiran saya khususnya  tentang tugas koneksi antar materi di modul 3.1 ini.

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin adalah sebagai berikut: 

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan, terdapat 3 Pratap Triloka yaitu:

  1.  Ing Ngarso sung Tulodo (menjadi teladan/inspirasi). Seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin ketika berada di depan  haruslah mampu memimpin dan bersinergi mencapai sebuah visi sekolah dengan menggunakan 9 Langkah pengambilan keputusan, 3 prinsip , dan 4 paradigma pengambilan keputusan yang telah dia kuasai akan melahirkan sebuah keputusan yang baik dan bijaksana dalam kepemimpinannya tentunya.

  2.  Ing Madyo Mangun Karso (menciptakan prakarsa dan ide), Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu menstimulus ide / gagasan bagi setiap orang yang dipimpinnya.Seorang pemimpin (guru) harus bisa bekerja sama dengan murid. Dalam istilah kolaborasi / bekerjasama ini erat sekali hubungan dengan kepemimpinan. Tidak ada seorang pemimpin didunia ini yang mampu bekerja sendiri menyelesaiakan permasalahan yang dihadapi. Kerjasama / kolaborasi / gotong royong membangun sebuah team work yang solid sangat diharapkan dalam ide kepemimpinanya.Seorang pemimpin haruslah mampu mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan ( dalam mengambil keputusannya haruslah berprinsip atas pengetahuannya tentang dilema etika maupun bujukan moral tentunya ).

  3.  Tut Wuri Handayani (memberi dorongan/semangat), seorang pemimpin (guru) harus bisa menjadi motivator atau pemberi semangat bagi anak didiknya (murid). Misalnya mendorong kinerja murid untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kalau sebagai kepala sekolah maka harus mampu menjadi spirit seluruh elemen sekolah lebih maju baik prestasi akademik maupun non akademik disekolah yang dipimpinnya. 

Sebagai pendidik yang merupakan pemimpin pembelajaran harus menyadari jika tugas kita adalah menuntun kodrat yang ada dalam diri anak didik kita agar berkembang sesuai dengan kodratnya sehingga  murid kita menjadi manusia yang dimanusiakan dan manusia yang bisa memiliki kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan alasan  tersebut maka seorang guru yang dianggap sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi sosok yang bisa mengambil suatu keputusan yang tepat yang berpihak pada murid. Ada korelasi antara pengambilan  keputusan  dengan tugas kita sebagai pemimpin pembelajaran karena keputusan yang baik adalah keputusan yang bertanggung jawab, berpihak pada murid dan menjunjung tinggi nilai -- nilai kebajikan.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, sangatlah  berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. 

Dalam kehidupan sehari -- hari sebagai manusia apalagi sebagai pemimpin dalam hal ini sebagai pemimpin pembelajaran tentunnya selalu kita dihadapkan pada sebuah pengambilan keputusan dimana ada 2 kategori keputusan  yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari -- hari  yaitu keputusan yang tergolong bujukan moral ( benar Vs Salah ) maupun keputusan yang tergolong dilema etika ( benar Vs benar ). Dalam pengambilan keputusan tersebut selain menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan, 3 prinsip, maupun 4 paradigma sangatlah pasti dipengaruhi oleh nilai -- nilai kebajikan yang tertanam pada diri kita. Nilai -- nilai kebajikan tersebut diantaranya adalah Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Nilai --nilai kebajikan tersebut biasanya kita peroleh dari ajaran agama kita, norma, hukum, adat istiadat dan lain --lain yang bersifat umum dan berlaku dimasyarakat.

Materi pengambilan keputusan sangatlah berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah saya ambil tentunya. 

Bimbingan fasilitator  sangatlah penting dan menjadi sumber belajar saya selain saya mempelajari materi  tentang pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran modul3.1 ini  terseebut di LMS yang ada.Sebelumnya saya memperoleh gambaran materi tersebut pada tahap eksplorasi konsep kemudianpemahaman tersebut semakin diperkuat pada saat kolaborasi dengan studi kasus bersama teman -- teman dan memperoleh penegasan oleh fasilitator sehingga alhamduliah pemahaman materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang berdasarkan nilai kebajikan dimodul 3.1 lebih sempurna lagi saya rasakan.

 Setelah mempelajari materi tersebut, berkolaborasi dengan teman saat studi kasus, mewawancari pimipinan sekolah dan menganalisa hasilnya tentang pegambilan keputusan dilema etika dan dibimbing oleh fasilitator dalam pengambilan keputusan menggunakan 9 Langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip maka pengambilan keputusan yang saya ambil jelas lebih efektif dibandingkan ketika saya belum belajar tentang materi ini. Jelas dalam pengambilan keputusan secara nyata  masih ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri saya atas pengambilan keputusan tersebut. Misalnya yang sering kita temukan adalah kasus dilema etika dimana menyangkut perbedaan prinsip atau pendapat dua pihak yang saling mempertaahankan pendapatnya ( " egonya"). Tentu hal ini sangatlah dirasa sulit dalam pengambilan keputusan dilema etika yang melipatkan egoisme manusia. Ketika menghadapi hal tersebut maka saya akan melakukan coaching dengan teman sebaya, dengan guru senior, atau kalau sebagai kepala sekolah bisa melakukan coaching dengan teman MKKS, dengan pengawas dan lain -- lain. Sehingga bisa kita perjelas lagi bahwa dalam pengambilan keputusan baiknya coaching sebagai salah satu terobosan baik dalam mencari solusi terhadap keputusan yang diambil.Jadi  ada hubungan / koneksi antar materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan materi sebelumnya yaitu coaching. 

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. 

Dalam hali ini saya diingatkan kembali dengan materi yang lalu yaitu tentang PSE ( Pembelajaran Sosial Emosional) . Ketika menghadapi kasus  tersebut maka saya akan mempergunakan PSE untuk menyelesaikan. Misal kita ambil contoh pengambilan keputusandilema etika yang menyangkut "egoisme " diantara pihak yang berselisih, saya akan gali kebutuhan apa yang belum dia penuhi, latar belakangnya, dan saya akan hubungkan pengambilan keputusan ini dengan 5 Kompetensi Sosial emosional ( KSE).Jadi ada korelasi dalam pengambilan keputusan dengan KSE yang telah kita pelajari. Perlu kita ketahui pengambilan keputusan  yang bertanggung jawab adalah salah satu dari KSE yang kita ketahui selain kesadaran diri, managemen diri, kesadaran sosial, dan ketrampilan berelasi tentunya. Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada murid .Dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab kita masih ingat dengan istilah POOCH( Problem Options Outcomes Choice).  Menganalisa situasi, menganalisa alternative pilihan,m empertimbangkan konsekuensi dari masing --masing pilihan, dan menentukan pilihan. Semua itu telah dipelajari dalam modul pegambilan keputusan yang bertanggung jawab.  Jadi ada koneksi materi tentang pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dengan 5 KSE materi modul 2 .

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik menurut saya hal ini sudah sangatlah jelas.

             Apabila nilai -- nilai yang dianut oleh seorang pendidik tersebut baik maka keputusan yang diambilnya pun tentu akan baik dan bijaksana. Dalam hal ini saya kaitkan tentang pengambilan keptusan tersebut dengan materi sebelumnya yaitu tentang nilai guru penggerak. Dimana nilai --nilai guru penggerak yang kita tahu adalah : Lima nilai yang harus dimiiki oleh guru penggerak, yaitu berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif.Hal ini bisa kita perjelas bahwa dalam mengambil keputusan seorang guru sebagai pemimipin pembelajaran sepertisudah saya sebutkan diatasbahwa keputusannya harus berpihak pada murid hal ini sesuai dengan nilai guru penggerak dimodul 1 yaitu guru penggerak harus berpihak pada murid. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran itu harus mandiri, artimya setelah dengan berbagai pertimbangan yang masak tentunya maka keputusan yang diambil sebagai pemimpin harus bisa diertanggungjawabkan secara pribadi karena pada saat pengambilan keputusannya dituntut sebuah kemandirian.Dalam kasus dilema etika pada saat pengambilan keputusan kadang harus melalkukan coaching dengan pihak lain / berkolaborasi.Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran juga harus inovativ dimana pengambilan keputusannya harus mengikuti kodrat alam dan jamannya. mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju tentunya.Seorang pemimpin pembelajran harus selalu refelktif dalam pengambilan keputusan.Dalam hal ini ada koneksi materi antara nilai guru penggerak dengan 9 langkah pengambilan keputusan yaitu melakukan refleksi. Setelah mengambil keputusan maka seorang pemimpin pembelajaran harus selalu menggunakan hasil refleksi pengambilan keputusannya untuk evaluasi sehingga keputusan yang diambil kedepan semakin baik dan bijaksana . Pengambilan keputusan yang bijaksana tidak lepas dengan nilai -- nilai yang dianut oleh pengambil keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran yang baik hendaklah menggunakan nilai -- nilai  guru penggerak tersebut dalam mengambil keputusannya.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

            Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya keputusan yang diambil akan sangat berdampak pada kondisi ekosistemnya. Saya ambil contoh misalnya guru / kepala sekolah ketika mengambil keputusan dan tidak menggunakan prinsip berpihak pada murid pasti akan menimbulkan dampak pada lingkungan belajar yang tidak nyaman.Padahal seharusnya tugas seorang pemimpin pembelajaran yang baik adalah harus mampu menciptakan iklim kelas, budaya dan kebijakan sekolah dengan cara membangun koneksi yang menciptakan rasa aman dan nyaman,menciptakan lingkungan kelas yang dapat merangkul keberagaman, melibatkan murid dan menumbuhkan optimisme, mewujudkan keyakinan kelas, peraturan dan kebijakan sekolah yang mencerminkan visi sekolah, nilai kebajikan dan keberpihakan kepada murid. Hal ini kita sudah dapatkan dimodul 2, sehingga ada koneksi materi modul 3 tentang pengambilan keputusan berdasar nilai kebajikan dengan modul sebelumnya tentangmenciptakan iklim kelas, budaya dan kebijakan sekolah. Ada satu hal lagi korelasi pengambilan keputusan yang berkaitan  dengan terciptanya lingkungan yang nyaman.Yaitu seperti pendapat KHD tentang Taman Siswa yaitu Sekolah sebagai tempat bermain murid. Dalam menciptakan sekolah sebagai taman bermain murid ini mustahil akan terbentuk apabila keputusan yang diambil oleh para pemimpin pendidikan tidak berpusat pada murid. Jadi ada korelasi pengambilan keputusan dimodul 3,1 dengan modul sebelumnya yaitu modul 1 dan 2.

 Tantangan-tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini yang sering saya alami dan mungkin dialami juga oleh orang lain adalah mengatasi perbedaan pendapat dua belah pihak yang saling mempertahankan kepentingannya. 

Hal ini saya peroleh juga jawaban yang sama ketika saya melakukan wawancara dengan beberapa kepala sekolah.

Pada kasus seperti  ini kita dihadapkan pada masalah dilema etika benar Vs benar. 

 selain KSE seperti yang sudah saya jelaskan di atas pengambilan keputusan masalah seperti ini juga harus mempertimbangkan  4 paradigma pengambilan keputusan yang kita ketahui yaitu : individu lawan masyarakat, rasa keadilan Vs rasa kasihan, kebenaran Vs kesetiaan dan jangka pendek Vs jangka panjang. 4 Paradigma tersebut sudah pasti berkaitan dengan situasi pengambilan keputusan yang terjadi disekolah saya

Adapun pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita adalah apabila pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pemimpin pembelajaran tersebut senantiasa berpihak pada murid, menjunjung tinggi nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab  maka sudah pasti tujuan pendidikan dapat tercapai. 

Sebagaimana kita tahu bahwa tujuan pendidikan adalah  memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar. Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan murid. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid.

 Sedangkan cara  kita  memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda adalah menggunakan pembelajaran berdeferensiasi seperti yang ada pada modul 2.  Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan  nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan jelas dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya

Hali ini dikarenakan untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka  potensi murid akan dapat  tergali secara maksimal dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

Setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

Kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Dalam sebuah keputusan yang berprinsip berpusat pada murid maka dalam menghadapi perbedaan kebutuhan belajar murid maka dilakukan pembelajaran berdeferensiasi untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional dengan keputusan yang diambil oleh para pemimpin pembelajaran.

Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang telah saya pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adapun secara rinci saya uraikan sebagai berikut :

     Dilema etika adalah situasi yang tejadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secaramoralbenar tapi bertentangan ( Benar Vs Benar). Sedangkan bujukan moral yaitu situaisyang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. Ciri khusus kasus benar Vs salah adalah pada saat kita lakukan uji publikasi / uji yang menyangkut medsos dan lain -- lain jawabannya iya . Disini lebih kearah nilai kebajikan dan moral serta hukum yang berperan utama.

Yang saya fahami dari konsep-konsep modul ini adalah  ada 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu:

  1. Individu lawan masyarakat ( Individu Vs Comunity )

  2. Kebenaran lawan kesetiaan ( Justice Vs Mercy)

  3. Keadilan VS belas kasihan ( Truth Vs Loyality)

  4. Jangka Pendek VS jangka panjang ( Shormtherm Vs  Long Therm)

Ada 3 prinsip mengambil keputusan

  1. Berfikir berbasis  hasil akhir ( End Based Thingking)

( Melakukan pengambilan keputusan itu karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang )

  1. Berfikir berbasis aturan ( Rule Based Thingking)

( Melakukan pengambilan keputusan berdasarkan peraturan yang ada )

  1. Berfikir berbasis  rasa peduli ( Care Based  Thingking)

( Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda) 

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan

  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

  4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

  5. Pengujian paradigma benar atau salah

  6. Prinsip pengambilan keputusan

  7. Investigasi opsi  tri lema

  8. Buat keputusan

  9. Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal-hal yang menurut saya  di luar dugaan dalam pengambilan keputusan  adalah penyelesaian kreatif yang tidak terpikir sebelumnya ( Investigasi Opsi Trilema). Biasanya opsi trilema ini akan muncul menjelang detik- detik akhir saat keputusan sudah harus diambil. Dankadang muncul dari halyang tak terduga . Semacam anugrah dari Tuhan akibat kita sudah berusaha dan berdoa tentunya agar keputusan yang kita putuskan tidak keliru. 

Keputusan yang baik sekali lagi adalah selain keputusan tersebut menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, memiliki 4 paradigma serta 3 prinsip namun kembali lagi bahwa keputusan yang baik sebagai pemimpin pembelajaran adalah keputusan yang senantiasa bertanggung jawab, berpihak pada murid dan menjunjung tinggi nilai -- nilai kebajikan.

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah  menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Sebenarnya pengambilan keputusan dilema etika yang saya pernah lakukan sebelum mempelajari modul ini sudah sesuai dengan yang dipelajari dalam modul cuma secara tidak langsung. Saya belum mengetahui bahwa yang pernah saya lakukan dalam pengambilan keputusan kala itu adalah berdasarkan pada nilai kebajikan dan  mengedepankan kepentingan murid. Saya baru mengetahuinya kalau yang saya lakukan waktu itu sudah benar dan sesuai dengan 3 prinsip yaitu  End Based Thinking, mengedepankan kepentingan banyak orang dan saya juga menggunakan paradigma rasa  kedailan Vs rasa kasihan dan tentu pada saat mengambil keputusan saya sudah melakukan beberapa langkah  meskipun ada yang belum saya gunakan diantarnya adalah kala itu saya belum melihat lagi keputusan dan merefleksikan. Artinya keputusan saya belum sampai tahap refeleksi dan evaluasi. Juga pengujian benar salah saya belum melakukan uji panutan karena baru tahu setelah mempelajari modul ini.

Dampak mempelajari konsep  ini buat saya adalah banyak ilmu yang saya terima dan insyaalloh akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya dalam pengambilan keputusan khususnya keputusan dilema etika yang saya harus selesaikan. Yang paling terkesan dan akan menjadi pegangan teguh saya dalam membuat keputusan dimasa depan adalah  tiga hal  yang disampaikan oleh bapak fasilitator saya Pak Kartono yaitu bahwa pengambilan keputusan itu harus senantiasa menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, memiliki 4 paradigma serta 3 prinsip namun kembali lagi bahwa keputusan yang baik sebagai pemimpin pembelajaran adalah keputusan yang senantiasa bertanggung jawab, berpihak pada murid dan menjunjung tinggi nilai -- nilai kebajikan.

Perubahan  apa yang terjadi pada cara saya dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini adalah saya lebih tenang dalam mengambil keputusan dan merasa lebih yakin akan keputusan yang saya ambil karena saya setelah mempelajari modul 3. 1 tentang pengambilan keputusan berbasis pada nilai kebajikan seolah ada penuntun / panutan bagaiamana mengambil keputusan yang bijaksana dan benar tersebut yaitu dengan senantiasa menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, memiliki 4 paradigma serta 3 prinsip namun kembali lagi bahwa keputusan yang baik sebagai pemimpin pembelajaran adalah keputusan yang senantiasa bertanggung jawab, berpihak pada murid dan menjunjung tinggi nilai -- nilai kebajikan.

Mempelajari topik modul ini bagi saya sebagai seorang individu dan saya sebagai seorang pemimpin adalah sangat penting dan berharga tentunya. Ibarat saya sedng berlayar dilaut luas saya diberikan kompas / petunjuk arah oleh materi modul 3.1 ini dan tentunya saya sangat berterimakasih yang sebesar -- besarnya kepada pembuat modul, yang menmukan teori ini sehingga saya dapat mengerti apa yang harus saya lakukan pada saat mengambil keputusan. Penghargaan yang setingginya kepada pemerintah lewat menteri pendidikan yang telah berupaya melakukan transformasi pendidikan dengan program CGP sehingga saya dapat menimba ilmu sebagai pemimpin pembelajaran khususnya dalam pengambilan keputusan sebagaipemimpin pembelajaran yang sennatiasa harus bertanggung jawab, berpusat pada murid dan menjunjung tinggi nilai kebajikan universal

Sekian koneksi materi modul3.1 yang bisa saya sampaikan mudah -- mudahan bermanfaat terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun